Friday, June 22, 2012

INILAH JAWABAN DARI DO'A SAYA SELAMA INI. FROM FIVE LEAVES TO SITTING ELEPHANT

Ppembaca yang budiman (kamsud lo diiiii -___-), hello again.

Setelah kemarin-kemarin isi postingannya seputaran jalan-jalan, sekarang lagi pengen nulis tentang kemungkinan akan melakukan apa saya setelah lebaran sampai tahun depan.

Menikah? Menjadi istri seseorang? oooo bukan (tapi pasti pengeeennn). Belum lebih tepatnya.

Setelah berjuang mencoba segala kemungkinan, akhirnya terjawab do'a saya selama ini, meski tidak seperti yang saya harapkan. Saya ingat akan hal yang pernah dikatakan oleh Ichsan. ALLOH akan menjawab do'a kita melalui 3 hal:
1. Langsung menjawab permohonan kita
2. Menanti sampai waktu yang tepat menurutNYA dan memberikan keinginan kita
3. Menanti sapai waktu yang tepat dengan jawaban yg menurutNYA tepat meski belum tentu tepat menurut kita.

Sejak lulus kuliah S1 tahun 2004 saya memang bercita-cita kuliah S2 di luar negri. Kenapa harus luar negri? Yah adalah alasan tersendiri.

Tapi kuliah di luar negri itu biayanya tidak main-main. Muahaaalll. Jadi jalan satu-satunya ya saya harus cari beasiswa. Namun sayangnya pemberi beasiswa rata-rata mempunyai kualifikasi yang hampir mirip-mirip. Minimal bekerja 2 tahun. Baiklah, saya urungkan niat mendaftar beasiswa. Fokus mencari pekerjaan dulu. Bekerja. Daaann carilah beasiswa.

Mulai tahun 2008 barulah saya fokus menentukan negara tujuan. Australia menjadi sasarannya. Menurut info dari Majid (teman SMA), lumayan banyak mahasiswa dari Indonesia dan beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Australia cukup lumayan bagus. ADS (Australian Development Scholarship).

Cerita saya dengan ADS mungkin sudah pernah saya jabarkan di sini http://leadyaherfani.blogspot.com/2012/01/seperti-tahun-2008-dan-tampaknya-harus.html Dan setelah itu saya langsung kecewa. Kabur ke Singapore (norak bener ya saya :p) dan mencoba bersenang-senang. Sekembalinya dari berlibur, saya mengumpulkan rencana-rencana untuk ikut seleksi ADS tahun 2012-2013. Namun teman seperjuangan si Delphine yang sudah mendapatkan beasiswa dari Bappenas yaitu linkage ITB-Belanda, merayu dan terus mendorong saya untuk ikut seleksi yang sama untuk tahap ke-2nya.

Setelah pikir-pikir akhirnya saya mencoba ikut. Mumpung ada satu jurusan yang bisa saya pilih di antara beberapa jurusan lainnya yang bagi saya itu tidak mungkin. Saya pilih linkage Unpad-Gunma Uni (Jepang) dengan program studi Kesehatan Masyarakat. Saya ikut seleksi ini juga setengah hati.

Februari mulailah mengurus surat-surat kelengkapan. Sampe bolak balik ke Pusbindiklatren Bappenas. Gak terlalu nunggu juga sih untuk kemungkinan test pertamanya (TPA). Semua dibawa santaaaiiiii mamen....Ternyata Maret akhir saya dapet panggilan untuk test TPA. Mungkin karena bawaannya gak mau setengah-setengah kalau udah dihadapi suatu tantangan, akhirnya saya ikuti test TPA-nya. Belajar dari buku-buku yang Delphine kasih pinjem dan buku itu yang saya bawa-bawa ke Singapore :p (liburan kok bawa buku pelajaran).

Setelah test TPA saya aja dah gak yakin lolos. Lah wong hampir 80-an soal tidak saya jawab dengan serius alias nembak. Maklum, time management yang kacrut dan jumlah soal yang kelewatan di luar batas kemampuan manusia normal. Tapi pada pertengahan April, ketika pengumuman untuk test kedua saya lihat, ternyata saya lolos dan lanjut ke test TOEFL.

Saya masih punya nilai ITP TOEFL yang berlaku untuk 1 tahun ke depan. Tapi lagi-lagi noraknya kambuh. Coba-coba ikutan test-nya dengan harapan nilainya lebih baik daripada nilai ITP TOEFL yang sudah saya miliki sebelumnya. Yah bolehlah norak sedikit. Hehehehe...:p

Oh ya lupa kasih tau. Saat mendaftar itu keinginan terbesar sih hanya kesempatan sekolah di luar negri-nya. Tetapi ternyata lowongan tahap kedua ini diubah secara sepihak dan tiba-tiba oleh pihak pemberi beasiswa. Jadi program linkage tahap kedua ini tidak ada, hanya dalam negri saja. Akhirnya saya kembali merubah pilihan studi, dimana dari 5 pilihan program studi hanya 1 yang nyangkut-nyangkut ke gizi dan kesehatan. Sisanya, Studi Pembangunan dan Ekonomi Pembangunan.

31 Mei 2012. Telpon itu datang juga. Kebetulan saya lagi di Tanah Abang. Membeli keperluan lomba balita tanggal 5 Juni. Saking padetnya saya tidak sadar ada misscall sampe 6x (ow ow ow). Misscall itu dari 022.....yang saya tahu itu kode area Bandung. Lalu terbersit keyakinan kalau saya lolos beasiswa dan diterima di Unpad. Tapi ternyata ketika saya telpon balik, itu adalah program Studi Pembangunan ITB. Lho kok??? Padahal saya sangat yakin saya lolos dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang sangat sesuai. Tapi ternyata sodara sodara...:((

Quota program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Unpad ternyata sudah penuh dan saya lebih cocok (menurut Pusbindiklatren Bappenas) di program Studi Pembangunan ITB. Di sinilah kegalauan dan perhelatan terjadi lagi. Saat dapat info kelulusan itu, atasan langsung (Kasie) saya sedang dinas luar kota. Saya telpon dan beliau menyerahkan kepada saya untuk didiskusikan kepada Sekretaris Dinas. Namun ketika saya diskusikan dengan beliau, tentu saja karena berbeda dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan, beliau kurang setuju alias melarang.

Menyerah. Itulah yang saya lakukan saat itu. Saya terima keputusan tanpa perlawanan. Toh saya juga tidak terlalu ingin. Masih berusaha ingin dapet ADS dan ke Adelaide. Tapi 3 hari berpikir, saya kembali mengingat kata-kata Ichsan dan Abbas. Mungkin ini jawaban dari do'a saya selama ini. AKhirnya kembali saya diskusikan dengan Kasie saya sekembalinya beliau dari dinas luar kotanya dan selepas perhelatan besar kami yaitu Lomba Balita Sehat tingkat Kota tahun 2012. Saya coba cari-cari info dulu dari Imam (teman SKM yang kuliah di SP-ITB) dan berbicara intensif dengan sang Kasie.

