Friday, February 24, 2012

PERJALANAN KETIGA SETELAH MALAYSIA (BANDUNG dulu deh)

Halo halo halo. Gak lama-lama menunggu untuk menceritakan perjalanan saya yang ke-3 karena yaaa saya sudah menyiapkan postingannya terlebih dahulu, hehehe...Tapi entah apa yang akan terjadi nantinya, semoga gk hiatus lama.

Rencananya memang seperti keinginan saya bahwasanya perjalanan ke-3 adalah perjalanan ke luar negri lagi yaitu Singapura. Yah yang dekat-dekat aja dulu. Bukan mau sok-sokan ato apa ya. Tapi ternyata perjalanan ke Bandung kali ini cukup berkesan bagi saya. Berkesan membuat saya copot kaki dan ketuker sendal setelah tukeran sendal. Hehehe....:p

Sebenarnya perjalanan ke-3 mungkin adalah Yogya. Perjalanan mengganti pembatalan kepergian kita (saya, Mira, Nia) bertiga ke KL. Kami merencanakan ketika liburan natal 2011. Saya dan Mira berangkat langsung ke YK sedangkan Nia duluan ke Temanggung dan kami ber-3 akan bertemu di YK. Tapi ternyata ALLOH merencanakan lain. Ke YK gagal. Liburan natal saya cukup di rumah saja bersama orang tua. Lalu liburan tahun baru Mira nginep di rumah saya sambil yaaa apalagi kalu gk ngegosip. Sayang gk bisa sama Nia. Tapi yah suatu saat pasti kami bertiga akan kembali traveling entah kemana. insyaALLOH.

Januari 2012, saya lihat kalender ada tanggal merah di hari senin (libur Imlek) yaitu tanggal 23 Januari 2012. Saya langsung menghubungi Nia dan menanyakan kira-kira kemana long weekend kali ini? Setelah dipertimbangkan akhirnya kami merencakan perjalanan kali ini ke Bandung. Mungkin janjian dengan Mira sekalian di Bandung karena berhubung rumah orang tuanya di Bandung. Mira masih bingung apakah pulang ke Bandung atau tidak. Kalaupun pulang tampaknya dia akan memiliki acara sendiri dengan keluarga karena katanya sih udah lama gak pulang. Akhirnya perjalanan kali ini kembali ber-2 saja, saya dengan Nia. Yah demi membayar rasa kangen saya berkumpul bersama dia. Dah lama juga soalnya gak jalan ama Nia.

Dimulai dengan menentukan tanggal berapa berangkat. Apakah Jum’at (20 jan ‘12) malam atau Sabtu (21 jan ‘12) pagi. Saat itu saya langsung teringat seorang sahabat yang biasa pulang pergi Bandung - Jakarta setiap weekend. Seperti 1.5 tahun lalu saya nebeng dia ke Bandung juga, lalu saya hubungi dia tentang rencana saya. Dan alhamdulillah dia setuju untuk ditebengi. Alhamdulillah dapet temen tebengan yang tentu tau Bandung dibanding kami berdua dan bersedia mengantarkan kami sampai tempat menginap. Makasih ya bro. Setelah mencari-cari alternatif menginap, Nia mengatakan lebih baik kita berangkat Sabtu pagi dengan travel / kereta / bis dan langsung menuju ke Bosscha – Lembang karena tempat ini memang yang dari dulu saya ingin tuju. Untungnya Nia juga mau nemenin saya ke Bosscha. Dan Nia juga sudah mendapatkan tempat menginap gratis di bilangan Cisitu Lama yang merupakan kos-kosan temannya. Kita dapat kamar di lantai 3 untuk ber-2 dengan kamar mandi di dalam. Wah senang sekali. Alhamdulillah. Saya lalu menghubungi sahabat saya dan menceritakan semuanya. Dan alhamdulillah dia setuju untuk berangkat sabtu pagi-pagi sekali.

Lalu masalahpun mulai timbul. (kenapa sih setiap mau pergi ke suatu tempat, selalu timbul masalah?). Sang Sahabat mengatakan ada sesuatu yg menyebabkan dia harus ke Bandung jum’at malam dan dia mengatakan hal ini ketika dekat-dekat hari H keberangkatan, padahal saya dan Nia sudah setuju akhirnya untuk berangkat Jum’at malam. Ya saya tidak apa, toh itu tugas dia untuk pulang. Tapi saya makin gk enak ketika dia menawarkan akan mencarikan tiket kreta pagi ke Bandung supaya ke Bosscha kekejar. OMG, maafkan temanmu ini yah yang sudah banyak merepotkan. Akhirnya saya dan Nia setuju biarlah kami naik travel saja jadi dia toh gk perlu repot-repot mencarikan kami tiket kreta. Tapi selang keesokan paginya dia sms kembali mengatakan rencana kembali seperti semua. Hetseh...rungsiiiiinnnggg.......padahal saya sudah menyiapkan plan B. Saya dan Nia hanya bisa tertawa dan bersyukur. Rezeky emang gk kemana. Hehehe ... :p

Intinya mah kami bisa ke Bosscha hari sabtu. Tapi....(jreng jreng jreng) masalah tidak sampai di situ, Bosscha tidak dibuka secara komersial. Bosscha buka dari Selasa sampai Sabtu dimana Selasa-Jum’at khusus untuk pelajar atau kunjungan pendidikan, dan untuk umum hanya hari Sabtu jam 9.00 – 13.00 saja. WHAT??? Jreng jreng jreng...(sok sok dramatis). Saat itu sudah mepet-mepet hari H jadi semua penginepan murah sudah penuh, dan tidak mungkin juga mengatakan ke bapak penjaga kos di Cisitu bahwa kami akan datang Jum’at malam menjelang subuh hanya demi mengejar Bosscha. Darn...