Setelah (benar-benar) mendapat persetujuan dari beliau, saya langsung ke Kepala Dinas (tanpa melewati Sekretaris Dinas lagi) dan alhamdulillah beliau mengizinkan keputusan kedua saya. Dan dimulailah perjuangan kembali saya seperti anak baru kuliah dulu. 6 Juni 2012 daftar online (ini yang paling kacrut), ngurusin surat-surat pernyataan dan persetujuan, telpon MSP-ITB minta waktu karena ternyata waktunya tinggal 24 jam lagi sebelum due date pendaftaran dan pengumpulan foto copy kelengkapan adminsitrasi ke kampusnya. OMG. Makin pening ini kepala @___@ Si ibu dari MSP-ITB di ujung telpon mengatakan bahwa saya harus menyerahkan berkas-berkas maksimal siang hari tanggal 7 Juni 2012.

Alhamdulillah 6 Juni sore harinya saya berhasil mengirim berkas melalui JNE dengan paket 1 hari harus sampe. Eh si ibu telpon lagi dan bilang berkas saya belom sampe. Astaghfirulloh saya langsung degdegan. Tapi pas lagi coba telpon JNE, si ibu sms bahwa berkasnya sudah ada. Alhamdulillah yah sesuatu.....

Sekarang yang saya kerjakan hanyalah menanti pihak BKPP membuat surat tugas, SK, dan surat cosharing biaya hidup, yang sampe hari ini belum selesai juga. Huhuhu :(( Dan juga satu hal yang bikin galau manki nmemuncak, belom dapet kos. Huhuhuhuhu....:(( :(( :((

Ternyata harga kosan sekarang itu mahal sodara-sodara. Kalau mau murah, ya tentu kenyamanan dan kesehatan belum terjamin 100%. Pe'er saya adalah cari kosan, dan sampe saat ini belom survey lokasi, baru browsing internet saja.

Smoga dalam waktu dekat bisa dapet yang sesuai keinginan dan biaya juga tidak terlalu menggila. Daann perhitungan pembayaran bisa sesuai dengan ketika saya masuk kuliah alias gak rugi-rugi amat. Yax mari kita tunggu apa yang terjadi bulan Agustus nanti dan kalo ampe gak dapet juga, bisa-bisa saya buka tenda di kampus :(

ps: mau pejeng logo beberapa universitas yang pernah, cita-cita terdahulu, dan yang akan saya datangi.

ini kampus tercinta dimana saya menerima segala sesuatu hal yang baru dan saya bangga akan dia



ini kampus di Aussie yang tahun 2008 tapi di Adelaide Uni dan gak ada hubungannya dengan Kesehatan

ini kampus di Aussie tahun 2011 yang saya daftar melalui ADS dan lagi-lagi gagal. Sama-sama di Adelaide tapi beda Uni


Kirain bakalan kuliah di sini, tapi ternyata nasip berkata lain.



akhirnya terdampar di sini deh. smoga barokah. smoga ilmunya berguna dimanapun saya berada nantinya meski tidak di bidang kesehatan lagi.


Wednesday, May 02, 2012

PERJALANAN KE-EMPAT (plan after MALAYSIA was SINGAPORE)

Tulisan ini sebenarnya sudah disiapkan (dalam otak :p) ketika perjalanan ini akhirnya terlaksana. Problemnya adalah lagi-lagi kemalesan dan sok-sokan menyibukkan diri dengan kerjaan yang mulai banyak di awal tahun. Yah tanpa perlu berlama-lama (tapi kayaknya akan lama deh, kan saya doyan babbling di intro) mari kita mulai aja bagaimana kisah ini diawali dan selama perjalanan di sana ngapain aja.

Selepas pengumuman shortlist ADS periode 2011-2012 yang menginforkamsikan (lagi-lagi) saya tidak lolos seleksi, rasanya cita-cita saya untuk melanjutkan S2 ke luar negeri kok terhenti. Jujur kalau pake uang pribadi saya gak sanggup. Kenapa gak di dalam negeri aja? Hhhmmm....entahlah. Serasa kurang tantangan. Yang saya inginkan selain ilmunya adalah pengalamannya. Bagaimana saya benar-benar berjuang di negeri asing. Kan Rasululloh SAW sendiri mengatakan “hijrahlah”. Temui sesuatu yang baru makan kamu akan belajar banyak dari sana dan (mungkin) bersyukur dengan yang kamu miliki saat ini di tempat ini. Pengumuman shortlist itu sendiri sebenarnya agak telat. Jadwal seharusnya bulan Desember 2011, tapi ini diundur sampai dengan Januari tanggal 3 Januari 2012 karena test ke-2 akan dilaksanakan sekitar tanggal 8 Januari 2012 (IELTS) dan 19 Januari 2012 (interview). Dan setelah mendapatkan berita mengecewakan tersebut, saya yang dari tahun lalu berencana bahwa tahun 2012 adalah (mungkin) titik balik saya dengan kegiatan-kegiatan baru, tugas baru, pekerjaan (kuliah) baru, bahkan mungkin status baru, dan semua rencana (impian) itu hanya tinggal kenangan. Setelah itu langsung nekat aja meski uang tidak cukup karena ternyata awal tahun banyak juga pengeluaran untuk si bola 4, saya langsung mencoba mencari tiket pesawat murah untuk kembali melakukan perjalanan berikutnya.

Tujuan negara selanjutnya adalah Singapore. Mungkin ini juga sebagai tugas melaksanakan janji saya setelah posting perjalanan umroh, yaitu bahwa saya ingin mengunjungi Malaysia, Singapore dan Australia (semoga masih ada kesempatan menetap sebagai pelajar). Pertama-tama tentu saya harus mencari partner in crime dalam perjalanan kali ini. Nia (teman perjalanan ke Bandung) tentu tidak mau. Lah wong dia sudah 2 kali ke sana, dan semuanya itu perjalanan dinas. Lalu kembali saya mengajak Mira (teman perjalanan ke Malaysia). Sayang sekali kali ini dia tidak bisa. Lupa saya alasannya, tapi berkat pertolongannyalah saya akhirnya bisa juga memesan tiket murah PP dengan AA untuk perjalanan 3 hari ke Singapore yaitu tanggal 27 – 29 Maret 2012. Sekitar tanggal 4 Januari 2012 (1 hari setelah berita duka ADS saya), Mira langsung membantu saya membooking tiket pesawat AA ke Singapore. Jadwal weekend sudah habis semua untuk tiket murahnya. Yang tersisa hanya weekdays, yaitu Selasa – Kamis. Itupun dengan jam terbang yang berbeda dengan ketika ke KL kemarin. Kali ini saya dapat yang departure jam 8.30am (JKT 27Maret) dan departure jam 20.55 (Sing 29Maret). Yah tak apalah. Dari pada menunggu bulan-bulan berikutnya yang mungkin saya tidak ada kesempatan lagi.

Karena Nia dan Mira tidak akan menemani saya kali ini, jadi saya kembali mencari teman yang tentunya bisa untuk diajak dalam perjalanan ini. Banyak teman yang saya tawarkan, tapi alasan mereka semua hampir sama. Belum bisa cuti, tidak punya passpor, sudah punya rencana yang lain di bulan tersebut, tidak diperbolehkan suami, rencana ke Singapore bulan lain di tahun yang sama. Hhhh...ternyata mencari teman perjalanan yang asik itu sulit sodara-sodara. Akhirnya saya mencoba mengajak tante saya. Bilo panggilannya. Meski dia belum punya passpor tapi dia setuju. Meski saat itu juga dia sedang menyusun thesisnya tapi dia setuju. Karena yaaa dia juga butuh hiburan katanya. Dan hiburan kali ini adalah perjalanan ke luar negeri, karena dia cukup sering juga gathering dari kantor tapi itupun hanya seputaran Jawa - Bali.

Akhirnya ditetapkan perjalanan kali ini saya ditemani Bilo. Dan tentu saja saya langsung memaksa dia segera mengurus passpor + money and let me do the rest about the trip karena yah dia toh tetap sibuk dengan thesisnya. Targetnya 7 April 2012 dia wisuda. Soo...apabila saya mau mendapatkan teman jalan, jadi saya harus menjadi EO (lagi). Mulai dari menyusun perjalanannya kemana aja, nginep dimana, perkiraan budget berapa, dsb, dll, dkk,etc. Alhamdulilah banyak teman yang sudah berpengalaman ke sana jadi saya banyak referensi. Menginap yang pasti tidak di hotel karena selain lebih mahal, saya juga ingin mencari tempat yang jam check in – check out nya fleksibel. Semua ini tentu karena jam pulang saya dari Singapore ke Indonesia yang terlampau malam dan tentu saja males jalan-jalan harus menggendong-gendong backpack. Capek ah....

Pilihan jatuh pada apartemen. Saya tanya ke Nia yang tahun lalu DL ke sana dan dia mendapatkan apartemen di bilangan Orchard (Lucky Plaza Apt) yang yah...lumayanlah. namun ketika saya tanya ke pemilik apartemennya, dia mengatakan kalau harga per-malamnya berkisar 100-110 SGD. Lebih mahal dari harga yang Nia sebutkan. Mungkin tiap tahun naik kali ya. Itupun dia mengatakan bahwa untuk bulan Maret belum bisa dipastikan karena masih jauh dari hari saya menghubunginya. Hehehe...iya juga sih. Masih 3 bulan lagi :p Masalah penginapan masih bisa di-pending. Yah maksimal sampai awal maret lah. Lalu masalah perjalanan selama di sana. Berhubung saya tidak memiliki sodara yang bisa dijadikan tour guide, tentu saya harus menyiapkan rencana lebih matang supaya perjalanan ini tidak menyusahkan. Untungnya ada kang @indrapr. Bos RKTI (Radio Komunitas Twitter Indonesia) yang tinggal di Singapore yang memberikan solusi. Saya mengenal beliau melalui twitter. Perjalanan selama di Singapore tentu paling mudah dengan MRT karena MRT di Singapore bisa mencapai setiap sudut kota. Nia pun mengatakan hal yang sama. Lebih murah dan mudah. Awalnya saya berpikir saya akan membutuhkan banyak uang hanya untuk transportasi di lokasi saja. Maklum, rate SGD lebih mahal (2x) dibanding rate saya ke Malaysia (RM) dan Arab (Reyal). Apalagi waktu ke Malaysia kemarin ada kak Noor yang setia mengantar kami dengan mobilnya kemana saja. Tempat-tempat wisata yang bisa saya kunjungi di sana pun kang @indrapr yang merekomendasikan. Tapi tentu saya juga bertanya kepada beberapa teman yang pernah ke sana. Dan rata-rata semua merekomendasikan Universal Studio Singapore (USS).

Teman-teman pasti taulah apa itu USS. Yah menurut saya mah itu taman hiburan. Gak beda jauh seperti Disneyland, Dufan, Trans Studio, Kampung Gadjah. Hhh...jujur kalau taman hiburan saya tidak terlalu fan. Males aja bawaannya. Lah wong waktu perjalanan ke Malaysia aja saya ditawari ke Genting gak mau, dan waktu ke Bandung kemarin juga saya males ke Trans Studio ataupun Kampung Gadjah. Nanti aja ke sananya kalau lagi kelebihan duit :p Oh ya, perlu dicatat juga kenapa saya tidak mengunjungi USS. Selain selalu ramai (jadi disarankan beli tiket OL kalau gak mau ngantri panjang), harga tiket weekdays and weekend berbeda. Pokoknya kalau di kurs Rp mah dah > ½ juta sendiri untuk main-main di USS (see this link http://www.rwsentosa.com/language/en-US/Attractions/UniversalStudiosSingapore/Tickets). WOW. Dengan jumlah segitu saya bisa dapet oleh-oleh banyak. Bisa beli tas C&K 1 atau beli sepatunya 2, hehehe :p Bisa nabungin uang sisa perjalanan juga seperti setelah balik dari Malaysia kemarin. Jadi diputuskan sudah, saya tidak akan mengunjungi USS. Dan Bilo setuju ajah. hahaha.....

Btw, kenapa dari tadi saya selalu mengatakan “saya” bukannya kami? Well, nanti ajalah. Kan ceritanya ini masih planning. Dan berhubung Bilo manut aja apa kata saya untuk tempat-tempat wisatanya, soo...saya pegang kendali di sini :D

Hari berganti hari (setelah sebelumnya sempet rempong jalan-jalan ke Bandung dulu), minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, akhirnya hari yang dinanti akan tiba. 2 minggu sebelum keberangkatan saya belum juga mengurus penginapan. Entah kenapa saya berpikir 110 SGD untuk 1 malam, kok ya mahal sekali. Apalagi kamar mandinya sharing dengan penyewa lainnya. Untung ada @BeaKusma (teman main dari SD) yang ketika berkunjung ke Tangerang sempat saya todong untuk meminjamkan buku perjalanan ke Singapore-nya. Dia beli buku itu sebagai gambaran untuk perjalanan dia nanti bulan Mei 2012 katanya. Awalnya saya bermaksud pergi bersama dengannya. Tapi berhubung dia bersama suami dan saya juga gak enak mengganggu (ditolak tepatnya), akhirnya saya tidak jadi pergi bersama dia. Di buku tersebut lumayan ada beberapa referensi tempat menginap murah meriah bahagia, referensi tempat wisata, referensi jajanan (makan & belanja) dan beberapa informasi lainnya.

Dari buku itulah akhirnya saya mengambil keputusan untuk menginap di hostel. Dengan kamar mandi sharing bersama penyewa lainnya juga tapi harga lebih murah 50% dari pada di Lucky Plaza Apt. Hostel kan kebanyakan sharing bedroom juga. Dengan bunkbed isi 6-10 orang dalam 1 kamar. Untungnya di buku yang saya pinjam tersebut ada pilihan hostel yang menyediakan private room. The Hive Backpackers Hostel di bilangan Boon Keng (Serangoon Rd. tidak terlalu jauh dari Boon Keng MRT Station). Untungnya lagi @just_me_vitha (teman 1 kantor) ketika bulan Februari kemarin menginap di sana. Jadi saya sangat tertolong sekali dalam perencanaan kali ini.