Akhirnya saya meminta tolong ke kakaknya teman saya yang di Malang untuk mencarikan tempat menginap murah yang cukup untuk 5 jam saja. Namun akhirnya dia malah menawarkan rumahnya untuk tempat menginap jadi kami tidak perlu repot-repot. Toh kami hanya ber-2 katanya. Bayangkan saya belum sekalipun bertemu dengan dia tapi saya sudah bertemu dengan kakak dan keponakannya terlebih dahulu. Tapi untungnya saya sudah sering berbincang-bincang dengan kakaknya. Bahkan dengan keponakannya juga. Tapi tetep aja ada rasa canggung dan tidak enak karena kemungkinan kami akan datang jam 1 – 2 pagi. Uni bahkan sampai memberikan no hp mba’ nya (mb’ Eti) yang beres-beres di rumah karena kemungkinan uni gk bisa bangun karena harus berangkat ke Jakarta pagi jam 4an mengantarkan Salma, anaknya, untuk tanding In Line Skate di TMII. Ya ALLOH betapa setiap rintangan itu pasti ada jalan keluar dan ada orang-orang baik yang membantu dengan ikhlas. Semoga mereka diberi rezeky lebih. Singkat cerita, kami diperbolehkan menginap di rumah uni di Kiara Condong dan pergi lagi jam 7 ke Cisitu Lama untuk meletakkan barang bawaan lalu segera meluncur ke Bosscha – Lembang. Maklum long weekend. Bandung pasti macet. Apalagi ke Lembang. Oh iya tidak lupa mengucapkan terima kasih ke sahabat saya yang masih inget rumah si uni. Lho? Iya, dulu dia pernah nganterin pesenan bonekanya Salma ke Kiara Condong. Tapi ketika nyampe sana dia lupa-lupa inget. Hhhh....-_____- Ya sudahlah. Yux lanjut.

Dipastikan saya dan Nia berangkat ke Bandung Jum’at malam selepas Nia rapat menebeng sahabat saya. Dia sih bilangnya okeh aja berangkat lebih sore dari jadwal biasanya dia pulang ke Bandung yang biasanya jam 21.00an. Kami janjian di Masjid Sunda Kelapa. Dekat dari tempat mereka berdua dan saya perkirakan lebih mudah untuk kami beribadah sebelum berangkat perjalanan jauh nan macet. Tapi ternyata lagi–lagi rencana dan perkiraan saya meleset. Sahabat saya molor (seperti biasa) dan kami baru jalan dari Sunda Kelapa jam 20.30an. Saya jadi gk enak ama Nia. Kelamaan dia nunggu. Gk enak juga ama mb Eti yang akan menanti kedatangan kami. Resiko nebeng emang begitu ya gan. Hehehe....huhuhu....

Setelah bertemu di Sunda Kelapa dan ber-say “hay”, akhirnya saya tahu kenapa sahabat saya ini telat. Onyooonnnn -____- Yah daripada kelamaan bt mending kami langsung menuju tol terdekat, well itu dalam pikiran saya. Tapi perut kami tidak bisa berbohong. Kami kelaparan. Jadi, ya mampir dulu di KFC Tebet biar cepet, lansgung makan, lanjut bersih-bersih, kalau mau BAK/BAB monggo dan lansung ciao deh. Kembali mampir bentar di pom bensin Shell untuk isi bensin dan bersihin kaca (yah mobilnya aga’ kusam setelah di”apa2in”), kami langsung meluncur menuju tol (semua tol kami lalui menuju Bandung) pokoknya yang nyampe Bandung dah. Ya eyalah emang mau lewat mana lagi :p Malam itu lumayan sedikit tersendat. Seperti 1.5 tahun sebelumnya saya nebeng sahabat saya ini untuk ke Bandung, perjalanan dari Jakarta selalu jam 21.00 atau 21.30an, dan masih tetep aja itu tol menuju Bandung macet pisan. Alhasil nyampe Bandung jam 1an. Untung mb' Eti mau menanti. Makasih ya mb'.

Selama perjalanan alhamdulillah kami baik-baik saja. Sahabat saya merupakan pengemudi yang apik. Meski ada beberapa kali menurut saya dia rem agak terlalu dekat sama kendaraan di depannya tapi saya percaya dia masih sayang nyawa dan bertanggung jawab terhadap penumpang. Meureunan si Nia juga banyak dzikir di belakang saya. Tapi malam itu lagu-lagu yang kami dengar sebagai backsound kok gk mendukung dzikirnya Nia ya? Hahahhahaha.....Lalu kami berhenti sejenak di KM 57 seperti kebiasaannya dia kalau mau pulang ke Bandung. Mayan juga melonjorkan kaki dan pijit-pijit pantat dikit saking lamanya duduk dalam mobil. Gk kebayang dia yang nyetir, saya aja udah pegel.

Sesampai di Kiara Condong, mb Eti untung masih bangun dan membukakan pintu. Kami bersih-bersih dulu sebelum tidur. Keesokan harinya ternyata saya baru tau kalau Salma sakit dan uni gak jadi ke TMII. Yah mungkin itu juga sisi lain cerita ALLOH, bahwa saya memang harus bertemu tuan rumah bukan hanya pengurus rumahnya, karena kalau uni jadi pergi, saya mungkin belum ketemu uni juga. Abis sholat Subuh dan bersih-bersih kami sangat beruntung dapat sarapan nasi goreng plus rendang buatan mamanya uni. Enaaakkk...Wah kami benar-benar bersyukur perjalanan ke Bandung kali ini. Cuaca mendukung. Tidak hujan alias cerah ceria. Selepas sarapan kami lalu menuju Cisitu Lama (serasa smp? emaaang :p).