Bayangkan pemirsa, berangkat tanggal 27 Maret dan baru tanggal 22 Maret saya menghubungi The Hive untuk menanyakan apakah untuk tanggal tersebut ada private room yang tersisa. Alhamdulilah ada. Dan langsung saja saya membooking. Pelayanannya sangat mudah. Booking pun tidak perlu pakai booking fee. Pembayaran bisa langsung di tempat (tentu langsung bayar full dari pada diusir :p). Saya cukup mengatakan 24 jam sebelum kedatangan bahwa saya jadi/tidak menginap di sana. Peraturannya sih check in time adalah 15.00 pm dan check out time adalah 11.00 am. Tapi mereka bersedia apabila ada yang mau menyimpan tas/ransel/kopernya dulu sambil jalan-jalan. Alhamdulillah sekali. Yah karena lagi-lagi masalah jam kedatangan dan kepulangan pesawat saya.

Seperti dalam postingan ke Bandung waktu lalu, dalam setiap perencanaan ataupun mendekati hari H suatu perjalanan, tidak afdol apabila tidak ada masalah. Masalah kali ini datangnya dari tiket pesawat saya. Setelah booking tanggal 4 Januari 2012 saya merasa yakin bahwa departure dari JKT adalah jam 8.30 am. Tapi karena guest name-nya tidak sesuai dengan passpor (maklum si Bilo baru selesai bikin Passpor akhir Februari), jadi saya kembali merevisi ke AA untuk guest name. Setelah saya fax passpor-nya Bilo untuk merevisi nama beliau, saya kembali mendapat email dari AA yang isinya tiket baru. Saya liat nama guest-nya sudah berubah sesuai dengan passpor tapi kenapa jam departure juga berubah? OMG saya baru sadar kalau awalnya kami berangkat jam 8.30 am diganti menjadi jam 5.40 am. WHAT??? Dari rumah jam 3.00 am inimah. Saya tanya ke cs-nya dan alasannya hanya “ini dirubah secara sistem”. Gilaaaaaa.......................Mana gak ada pemberitahuan. Well, pemberitahuannya melalui e-mail tiket pengganti sih. Tapi ini kan karena saya merubah (merevisi) guest name. Coba kalau saya gak merevisi tiketnya. Dan ternyata 2-3 hari sebelum departure, si AA baru mengirimkan e-mail perubahan jam departure pesawat kami. Berhubung e-mail saya link ke hape, jadi itu e-mail datang bertubi. Selama 2-3 hari tersebut, e-mail tentang perubahan jam ada sekitar 5-6 email. Hhhhhh cape deeee -_____-

Oh ya satu lagi, 2 minggu setelah pengumuman ADS (yang gagal) dan setelah membooking tiket perjalanan ini saya mencoba daftar beasiswa lagi. Kali ini beasiswa salah satu instansi pemerintah untuk program linkage Unpad-Gunma, Jepang. Awalnya mengatakan bahwa pengumuman shortlist & jadwal ujian ke-2 (TPA) adalah tanggal 11 Maret 2012 untuk ujian TPA tanggal 17 Maret 2012. Ternyata sampai dengan tanggal 11 Maret belum ada pengumumannya juga. Bahkan di websitenya tidak ada. Ternyata ketika saya menghubungi kantornya tanggal 16 Maret 2012, bapak-bapak di ujung telpon mengatakan bahwa ujian diundur. TPA tanggal 31 Maret 2012 dan ujian TOEFL tanggal 21 April 2012. Alhamdulillah saya lolos shortlist dan akan TPA tanggal 31 Maret 2012. Tapi hal ini membawa dilema tersendiri. Saya baru dapat informasi kelulusan tanggal 22 Maret 2012 sedangkan saya akan cuti mulai 27 – 29 Maret 2012. Mulailah saya grabag grubug belajar. Yah seperti biasa ya’ Selalu belajar mendekati hari hari, bukannya jauh-jauh hari. Tapi apa mau dikata, toh saya gak pasti juga lolos shortlist kali ini. Tanggal 23 Maret 2012 seharian saya belajar di kamar. Tanggal 24 Maret 2012 minta ditemenin mama pagi-pagi ke lokasi ujian untuk memastikan tempatnya, dan malam harinya malah ke rumah sepupu untuk minjem SLR :p Tanggal 25 Maret 2012 pagi-pagi ke Pondok Kopi untuk menengok sodara yang masuk RS. Tanggal 26 Maret 2012 ngantor seperti biasa dan sibuk mengumpulkan laporan untuk rapat tanggal 29 Maret 2012. Ternyata waktu belajar saya sangat sedikit. Akhirnya diputuskan. Saya bawa aja itu bukunya. Biarlah di sana entah akan dibaca atau tidak, yang penting saya tenang dulu ada pegangan. Jadi diputuskan sudah, trip kali ini disponsori oleh buku persiapan TPA -____- (thanx to @dee1053 yg udah minjemin buku sakti ini).

Hari yang dinanti tiba. Tanggal 27 Maret 2012, jam 2.00 am saya sudah grabag grubug mandi. Siap-siap semua perlengkapan perang ke Singapore. Sarapan dulu karena yakin di pesawat gak bakalan dapet apa-apa. Dan grabag grubug nyari taxi pagi-pagi buta ama mama. Naik motor ke depan komplek nyari taxi jam 2.30am itu mendebarkan. Bukan takut ketemu dedemit, tapi takut ketemu maling. Hehehe...:p Sudahlah muter-muter ke depan komplek gak juga nemu taxi barang satu pun. Akhirnya balik lagi pulang dan si Bilo udah nunggu. Sebelum nyampe rumah, sempet mampir bentar sih di pos kamling dan ada pak satpam yang salah satunya bisa dimintai tolong untuk nganter ke pull taxi. Jadi nanti saya dibonceng si mama dan Bilo dibonceng pak satpam. Toh nantinya si mama pulang ada temen barengannya yaitu pak satpam :D

Sampai di pull taxi ternyata taxinya baru beroperasi jam 4.30 am. Hetseh -___- Kami harus check in max jam 4.30am. Perjalanan dari pull taxi ke bandara sekitar 30-40 menit. Belom lagi antri check in. Bagaimana ini??? Memang sih AA bisa OL check in, tapi saya males aja. Untung ada taxi yang kebetulan lewat. Awalnya si bapak supir bilang dia akan pulang karena harusnya dia off jam 1.00 am. Tapi alhamdulillah sang bapak berbaik hati mengantarkan kami dua wanita ke bandara. Makasih banyak ya pak supir. Semoga barokah selalu.