Awalnya kami kira Cisitu Lama itu mudah dicari, ternyata tiap orang yang ditanya ternyata menunjukkan itu adalah Cisitu Baru yang memang sangat dekat dengan Simpang Dago. Saat itu sih Nia sudah menawarkan apakah mau naik ojek atau jalan kaki, tapi entah kenapa saya bilang aja “jalan kaki aja biar bisa tanya-tanya alamatnya di jalan, kan kita gk tau pasti dimana kosannya”. Ya sudah berjalan kakilah kami dengan ransel berat jalanan menanjak. Salah besar ternyata. Tempatnya jauuuuhhhh....Maafkan ya Ni, saya gk tau dan saya kira palingan di ujung jalan. Huahahaha......Tanpa perlu membuat jadi makin panjang bagaimana perjalanan kami dengan membawa ransel berat ke Cisitu Lama, kami berhasil nyampe di kosan dan disambut baik oleh bapak penjaga kosan. Langsung kami letakan barang bawaan dan kabur lagi demi mengejar jam 9 ke Bosscha dari pada nanti kena macet. Hari itu selain cerah ceria, jalanan menuju Bosscha juga gk macet. Sahabat saya yang awalnya mengatakan mungkin ikut ke Bosscha dengan keluarga mengurungkan niatnya (nyuruh kami berangkat duluan aja) karena kelelahan menyetir semalem dan dia baru bangun jam 8.30an. Tapi lagi-lagi yah tuh bocah sms pas saya hampir mau pulang dari Bosscha bahwa dia dalam perjalanan menuju Bosscha. Hetseh -___- Ya sudahlah sambil nungguin dia dan keluarganya dateng, saya dan Nia poto-poto dulu. Hehehe...Saya penasaran juga sih pengen ketemu nenk Ama. Dia pernah memperlihatkan potonya waktu usia 2tahun mungkin dan lucuuuuuu......



Singkat cerita kami bertemu dengannya dan nenk Ama. Ya ampyun cereweeettt. Lucu abis. Pengen saya culik bawa ke Tangerang, tapi repot nanti kalu nama saya muncul di detik.com karena penculikan. Hehehe :p Makan siang di Bandung biasa aja sih. Tempatnya asik. Di Kiosk.


(foto diambil dari blog seseorang)

Pengen saya dokumentasikan tapi gk sempet karena sibuk main bareng nenk Ama. Sayang melewatkan main dengannya. Tapi yaaa karena kali ini saya gk bawa kamera yang memadai untuk jeprat jepret  Untungnya Nia membawa cellphone canggihnya jadi lumayanlah ada beberapa kesempatan kita pot-poto juga, tapi gk sempet mengabadikan poto-poto dengan nenk Ama. Walaupun begitu saya sangat berterima kasih sekali ama Nia karena preparationnya dia begitu lengkap. Sampe-sampe dia download dulu rute angkot. Hebaaaattt....4 jempol untuk Nia.

Setelah makan siang kami ke Margahayu. Kalau kata Nia dan sahabat saya itu tempat sebenarnya dekat dengan Kiara Condong. Tapi karena demi mengejar Bosscha yang waktunya terbatas, kami memutuskan sepulang dari Bosscha saja ke Margahayu. Di Margahayu merupakan rumah temannya Nia. Kangen katanya dah lama gk ketemu. Apalagi dia baru punya dede’ bayi. Farras. Lucu sekali bocah ini. Hampir nyasar juga kami ke sana. Tapi memang kita harus memanfaatkan tekhnologi semaksimal mungkin. Alhamdulillah nyampe juga.

Setelah dari Margahayu, kami diajak jalan-jalan oleh temannya Nia keliling Bandung di malam hari. Benar-benar anugrah hari itu. Bandung tidak macet. Lancar-lancar aja tuh kami jalan-jalan. Mampir bentar di depan gedung sate. Sok weh poto-poto biar eksis. Hehehe....



Malamnya diajak makan di resto mmm apa itu saya lupa. Dapur Eyang / Resep Eyang / Dapur Nenek? Lupa euy. Abiance-nya bagus. Untung gk ada live music malam itu. Bisi hingar bingar. Kesian dede’ Farras. Nah pas sampe tempat makan hujan, tapi berhubung kami naik mobil yaaa gk terlalu bingung juga sih. Dan beruntungnya kami, sampe dianter pulang ke kos di Cisitu Lama. Alhamdulillah yaa sesuatu....

Nyampe di Cisitu Lama ternyata saya cape banget ampe lupa mandi. Hahaha....pokoknya nyampe kamar langsung tewas.

Hari ke-2 adalah hari minggu dan hari dimana kami harus ke pasar kaget di Gasibu depan gedung Sate. Kenapa harus? Ya penasaran aja. Hahaha...muter-muter lumayan juga. Dapet barang murah, well kudu narik urat dikitlah nawarnya :p



Setelah dari Gasibu kami sudah merencanakan akan hiking / trekking. Mira awalnya sudah mewanti-wanti kalau lebih baik trekking dari Maribaya – Lembang menuju ke taman Juanda – Dago jadi jalanannya menurun. Eh kami malah nekat ambil rute angkot terdekat dan termurah dari Gasibu. Cukup 1x angkot menuju pengkolan taman Juanda yang dilanjutkan dengan naik ojek. Lalu kami hiking menuju Maribaya. Pikirnya sih nyante aja menikmati jalan-jalan. Tapi ternyata kaki saya lecet. Terimakasih ya ALLOH yang tidak menurunkan hujan ketika kami hiking taman Juanda – Maribaya karena kami tidak bawa payung dan terima kasih ke Nia yang mengenakan sandal gunung jadi saya bisa tukeran sandal :p