Isunya tanggal 27-29 Maret 2012 akan ada demo besar-besar berkenaan dengan maksud pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Dan tanggal yang sama ini saya bersama tante saya melarikan diri menghindari kerusuhan demo tersebut. Hahahahaha....tampak seperti penjahat-penjahat negara yang kalau melarikan diri selalu ke Singapore :p Maskapai yang kami naiki mulai bulan November (lupa tanggalnya) memindahkan semua penerbangan domestik dan luar negerinya ke terminal 3. Jadi saya pikir nanti di terminal 3 kami tidak akan terlalu mengantri panjang di imigrasi seperti di terminal 2. Yah palingan yang ngantri jam 3.30 am mah orang-orang yang naik AA ke Singapore ato KL ato Penang. Benar saja. Terminal 3 ini baru. Arsitekturnya lebih modern dibanding terminal 1 dan 2. Waktu itu masih sepi. Masih banyak toko-toko yang tutup. Mungkin karena masih pagi buta. Tapi kaya’nya waktu ke Malaysia bulan November saya juga pagi-pagi buta di terminal 2 dan ada beberapa toko yang sudah buka. Entahlah....

Beres check in pesawat (saya duduk jauh dari Bilo), beres check in di imigrasi, nunggu di boarding room yang duingin bin sepi sambil nunggu waktunya sholat subuh. Oh ya, kali ini kami agak lebih mudah sholat subuhnya. Dulu waktu di Terminal 2, jam 6 aja boarding room belom buka, padahal tangga ke musholah terdekat ya harus melalui boarding room. Alhamdulillah di terminal 3, jam 3.00 am boarding room udah buka. Musholahnya pun tidak jauh. Jadi yah sangat praktislah.

5.40 am pesawat siap berangkat. Perjalanan ± 1jam 40menit kata pak pilotnya. Sampai di Changi jam 8.20 am waktu Singapore (1jam lebih dulu dari pada Jakarta). Changi Airport itu gedungnya buesar buanget ya. Isinya dah kaya’ mall. Penghubung antara terminal 1, 2 dan 3 juga mudah. Dengan skytrain antar terminal. Tidak seperti di bandara Soeta yang kalau gak naik taxi, ojek, ato trans bandara yang super lama (mulailah kita banding2in dengan keadaan negara sendiri *nepokjidat). Sampai di Changi samalah seperti sampe di LCCT. Poto-poto dulu keadaan dalemnya itu airport. Hehehe....ini beberapa poto yang bisa saya ambil. Sayang di beberapa poto nantinya akan sedikit burem. Tampaknya settingan SLRnya berubah. Maklum amatir :p


Selesai check out di imigrasi Changi. Petualangan dimulai. Waktu di LCCT lokasi janjian mudah. Mc D. Nah klu di Changi, kami harus mencari jalan keluar sendiri. Lebih tepatnya saya yang banyak bicara. Bilo mah ikutan aja dah. Dia pegang uang tapi saya yang komunikasi selama di negara orang :p Prinsip saya sih kalau mau nanya direction di manapun saya berada, saya harus bertanya kepada local people. Ato minimal ama pekerja di gedung tersebut. Karena salah-salah malah saya nanya ama wisatawan yang sama gak ngertinya ama saya. Pertama tanya ke security. Lalu tanya ke OB. Dan akhirnya berhasil saya temukan tempat naik airport sky train untuk menuju ke terminal 2 dimana di terminal 2 ini lah terdapat Changi MRT station. Untungnya sebelum pergi saya minta @just_me_vitha untuk mengirimkan pdf MRT map. Dan saya pinjem EZ Link Card ke dia & Nia. Yaitu kartu pass untuk naik MRT. Tinggal top up (isi ulang) aja di tiap station ada mesinnya. Mesinnya sih mirip-mirip mesin pembayar tiket parkir di KL. Masukin duit. Tapi tambahannya ya tempelin kartu yang mau di-top up. Katronya kami adalah gak tau masukin uangnya dimana. Karena kami tukar uang kertas semua jadi bingung. Ada beberapa lubang. Ada lubang untuk uang receh (itu jelas perbedaannya), dan sekitar 3 lubang tipis yang entah mana untuk memasukkan uangnnya. Maklum di Indonesia barang kayak gini gak ada. Adanya mesin ngambil uang. Gak ada mesin masukin uang. Well, ada sih tapi jaraaaaaannnngggg buannggeeettt. Untungnya ada bapak-bapak baik hati yang membantu bagaimana mengisi kartu tersebut. Kami isi masing-masing 10 SGD dulu. Kayaknya cukuplah untuk 3hari puputeran Singapore. Kata kang @indrapr sih bisa ampe 100 SGD tp pan kami Cuma 3hari di Singapore jadi yah isi 10 SGD ajalah. Ini potonya. Sory kalau potonya gak jelas (blur)


Our 1st destination was our hostel. Pokoknya meletakkan semua barang bawaan sebelum menjelajah Singapore. Kami naik MRT dari Changi airport ke interchange Tanah Merah, ganti MRT jurusan Joo Koon untuk ganti MRT lagi di interchange Outram Park. Dari situ naik yang jurusan Punggol untuk turun di Boon Keng. Keluar dari Boon Keng MRT station jalan kaki deh ke The Hive Backpackers hostel. Lumayan juga panas-panasan dan berat-beratan bawa backpack. Kaki dah pegel dan perut dah keroncongan. Mana haus lagi. Hhhhh........Seharusnya dari Tanah Merah kami bisa aja ganti di interchange City Hall lalu naik yang ke Jurong East, lalu ganti lagi di interchange Dhoby Ghaut baru deh naik yg ke Punggol turun di Boon Keng. Tapi yah mungkin karena baru pertama kali naik MRT, jadi yah sok-sokan pengen berlama-lama di dalemnya :p Abisannya adhem buener...


Long story short, kami sudah sampai di The Hive. Jam 9.00am kami sampai. Urus administrasi. Dan pas receptionnya ngajak kami keluar ke sebrang jalan, saya agak bingung. Ternyata kamar kami tidak satu gedung dengan The Hive gedung utama. Dia bilang mereka baru menambah kamar tapi sayangnya di sebrang jalan. Dan private kamar kami adanya di gedung baru itu. Alhamdulillah kami tidak perlu menanti sampai jam 15.00pm untuk bisa masuk kamar. Private room yang saya pesan bersih. Seluruh gedung baru ini dari luar tampak seperti ruko. Full carpet jadi kami harus melepaskan alas kaki (just feel like home). Kamarnya jg berkarpet. Fasilitasnya; queen bed (cukup ber2), tv, ac dan lucunya ada kipas angin. Hehehe...Kamar mandi di luar. Sharing dengan penyewa lainnya. Free wifi dan ada komputer yang bisa dipakai bersama-sama. Di dapur ada hair dryer for free. Laundry bayar lagi. Tapi kalau mau nyetrika, gretong bow. Air minum langsung aja dari keran. Dan free breakfast from 7.30 – 10.30 am. Kalau pakai peralatan makan, harap dicuci kembali. Pokoknya selama 3hari 2malam di The Hive, kami merasa puas. Harga private room yang kami pakai @ 55 SGD per-malam. Jadi diitung-itung dua malam di The Hive sama aja satu malam di Lucky Plaza Apt. Pokoknya kalau ada kesempatan ke Singapore lagi, mungkin saya akan pilih private room The Hive lagi. Dan bagi temen-temen yang mau ke Singapore, The Hive salah satu rekomendasi saya untuk menginap. Kalau mau bunkbed, itu malah lebih murah. Coba check sendiri di website mereka di http://www.thehivebackpackers.com ini poto kamar saya. Kelupaan poto ruangan gedung barunya.