Sepanjang perjalanan selalu yah itu tukang ojek semangat tinggi nawarin ojek nyampe Maribaya. Katanya jauhlah. Nanjaklah. Inilah. Itulah. Ya sudahlah, maap nya’ mang kami mau menikmati jalan-jalan, bukan menikmati naik ojek. Sooo mereka kami cuekin aja. Ber-2 menuju Maribaya sepi. Yang ada malah dari arah sebaliknya. Ternyata memang salah strategi. Taman Juanda – Maribaya menanjak sejauh 5km. Kaki rasanya mau copot. Tapi klu terputus tengah jalan dan memutuskan naik ojek malah rasa bersalah dan kalah yang timbul. Kurang gimanaaa gitu. Untung Nia setia menanti saya yang ngos-ngosan. Hehehe :p



Sampai di ujung Maribaya kami kecewa. Kami kira bisa main air di air terjunnya ternyata tidak. Air terjunnya dipagari. Hhheeehhh....BT tingkat dewa -___- Ya sudah kami ngaso dulu aja deh di musholahnya sebelum pulang. Awalnya kami bingung masa’ cuma begitu aja. Niatnya mau lanjut ke Situ Lembang, tapi ternyata Situ Lembang itu tidak mudah untuk didatangi. Harus izin dulu. Hah, rempong. So kita pulang aja. Tapi berhubung pulang dari Maribaya melewati PVJ, ya kami mampir dulu aja ke PVJ. Sayangnya pas pulang dari Maribaya muacet. Nia aja ampe tidur di angkot :p Dan pas selesai turun angkot ternyata gk ada angkot yang bisa turun langsung di depannya PVJ. Akhirnya kami jalan kaki lagi. Kaki dah mau copot tapi demi yah...hehehehe

Di PVJ ya seperti mall-mall pada umumnya. Namanya juga wanita, ya kami suka ajah liat-liat. Well, dapet sesuatu sih dari PVJ. Post man bag. Dah lama nyari yang pas di hati pas di kantong eh malah menemukan di Export PVJ. Nia pun menemukan baju renang di Sogo PVJ. Oh iya satu hal yang lucu, itu Sogo, tapi harga Matahari. Kami sampe hampir belanja-belanji kalu gk inget cuma bawa ransel. Males rasanya bawa jinjingan. Rempong. (alesan ajah duit nanggung :p).


(foto diambil dari blog seseorang)

Pulang dari PVJ jalanan lumayan tersendat. Mungkin macetnya long weeked baru dimulai minggu malam. Lucunya kita turun di deket Mc D Simpang Dago dan jalan kaki lagi ke dalem Cisitu Lama padahal kaki mah dah mau dicopotin aja kalu bisa. Hehehe....

Hari terakhir di Bandung mungkin hanya pagi menjelang siang saja kami jalan-jalannya. Yah sekitaran Dago aja deh. Rencana Nia pulang ke Jakarta dan saya ke Tangerang nebeng lagi dengan sahabat saya. Aji mumpung, dia ke Jakarta Senin sore katanya dan nnngg kalau gk salah ingat sih memang dia sempat menawarkan kami untuk balik ke Jakartanya. Alhamdulillah bagi kami perjalanan kali ini benar-benar dipermudah. So pagi-pagi kami udah cantik. Mau nyari sarapan, dan berhubung sudah sangat lama sekali dari terakhir kali saya menikmati Bubur Ayam Mang Oyo, akhirnya kami nyabu (Nyarap Bubur :p). Mungkin pembaca sekalian taulah Bubur Ayam Mang Oyo. Ada yang mengatakan enak, ada juga yang mengatakan biasa aja. Kami kembali berjalan kaki dari kosan Cisitu Lama menuju lokasi. Lokasi yang kami tuju adalah kedai yang di jalan Gelapnyawang (dekat kampus ITB). Bayangan saya sih dekat dari Cisitu Lama. Toh hari itu juga masih pagi. Jadi kami kembali berjalan kaki dari Cisitu Lama, menyusuri Taman Sari, lewat belakang kampus ITB, lewat Sabuga, lewat Kebon Binatnag Bandung, dan ternyata jauuuuuhhhhhhh.....maafkan saya Nia. Kejauhan jalan-jalannya. Bener-bener mengosongkan perut sebelum sarapan :p Untung buburnya bener-bener kental jadi ngeganjel perutnya mayan lama. Cukuplah untuk cadangan energy jalan-jalan lagi.


(foto diambil dari blog seseorang)

Setelah sarapan kami kembali berjalan kaki. Awalnya mau nyoba masuk ke kampus ITB dan jalan-jalan aja sendiri. Tapi kok ya rasa asing dan gk enak ati aja. Takut ditanya macam-macam. Akhirnya kami mengurungkan niat. Eh tapi tetep aja nyangkut di depan kampus Ganesha setelah mendengar suara gending. Tampaknya ada beberapa mahasiswa yang sedang latihan. Mungkin dalam rangka menyambut ITB Fair minggu depannya. Cukup lama kami duduk di depan kampus menyaksikan dan menikmati sajian mereka. Hiburan gratis bow. Hehehe....

Tujuan selanjutnya adalah mencari oleh-oleh yang tentunya adalah makanan, baik itu brownis, molen, ataupun kripik. Lumayan lama juga kami berjalan menyisiri Dago sambil poto-poto. Gak masuk ke FO, hanya menyisiri saja udah bikin kaki tambah capek.





Ngaso dulu sebentar sambil menikmati buah potong abang-abang di depan outlet Brownis Kukus Amanda dimana Nia langsung memesan es duren. Bleeeehhhh.....Pulang dari belanja oleh-oleh, langsung hujan deras. Untungnya hujan turun setelah kami tiba di kosan jadi gk keujanan deh. Beres-beres sebentar dan istirahat sambil menunggu waktu janjian pulang.

Sahabat saya janji di Mc D Simpang Dago jam 16.00an dan ternyata kembali molor lagi. Tak apalah yang penting kami pulang selamat dan nyaman. Kami pulang ke Jakarta bersama sahabat saya dan 2 temannya lagi, jadi cukup ramai juga itu isi mobil sedan. Lumayan ramai karena salah satu temannya sahabat saya ini ramai sekali orangnya. Sahabat saya mengatakan “dia ini adalah orang yang gk perlu disulut api dah bikin rame sendiri”. Hehehe....Tidak lengkap dan seru apabila perjalanan itu biasa saja. Beberapa kali kami berhenti. Alasannya, ya hanya sahabat saya dan ALLOH yang mengetahui (geleng-geleng kepala). Bahkan kami sempet kehilangan kartu toll. Huahahhaha pengalaman menarik. Saya yang meski sudah pernah membayangkan bagaimana kalau teman saya ini panik, akhirnya saya lihat sendiri. Walaupun malam tapi tampak sekali muka paniknya. Jadi gk enak hati. Mudah-mudahan jadi pelajaran bagi saya juga klu tiket toll jangan diselipin di kompartemen pintu. Mungkin terjatuh saat dia berhenti di rest area. Mungkin juga terjatuh dimana, entahlah. Yah pokoknya problem solved dengan membayar denda tentunya. Gk ribet sih prosedurnya. Yah, jadi pengalaman berhargalah bagi kami semua.

Satu persatu tumpangan sahabat saya turunkan. Saya paling terakhir karena saya paling jauh dan ya sedikit maksa minta anter pulang. Dah malem gitu lho. Tega amat dia ninggalin saya di tepi jalan -___- Sampai di rumah saatnya saya membantu dia keluar dari daerah rumah saya sampai menemukan akses toll. Wuiiihh saya sampe panik karena dia bilang tampak seperti nyasar. Huhuhu  Maafkan petunjuk saya yang kurang jelas ya. Untungnya dia selamat sampai ketemu toll dan sampai di rumahnya yang ternyata malam itu dia ke Bogor bukan ke kost d Jakarta. Gubrax.... Entah dia menembus kecepatan berapa karena tampaknya hanya 1jam saja dari Tangerang ke Bogor.

Perjalanan ke Bandung kali ini sangat berkesan buat saya. Terima kasih untuk mb Nia yang mau menemani saya “jalan” ke dan di Bandung. Terima kasih untuk uni yang mau menampung kami selama 5 jam saja. Terima kasih untuk temannya Nia & keluarga yang mengajak kami putar-putar Bandung di malam hari. Last but not least, thanx to my bro for everything that u’ve done. Big big thank you.

Aaannnddd...c ya on d’ next trip. bubay....

Thursday, February 23, 2012

PERJALANAN KE DUA SETELAH UMROH...(MALAY lah)

Setelah postingan “Unforgatable Soul Travel” (12 July 2011), saya memiliki keinginan terpendam untuk bisa jalan-jalan kemana saja asalkan tempatnya menarik untuk dilihat, budget mencukupi, dan teman jalannya asyik. Dan berhasillah saya lakukan untuk perjalan kali ini.

Perjalanan kedua ini adalah ke Kuala Lumpur – Malaysia. Meski banyak orang yang menghujat habis-habisan negara yang satu ini, tapi tidak bisa dipungkiri ini negara terdekat setelah Singapura dari Indonesia. Saudara saya banyak yang bermukim di sana dan sudah lama saya berjanji untuk bisa datang berkunjung ke mereka. Apalagi setelah passpor saya jadi tahun 2010 lalu, negara ini adalah alasan pertama kenapa saya membuat passpor.

Setelah saya berkunjung ke negara yang menjadi mata pelajaran dari SD, yaitu Arab (Madinah dan Mekkah), saya dan teman-teman saya; Mira dan Nia memutuskan untuk pergi travel ke luar negri. Karena Nia sudah pernah ke Singapura dan meski Mira serta saya belum pernah, akhirnya kita memilih Malaysia (Kuala Lumpur) sebagai negara tujuan. Alasannya; negaranya belum pernah kita kunjungi sama sekali, biaya penerbangan mencari yang murah, tempat tinggal gratis di rumah kakak sepupu saya, transportasi terjamin nyaman karena kakak sepupu saya memiliki kendaraan pribadi, jadi total perjalanan lumayan murah meriah bahagia.

Pembicaraan tentang perjalanan ini sudah dari bulan Agustus 2011. Lalu Mira mulai mencari tiket murah. Ketika sudah dapet (kita naik AirAsia), kita putuskan berangkat tanggal 12-14 November 2011. Cukuplah 3 hari untuk jalan2 mengelilingi negara kecil ini. Saya, Mira dan Nia setuju dan mulai mencari – cari tempat tujuan wisata. Dan tentu saja saya mulai menghubungi kakak sepupu saya akan maksud kedatangan kami. Alhamdulillah dia welcome sekali. Meski dia sudah mewanti-wanti kalau kamarnya sempit, tapi yah namanya ogah rugi kami menyetujui demi menghemat biaya. Toh kita akan lebih sering di luar rumah ketimbang d dalam rumah.

Setelah searching and googleing dan tentu saja hari H sudah dekat, kami (saya dan Mira) mendapat kabar buruk. Nia kemungkinan tidak bisa pergi karena dia harus dinas luar ke Philippine. Yaaaahhhh padahal kami ingin sekali bisa traveling ber-3. Kita hanya pernah menghabiskan waktu bermalam di rumah saya, jadi yah sepertinya kurang puas aja.

Singkat cerita tanggal 12 November 2011 tiba. Karena pesawat berangkat jam 6.20, jadi saya perkirakan harus berangkat dari rumah jam 4.30 atau mepet-mepet yah jam 5.00. Tapi jreng jreng jreng, Mira sms jam 3.00an dan dia mengatakan sudah sampai di bandara. OMG...kalang kabut. Antara takut telat dan kesian mendengar dia sendirian dah nyampe kesubuhan di bandara. Maka saya langsung grabag-grubug mandi, pakaian, dan mempersiapkan makanan. Makan di mobil aja dah, untungnya adik saya mau nganterin. Kalau gk, saya pecat juga dia jadi adik.