Setelah beristirahat melonjorkan kaki, bersih-bersih, sholat dulu, kami memutuskan perjalanan pertama adalah Little India. Tapi sebelum ke sana, tentu kami makan dulu. Karena bingung mau makan dimana, akhirnya pilihan jatuh ke Mc D yang ada di atas MRT station pas kami keluar tadi. Karena baru awal-awal, setelah turun dari MRT kami mengambil arah Serangoon Rd. Itu lebih jauh dikit dari pada apabila kami mengambil arah Boon Keng Rd. Tapi kalau gak keluar dari situ, mungkin kami tidak menemukan Mc D, hehhehe :p Eh ada sesuatu yang unik nih. Kenapa setiap pertama kali mendarat di LN, makanan yang saya coba pertama selalu Mc D. Apakah karena ini lebih mudah jadi gak bingung-bingung ato karena Mc D dah jadi makanan internasional? Hmmm entahlah.

Seperti halnya perjalanan ke Bandung bersama Nia, di Singapore kami full “JALAN”. Naik turun MRT. Jalan kaki ke sana ke mari. Ke Little India sebenarnya bisa aja naik MRT lagi, tapi karena kami berkeinginan jalan dan sight seeing, akhirnya diputuskan jalan kaki. Lumayan jauh juga dari Boon Keng ke Little India. Info dari @dhitta kalau belanja oleh-oleh yang harganya lumayan lebih miring dibanding beberapa tempat di Singapore adalah Mustafa Center. Soo setelah nyampe di Little India kami langsung ke Mustafa Center. Ini poto-poto sepanjang perjalanan di Little India dan setelah belanja di Mustafa Center. Cape juga bawa-bawa coklat 2kg keliling Marina Bay abis dari sini :p


Oh iya jangan lupa, setelah keluar dari Pesawat ato setelah keluar dari Imigrasi di Changi, langsung ambil Peta Singapore & MRT map. Itu penting sebagai bantuan selama puputeran di Singapore. Berhubung selama di LN saya tidak pernah mengaktifkan hape apalagi layanan GPRS, jadi yah peta ini sangat membantu sekali. Palingan aktifnya GPRS apabila sudah kembali di hostel karena ada layanan free wifi-nya.

Sebelum memulai perjalanan ke Little India, saya sempet tanya ke kang @indrapr enaknya kemana lagi hari itu. Pilihan saya sih pengen poto di Merlion. Jadi si akang langsung menginfokan untuk naik MRT lagi dari Little India, ganti di interchange Dhoby Ghaut naik yang ke Marina Bay, turun di Raffles Place. Nah dari Raffles tinggal jalan kaki aja ngelilingin area situ sambil poto-poto dan yah terserah lah mau ngapain aja di Marina Bay. Sewaktu makan di Mc D Serangoon Rd kami sempat berteduh karena hujan. Yah gk ada persiapan bawa payung soalnya. Eh ternyata nyampe di Raffles mendung. Niatnya mau jalan-jalan di pinggir Marina Bay eh malah guelap. Daripada keujanan, mending langsung menuju Merlion. Sudahlah hampir nyasar. Lari-lari. Tapi akhirnya berhasil nyampe di bawah jembatannya dalam keadaan selamat. Ujan deres baru mulai pas ketika kami sampai di bawah jembatan di Merlion. Padahal kalau gak mendung kami mau keliling sekitaran Raffles dulu. Tapi takdir berkata lain (halah). Sempet juga sih poto sebentar





Jam 18.00pm hujan baru mereda di Merlion. Lumayan sempet poto pas gerimis. Yah pokoknya landmark negara yang saya kunjungi sudah dapet potonya dan sudah berhasil saya liat langsung. Abis dari situ kami bingug lagi mau kemana. Lalu pas liat di peta yang saya ambil di bandara ada yang menarik perhatian saya. Singapore Art Museum (SAM). Karena gak berhasil ke Singapore National Museum, yah minimal ke SAM lah. Dan yang tentunya membuat saya tertarik adalah Titanic Exhibition in order to celebrate 100 years of Titanic. Penasaran, dan akhirnya kami memutuskan mengunjungi SAM. Tiket ke Titanic exhibit 24 SGD per-org. Dan beruntungnya kami, pertunjukan ini hanya sampai tanggal 29 April 2012. Sayangnya kami tidak boleh memotret di dalamnya karena kalaupun mau curi-curi, pasti ketauan. Setiap sudut ada cctv. Pokoknya pengalaman mengunjungi Titanic exhibit ini tidak terlupakan. Saya serasa benar-benar berada di dalam Titanic. Bagaimana diperlihatkan awal mula perencanaan Titanic, the blue print, the people whose in charge and act in built it, the picture of important people (1st class passenger) whose in the story, barang-barang peninggalan yang sempat ditemukan di dasar laut, pintu masuk menuju 1st class, lorong-lorong mewah di 1st class, contoh kamar 1st class dan harga penyewaan perkamar per-malam yang bisa membayar ganti rugi seluruh korban lumpur Lapindo menurut saya. Lalu diperlihatkan juga kamar 3rd class, ruang mesin, deck tempat 1st class berkumpul. Di deck ini suasana dibuat malam hari. Soo romantic. Tapi yang paling tidak bisa dilupakan adalah ketika saya dibawa masuk ke ruangan tempat Jack menunggu Rose di tangga kayu berputar sebelum mereka memasuki ruang makan malam para 1st class passenger. Edaaaaannnn..........keren abieeezzzz. Sayang lagi-lagi sayang. Tidak bisa poto-poto di situ. Oh ya tidak ketinggalan. Ada contoh iceberg-nya. Anggap aja itu iceberg yang ditabrak Titanic sebelum tenggelam. Dan satu yang terakhir adalah dinding nama-nama seluruh penumpang RMS Titanic. Nama-nama 1st class, 3rd class dan pekerja yg selamat dan hilang. Dari sekitar 3000an penumpang, yang selamat hanya 300an orang. Sebelum masuk kami diberikan tiket yang menunjukkan nama penumpang asli. Sampai di ruangan terakhir, saya bisa melihat di dinding bahwa saya atas nama Mrs. Catherine Rizk Joseph with two children; Michael Joseph and Anna Joseph of Mr. Peter Joseph's spouse and children adalah 3rd class passenger dan selamat bersama 3 anak saya. Tapi Bilo tidak selamat sebagai 1st class passenger. Namanya ada di antara orang-orang yg hilang.Ini ada poto tampak luar Singapore Art Museum

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00pm. Waktunya pulang kembali ke hostel. Nah keluar dari SAM cukup membingungkan nyari MRT stasion terdekat. Ternyata SAM itu lebih dekat ke Promenade MRT station. Tpi saya harus masuk ke mall (aduh lupa namanya) super guede di deket Espladanade yang kalu gak salah inget itu gedung dibuat yang atasnya tampak seperti perahu. Sumpah yah itu Mall guede abiezzz....sayang tak sempat kami poto karena keburu cape plus bingung nyari MRT station.