Akhirnya sampai juga di bandara. Untungnya saya dan Mira sudah berjanji gk bakalan bawa koper alias beransel ria jadi memudahkan kita untuk tidak perlu queing di baggage claim. Langsung kita menuju ke check in pesawat. Waktu itu AirAsia masih di terminal 2E. Check ini mudah dan tidak terlalu lama karena tampaknya pagi itu lebih banyak yang mau ke Singapura daripada ke Malaysia. Namun terjadi kelucuan di imigrasi. Pagi itu line-nya yang dibuka hanya 4. 2 untuk warga negara Indonesia, 1 untuk warga negara asing, dan 1-nya lagi untuk pegawai negeri yang dinas luar negeri. Lalu dengan sotoynya saya mengatakan ke Mira “ngantri sini aja yux, sepian” sambil mengantri di belakang bapak-bapak yang hanya membawa satu koper kecil tanpa saya lihat dia berbaris di line khusus penerbangan dinas. Sampai di depan petugas akhirnya petugas menanyakan “apakah passpornya biru?”, lalu kami terbengong-bengong. Dan huaahahhahaha....salah bow, kami ternyata salah mengantri. Dan lalu kami mundur teratur. Untung saja tidak ada antrian di belakang kami. Tpi lucu juga hari itu. Tgl 12 November itu hari sabtu dan kok ada ya yang dinas luar hari sabtu. Hmmm.....aneh. Terlalu pagi. Yah sudahlah.....



Lalu lagi-lagi terjadi hal yang membuat kami kalut. Ketika sedang mengantri dan mengecheck tiket boarding pass, kok punya Mira bertuliskan namanya Nia. Lagi-lagi salaaahhhh....dan Mira harus berlari-lari ke tempat check in untuk re-check in karena dia salah mendapatkan tiket boarding pass. Setelah mendapatkan tiket tersebut untungnya bapak-bapak petugas di Imigrasi Perjalanan Dinas berbaik hati memperbolehkan Mira melewati imigrasi tersebut tanpa perlu mengantri puanjang-panjang kembali.

Alhamdulillah jam 5.50an kami berhasil memasuki lobby 2E. Well, belom di lobby sih karena lobby-nya belom buka. Parah. Akhirnya kami sholat subuh dulu di depan pintunya. Biarlah daripada gk sholat subuh.

Setelah berhasil memasuki pesawat dan menanti untuk take off, perut kami keroncongan. Berbekal permen kami sarapan. Meski saya sudah sedikit memasukkan nasi ke perut tapi kok ya masih lapar. Ya sudahlah tahan aja. Toh penerbangan hanya memakan waktu 1jam-an. Huaaa rencana dan perkiraan kami salah besar. Melihat beberapa penumpang memesan makanan kami jadi tertarik, tapi kembali mengurungkan niat setelah melihat harganya yang tidak masuk akal. Jadi kami kembali menikmati permen sambil membayangkan makan cup mie. Hehehe....Hampir saja Mira menyerah setelah tak tahan godaan cup mie. Tapi untung juga dia tidak jadi memesan, karena tidak beberapa lama setelah hampir berubah pikiran, pilot mengatakan kita akan segera landing. Huaaaa senangnya.

Landing kali ini disponsori oleh hujan rintik-rintik dan kelaparan. Karena sebelumnya saya sudah janjian dengan sepupu saya di Mc Donalds lalu kami langsung menuju ke tempat makan tersebut. Well, gk buru-buru ke sana juga sih. Yah poto-poto dulu lah di tempat-tempat yang ada tulisan menurut saya lucu.





Sampai di Mc Donalds Mira langsung memesan sarapan yang telat untuk kami berdua dan saya langsung keliling mencari kakak sepupu saya, kak Noor. Udah 2x saya puterin itu Mc D yang tidak terlalu besar tapi kak Noor tak terilhat juga. Meski saya belum pernah bertemu secara langsung dengannya, tapi berdasarkan perasaan dan foto di efbe saya yakin tidak menemukan beliau. Lalu saya memutuskan untuk membeli sim card hand phone lokal. Tapi malang tak dapat dipungkiri, bahasa Inggris orang melayu itu emang agak kacau, seperti halnya kemampuan bahasa Inggris saya yang ngepas hehehe :p Selain masalah bahasa, booth tempat penjualan sim card sedang offline, jadi sim card baru dapat diaktifkan dalam waktu 30 menit kemudian. Ya sudahlah saya tidak jadi beli. Saya kembali ke Mc D sambil menikmati sarapan yang sudah hampir dingin dan tentu saja mendinginkan kepala saya yang panik mancari kak Noor. Alhamdulillah sambil makan kak Noor tiba. Dia juga mengatakan sudah puter-puter nyari saya. Hehehe :p



Rencana perjalanan hari pertama adalah ke Kuburan almarhum Om saya yaitu ayah kak Noor, puter-puter KLCC, tentu saja poto-poto di beberapa landmark seperti Petronas Twin Tower, belanja di Central Market dan berakhir dengan makan malam di flat om saya yang adalah kakak pertama ibu saya. Tapi seperti ucapan beberapa orang pintar, manusia punya rencana tapi Tuhan yang menentukan. Karena hujan, dari LCCT menuju pemakaman masih juga hujan, akhirnya kami meletakkan tas ransel dulu di rumah kak Noor di Damansara, lalu menuju ke Tugu Peringatan Negara Malaysia di KL. Masih ditemani hujan rintik-rintik dan beberapa anak sekolah rendah (SD, red.) yang sedang study tour setelah ujian, kami foto-foto. Untuk masuk ke sini dan museum dekat-dekat ini seperti Memorial Tun Abdul Razak, gratis. Hehehe....Ini beberapa poto-potonya.............







Karena sudah siang juga ya tentu saja kami harus makan. Hehehe. Mari kita mencoba masakan tradisional Malaysia (homeade, red.). Siang itu kami makan di pinggiran KL, di rumah makan “Ikan Bakar – Masakan Ala Kampung”. Model penyajiannya prasmanan. Nasi dengan banyak lauk pauk. Kebanyakan lauknya adalah ikan, baik itu digoreng, gulai, bakar, bumbu pedas. Hampir semuanya menurut saya yang orang Padang, rasanya seperti masakan Sumatra pada umumnya. Tapi kok ya kurang berani ya. Rasanya kurang pedas untuk saya yang lidahnya tiap hari makan masakan pedas. Malahan banyak diantaranya yang rasanya manis. Aneh. Kebanyakan gula kaya’nya. Tapi harga manakanan untuk kami ber-3 lumayan murah. RM 20an saja. Ini poto restonya ............





Abis makan tujuan selanjutnya adalah nnngg apa ya? Antara KL Tower atau Petronas Twin Tower. Akhirnya diputuskan kami ke KLCC untuk poto-poto di Petronas Twin Tower. KLCC isinya ya seperti mall pada umumnya. Niatnya mau ke Petrosains dan nyebarang di jembatan penghubung dua tower itu gagal, karena under re-construction. Akhirnya hanya poto-poto di luar KLCC dengan view landmark menara kembar, atau taman dibelakang mall KLCC, atau jalan raya di depan KLCC. Ini beberapa potonya







Setelah ke KLCC, kami ke KL Tower. Sudah diwanti-wanti sama kak Noor harga masuk untuk melihat KL dari atas cukup mahal. RM 45an per-orang. Tapi yah kami bandel aja. Akhirnya saya dan Mira saja yang ke atas, kak Noor menunggu kami di bawah. Dan benar saja. Di atas biasaaaaa buanget. Menyesal? Yap, tapi pengalaman. Cukup 1x aja. Nanti kalau ada yang model beginian lagi di Melaka gk akan maulah kami masuk. Mahaaalll. Ini potonya..........





Setelah dari KL Tower, kami lagsung menuju Selangor lagi untuk ke makam ayahnya kak Noor. Mengejar sebelum Maghrib dan kemungkinan besok kami tidak bisa berkunjung karena perjalanan hari ke-2 adalah ke Melaka.



Setelah dari Selangor, kami kembali ke KL untuk berbelanja oleh-oleh di Central Market. Niat saya adalah belanja sekali untuk beberapa orang yang saya sayangi. Titik. Untuk hari ke-2 dan ke-3 hanya jalan-jalan. Tidak ada lagi waktu untuk belanja-belanja. Karena males belanja banyak-banyak. Toh kami hanya berbekal ransel saja. Sampai di Central Market sudah maghrib dan kami langsung sholat maghrib. Nyamannya perjalanan ke Malaysia adalah mudah sekali menemukan tempat Sholat. Entah kalau di negara-negara lain. Info terakhir dari Sari, dia ke Singapura sulit sekali menemukan masjid atau tempat sholat. Ibarat Bali. Sulit sekali. Singkat cerita kami tidak terlalu berlama-lama di Central Market karena om saya sudah menelpon untuk segera ke tempatnya. Tapi namanya wanita, milih-milih itu lama :p Belum lagi saya begitu menyukai arsitektur Central Market. Gedung tua tapi penataan kios-kios di dalamnya sangat apik. Tidak sumpek dah teratur. Nyamanlah menurut saya. Oh ya ada sesuatu yang unik tapi sayang saya tidak sempat mengabadikannya. Ketika saya mau ke toilet, ternyata toiletnya itu dihalangi oleh pagar yang bergerak apabila saya memasukan 50 sen. Pagar pembatasnya itu seperti di pintu masuk Dufan. Tapi jangan salah, toiletnya bersih. Arsitekturnya unik. Vintage gitu. Sayang saya dan Mira lupa memotretnya, tapi semoga pembaca bisa membayangkannya, hehehe...:p





Putar-putar di Central Market lama juga. Jam 21.00 baru kami meluncur ke flat om saya. Kalau kata kak Noor, rumah di KL itu mahal. 1 orang hanya boleh punya 1 rumah. Apabila dia ingin membeli rumah yang lebih besar dari sebelumnya, dia harus menjual rumah yang dia miliki sekarang. Dan untuk orang-orang pendatang, mereka kebanyakan hanya menempati flat / apartement / kondominium yang menurut saya semunya itu sama modelnya. Seperti rumah susun. Flat tempat tinggal om saya agak jauh dari KL. Kurang lebih 45 menit. Btw, di Malaysia untuk mengestimasi jarak, mereka lebih sering pakai waktu. Mungkin tingkat kemacetan yang rendah jadi 45 menit itu jauh sodara-sodara. Seperti Jakarta – Bogor. Sesampainya di sana parkiran penuuuhhhh. Hampir tidak dapat parkir. Mungkin karena padatnya penduduk flat dan lahan parkir yang sedikit. Tempat om saya ada di lantai 17. Ketika memasuki lantai 17, saya jadi ingat film-film hongkong zaman saya SMP. Agak kumuh. Jadi jangan membayangkan seperti flat-flat atau apartemen-apartemen bagus yang ada di Jakarta. Hehehe :p



Bertamu di rumah om saya sekitar 1.5 jam ditemani 6 orang sepupu saya lainnya. Sambil makan malam kami nonton televisi yang kebetulan sedang menayangkan ajang penghargaan musik di Malaysia. Di situ saya melihat Ami Search lagi. Meski sudah tua dan rambut sudah cepak, tetep ganteng bow, ehem...Trus ada juga beberapa iklan buatan Indonesia yang di dubbing bahasa Malaysia. Hadeh hadeh hadeh. Dari pinggiran KL kami kembali ke Damansara menuju rumah kak Noor. Beristirahat untuk besok pagi harus menempuh perjalanan jauh ke Melaka. Tidak lupa sebelum pulang, mampir beli air mineral dulu di minimart. Uniknya Negri Selangor (Damansara itu bagian dari Selangor) itu punya peraturan, bahwa tiap hari Sabtu tidak akan memberikan kantong plastik kepada pembeli. Jadi bagi para pembeli harap membawa kantong / tas dari rumahnya sendiri. Ini Khusus hari Sabtu.