Akhirnya ketemu juga itu MRT station. Lupa namanya tapi emang gk ada di MRT map. Pokoknya itu MRT membawa saya ke Promenade dan saya harus ganti di situ untuk naik nantinya harus ganti di Dhoby Ghaut. Kaki rasanya udah mau copot. Capek sekali. Salah satu kekurangan Singapore menurut saya adalah, tidak ada ojek :p Setidaknya kalau di Indonesia, apabila udah mentok capeknya saya bisa manggil tukang ojek dan langsung deh nyampe di lokasi. Tapi di Singapore, turun dari MRT, saya masih harus jalan cukup jauh ke hostel. Mana laper lagi karena belom makan malam. Lucunya kami salah mengambil arah lagi. Kali ini jauh dari Serangoon Rd yang pertama. Kami salah putar meski menemukan KFC sebagai pengganjal untuk makan malam. Kami nyasar ke arah yang belawanan. Mana hape gak saya aktifkan google map-nya *nepokjidat. Untungnya mulut masih bisa berbicara. Pokoknya di tempat asing itu kita harus berani bertanya. Dan alhamdulillah orang di sana baik-baik mau membantu kamu menunjukkan arah yang benar menuju The Hive. Meski The Hive tidak terlalu familiar di telinga mereka (ternyata yah), tapi saya ingat hostel gedung baru tempat kami menginap (which is di sebrang The Hive utama) ada nama jalannya yaitu Lavender st. Barulah orang-orang itu menyadari. Dan yax benar saja.......kami berlawanan arah dan jauuuuuuuhhhhh sekali. Huhuhuhu....pegeeelllll

Sesampainya di kamar langsung saya selonjoran. Bilo langsung tepar di kasur. Karena kami masing sudah lapar, akhirnya kami langsung membatai ayam-ayam KFC. Tapi kok ya meski lapar saya tetap merasa bahwa ayam-ayam Mc D ataupun KFC di sana tidak seenak di negeri sendiri. Kurang bumbu. Emang Indonesia jagonya masakan dah. Top markotop. Karena badan juga sudah lengket, saya langsung mandi. Biarin deh gak ada air anget. Biarin deh uah jam 22.30pm. yang penting seger.

Hari kedua kami memutuskan untuk seharian di Sentosa Island. Tidak ke USS tapi minimal bisa poto di depan bola Universal yang guede itu seperti anjuran Nia. Bwahahahahha.....Perjalanan ke Sentosa gak perlu ganti-ganti MRT. Cukup naik dari Boon Keng ke jurusan Harbour Front. Turun di situ lalu ke Vivo City Mall. Dari Vivo City mall naik Sentosa skytrain. Berhubung masih lumayan pagi dan belom sarapan, yah mengganjal perut dulu dengan roti bicara (BT) karena rencana kami makan di dalam Sentosa. Ternyata BT-nya sedikit berbeda dengan yang di Indonesia. Yaitu adalah....jeng jeng jeng, saya hampir mengambil pork bread. Yap, “BABI”. Mungkin karena masih pagi jadi roti-roti nya belom ada bendera label-nya. Hanya sebagian saja. Karena saya tahu tekstur BT yaitu gendut penampilannya tapi pas dimakan kopong aja, soo saya memutuskan memilih roti daging. Pas saya mengambil salah satu roti, saya tanya dulu lah ini daging apa? Apakah ayam atau sapi atau daging yang dijadikan sosis. Si pelayan pas liat saya mengambil roti itu Cuma bilang “Pork”. WHADDA....Darn....hampir aja saya kecolongan. Bisi kaco dunia persilatan. Lalu dengan bismilah semoga loyangnya berbeda, kami membeli 2 roti keju.

Sesampainya di depan USS langsung deh poto-poto. Benar aja, selain banyak yang poto di depan bola besar Universal, banyak juga yang udah antri mau masuk ke USS. Entah dia beli tiket masuk USS atau mau beli tiket yang hanya nonton Transformer ato ngantri sembako. Entahlah. Yang kami lakukan selesai poto-poto adalah mencari restoran. Ketika melewati (aduh lupa namanya) salah satu restoran yang menyediakan seafood, saya langsung tertarik, tapi kok gak ada sertifikat Majelis Ugama Islam Singapora (MUIS). Ya sudah gak jadi masuk. Apalagi tampaknya itu resto mahal. Soo, kami mencoba di Malaysian Traditional Village. Saya kira makanannya pasti aman. Ternyata isinya kebanyakan khas Penang dan OMG dari beberapa mini booth makanan, yang paling aman (bersertifikat MUIS) hanya 2, yaitu Nasi Lemak dan Nasi Briani. Sayangnya saat itu nasi Briani belom buka, jadi kami makan nasi Lemak. Berhubung saya sudah pernah merasakannya dan yah sangat-sangat standarlah itu rasanya akhirnya biar Bilo aja yang makan. Saya icip-icip ayamnya dikit aja. Semoga nanti di Sentosa Beach area dekat dengan lokasi Song of The Sea ada resto yang aman.


Selesai makan, kami jalan kaki lagi menuju Casino. Cuma sempet poto didepannya aja karena yah ngapain juga kami masuk. Uangnya gak cukup untuk beli satu koin :p Selesai poto-poto di depan Hard Rock Hotel & Casino, kami jalan kaki menuju patung super besar Merlion di Sentosa. Lebih besar dari yang ada di Marina bay dan warnanya tidak putih. Kami tidak sempat masuk karena males aja. Tiketnya cukup mahal. Kami lanjut ke Sentosa. Cari tempat sholat. Istirahat sambil nunggu pertunjukan Song of The Sea. Ini bener-bener edan. Atas saran dari salah satu kencengean saya (ehem), kami memutuskan harus menonton Song of The Sea (SOS). Ternyata pertunjukan pertamanya adalah jam 19.40pm. lama juga kami luntang lantung di Sentosa Beach. Dari muterin pantai-pantai pake bis resort yang guede dan terbuka berangin-angin gimana gituh, sampe duduk lama plus ketiduran di booth New Zealand Natural Ice Cream di Siloso Beach. Awalnya sepi, hanya kami berdua yang duduk di situ dan ketiduran. Eh ternyata ada turis jepang yang sendirian menikmati sama seperti kami. Dia ketiduran juga. Hahaha...... yah ini sedikit poto-poto di Sentosa