Hari kedua adalah perjalanan ke Melaka. Awalnya kami bingung apakah ke Genting Highland atau ke Melaka. Tapi kak Noor bilang di Genting tak ada ape-ape. Hanya amusement park je’. Soo kita memutuskan ke Melaka yang lebih banyak tempat untuk bisa dilihat dan dijadikan tempat foto-foto. Perjalanan dari Damansara menuju Melaka cukup lama. Antara 2-3 jam dengan kendaraan pribadi. Kanan kiri pemandangan selama di perjalanan bayangkan saja apabila kalian ke Bandung lewat tol Cipularang. Yap seperti itu. Alhamdulillah hari ke-2 cerah ceria jadi cukup puas juga saya mengambil foto meskipun dari dalam mobil. Sesampai di Melaka kami disambut oleh deretan toko-toko cina yang sudah tua. Meraaaaaaahhhhhh semua. Saya lebih serasa di Kota (JakUt) dari pada di Melaka (Malaysia). Pengen turun sih untuk foto-foto. Tapi saya dan Mira memutuskan “klu kita ambil foto di sini, kita gk ke Malaysia dunk tapi ke Hong Kong”, dan akhirnya kami urungkan niat kita untuk langsung menuju pelabuhan di Melaka karena tidak jauh dari situ banyak sekali museum-museum yang bisa kita datangi salah satunya adalah Christ Church Melaka yang terkenal dengan warnanya yang merah itu. Yah pokoknya di Melaka itu isinya hanya poto-poto di tiap-tiap museum. Meski tidak semua museum kami datangi, cukup dari depan saja. Maklum, budget terbatas. Hahaha....







Lagi-lagi makan di Malaysia itu murah meriah bahagia. Tapi catat ya “asalkan tidak makan di mall!”. Kami bertiga makan siang di Melaka habis sekitar RM 18 saja. Cukup murah. Saya dan Mira makan Tom Yam dan betapa kami berdua menyukainya. Selain isinya besar-besar, enak, murah dan insyaALLOH halal, makan Tom Yam jadi bikin kami ketagihan. Sesampainya di Jakarta kami kembali ke FX dan makan mie Tarik Tom Yam lagi. Rasa kurang lebih sama, hanya saja isinya tidak sefantastis Tom Yam di Melaka.



Selepas Ashar, kami mampir ke rumah kakek & nenek kak Noor dari pihak ibunya yang asli Malaysia. Mereka cukup ramah. Apalagi pak cik keci’ nya kak Noor yang masih SD, lucu sekali. Cukup lama kami beristirahat di rumah atu’. Lepas Maghrib barulah kami kembali ke Damansara supaya tidak kemalaman di jalan. Kan kak Noor nyetir sendiri. Maklum mobil manual tidak bisa saya handle. Hehehe :p

Sesampainya kami di rumah kak Noor lagi sudah malam dan kami harus packing karena besoknya kami sudah pulang harus pulang. Tapi tentu saja sebelum pulang, kami sempatkan dulu ke Putrajaya. Yaitu kota pusat pemerintahan kerajaan Malaysia. Kerajaan menempatkan Pemerintahannya jauh dari pusat Kota KL, kecuali Istana Negara, karena mereka mencari alternatif supaya jalanan di KL tidak macet. Suatu sistem yang harusnya dilakukan oleh Indonesia. Putrajaya sudah berdiri sejak 5 tahun lalu dan cukup berhasil. Semua lengkap di sana. Sekolah khusus anak-anak pegawai kerajaan. Flat / apartemen / kondominium untuk para pekerja kerajaan. Rumah sakit. Mall. 2 masjid besar yang malah lebih sering dijadikan tempat wisata. Pokoknya mereka benar-benar melakukan perencanaan matang untuk memindahkan pemerintahan jauh dari keramaian kota.





Oh iya, ada 1 masjid diantara 2 masjid besar di Putrajaya. Warnanya nnnggg merah pink nude gitu deh. Namanya Masjid Putra. Tempatnya cukup luas. Masjid dengan 2 lantai ini malah dijadikan objek wisata bagi siapapun, etnis apapun, agama apapun. Untuk wanita non-muslim yang tidak berhijab, disediakan jubah warna pink (oooo...unyuuuu sekaleee). Tempat wudlu di underground. Ada lift & tangga tapi yang membuat saya tertarik ada tulisan menarik di dalam lift-nya. Bisa lihat di foto berikut.





3 hari di KL lumayan menyenangkan. Jelas karena kemana-mana saya tinggal minta anter kak Noor. Belum lagi harga barang-barang di KL tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Bahkan waktu saya umroh pun saya tidak terlalu kaget dengan harga barang-barangnya. Entah bagaimana di negara-negara lain yang katanya kita harus extra dalam mengeluarkan kocek kalau tidak pandai-pandai. Akhirnya tiba saatnya saya dan Mira harus kembali ke tanah air. Meski saya menyukai betapa lengang dan teratur di Malaysia, tapi saya tetap cinta tanah air saya. Meski banyak sekali kekurangannya. Toh nanti pasti bisa diperbaiki dan ditingkatkan. Itulah mimpi dan cita-cita kita semua. Percaya. Karena kebudayaan kita dan peninggalan sejarah kita lebih banyak. Negara tetangga ini punya sedikit tapi penataannya sangat apik sehingga menarik minat pengunjung. Yah memang kerja Kementrian Pariwisata itu harus lebih giat lagi.

So, see ya in my next trip....