Saatnya makan siang ato sore ato menuju malam entahlah. Pokoknya kami sudah kelaparan. Resto yang kami tuju adalah The Taste of Asia. Menurut Peta Sentosa Island yang paling masuk akal sih itu. Dan benar saja. Ada sertifikat MUIS-nya. Alhamdulillah. Kami pesan Tom Yam plus lemon ice tea. Tak disangka tak dinyana, tom yam-nya tidak pakai mie melainkan nasi. Waaaa senangnya. Jujur karena sangat jarang kami di Singapore bisa nemu nasi kalu gak di Little India. All familiar fast food such as Mc D or KFC don’t served rice in their menu. Jadi kami sangat-sangat bahagia gembira ria ketika ada nasi di situ, padahal di list menunya tidak disebutkan. Harganya juga tidak terlalu mahal. Entah karena sepi atau apa, pelayannya seperti pasang mata waspada kepada meja kami. Tiap dia liat ada wadah makan yang kosong, langsung serbu untuk diangkut. Sisi bagusnya sih meja jadi cepat bersih, tapi kok ya berkesan seperti mengusir. Padahal kan kami masih mau duduk berlama-lama di situ. Dasar emang yah. Kebiasaan beli makan murah tapi duduk berjam-jam di Indonesia tetep aja kebawa-bawa :p Inilah pesenan kami dan yah nampang dikitlah sebelum makanan datang


Setelah nunggu cukup lama juga untuk menyaksikan pertunjukan SOS akhirnya bisa juga nampang di depan gate-nya. SOS itu semacam pertunjukan music perpaduan antara sinar laser, asap dari es kering, air muncrat (yap, bukan mancur) dan api. Bagus sih. Menghibur sekali. Inilah maskot SOS; Oscar


Selesai pertunjukan ya kami langsung pulang. Dan berhubung sudah hapal medan (jiah gaya lo maliihh), kami pulang dengan selamat sentosa gak pake nyasar. Hehehe :p Tapi sama aja sih. Nyampe hostel tetep jam 22.00pm dan tetep saya mandi. Sumpah gerah banget hari itu di Sentosa. Mungkin karena saya memakai pakaian serba merah jadilah menyerap panas plus keringetan.

Hari ketiga dan hari terakhir di Singapore. Pagi-pagi sudah bersih-bersih setelah semalam packing. Jam 8.00am check out tapi nitip ransel dulu di receptionistnya. Tidak lupa sarapan dulu. Lumayan dapet roti bakar, cereal plus teh anget. Hmmm...syedaappp. Rencana perjalanan hari terakhir adalah ke Chinatown, Bugis area, Arab St, Orchard, Balik ke hostel ngambil ransel, ke Changi trus nunggu pesawat deh. Wiw, keren deh rencana hari ini. Timing pun telah ditentukan. InsyaALLOH tidak meleset ato minimal gak ketinggalan pesawat *gayabeutpakekacamataitem.

Perjalanan ke Chinatown dari Boon Keng kembali sangatlah mudah. Tinggal naik MRT dari Boon Keng yang menuju Harbour Front tapi turun di Chinatown. Keluar-keluar disambut ama lampion-lampion merah. Suasana menurut saya sih mirip di film-film Hong Kong jaman dulu jadi serasa di Hong Kong neh. Tapi yah itulah, jualan semua kanan kirinya. Berbagai atribut cinderamata dijajakan. Harga lumayan lebih murah dibanding di Little India, itu kalo beli banyak :D Tapi yah jangan dibandingkan dengan beli cinderamata di Orchard ato Raffles. Tentu di sana lebih mahal daripada di Chinatown. Di Chinatown akhirnya Cuma liat-liat, poto-poto dan kelaperan. Mau beli makanan kok ya berasa kurang aman aja bagi saya yang muslim. Oh ya, di sekitaran Chinatown kami sempat mampir ke salah satu klenteng besar. Mumpung gretong dan banyak turis yang berkunjung juga. Dan asiknya, boleh poto-poto. Di Tangerang deket kantor saya sebenarnya ada klenteng juga, hanya saja saya sungkan sekali untuk masuk. Takut salah :p Ini foto-fotonya


Perjalanan selanjutnya ke Orchard. Tempat yang selalu jadi tujuan utama para pelancong Indonesia kalau ke Singapore. Dari MRT station Chinatown kami naik yang menuju Punggol lalu berhenti di interchange Dhoby Ghaut untuk ganti MRT yang menuju Jurong East. Awalnya kami mau turun di Orchard, tapi sepertinya seru juga kalau turun di Somerset. Akhirnya kami putuskan turun di Somerset dan jalan kaki menyusuri Orchard Road. Memang yah kalau anda adalah orang kaya banget, banyak duit banget, sok monggo jajan dan belanja-belanji lah di sepanjang Orchard Road. Karena anda akan dimajakan oleh deretan mall-mall semua barang ber-merk terkenal. Saat itu, kami selain tidak punya cukup uang (alesan paling jitu), yah emang punya sasaran tembak lain untuk diboyong ke Indonesia, hehehe... Mungkin kalau saya jitu, saya bisa mendapatkan sasaran tembak saya. Tapi waktu masuk ke Ngee Ann City (Takashimaya), sudahlah kami muter-muter di dalam tetep tidak menemukan yang saya cari. Bahkan ketika saya ke Bugis Junction, di sana juga tidak menemukan. Maybe next time.

Menyusuri jalanan Orchard itu antara seru dan tidak. Seru karena adem dan yah menurut saya teratur aja plus asik. Tidaknya mungkin karena salah alas kaki dan kelaperan serta agak sedikit membingungan. Karena sewaktu kesana kemarin itu lagi ada beberapa bangunan yang direnovasi jadi ada beberapa tempat yang tidak bisa dilalui. Niatnya bisa ringkas nyebrang eh malah harus muter. Makin tambah cape. Sampai di ujung Ion Orchard, nyebrang ke Singapore Marriott lewat bawah dan sempet nyasar juga. Cukup lama juga berputar-putar di bawah Ion Orchard. Sampai akhirnya ketemu jalan keluar dan menemukan Marriott senangnya bukan main. Ketika menuju ke Lucky Plaza nemu Mc Cafe. Soo beli minum dulu ah. Sumpah deh menyusuri Somerset itu cape. Masuk Lucky Plaza berasa memasuki mall Ambasador yang di sebrang Mega Kuningan menurut saya. Nothing special. Eh ada dink yang sedikit special. Hehehe...Masih ingat cerita wc umum di Central Market – KL? Di postingan sebelumnya kan saya ilustrasikan kalau wc umumnya itu bayar 50 cent (RM) untuk masuk dan masuknya dihalangi semacam pagar besi bergerak (seperti di Dufan). Nah kalau di Lucky Plaza lebih tradisional yaitu dijaga oleh penjaga toliet dan kita harus bayar 1 SGD, hahaha......smoga kang @indrapr gak nganggep cerita saya ini aneh. Yah maklum aja, 2 hari di Singapore tidak menemukan wc umum yang bayar. Sama aja sih seperti waktu di Malaysia yang hanya di Central Market saya menemukan semacam itu.

Di Lucky Plaza kami tidak lama. Setelah itu langsung menuju ke Bugis St. Dari MRT station Orchard kami lanjut ke Bugis. Naik yang jurusan Marina Bay turun di interchange City Hall lalu ganti yang jurusan ke Tanah Merah turun di Bugis. Sampai di Bugis langsung nyari masjid. Ternyata nemunya di Arab St. Lumayan lama kami di Masjid Sultan. Ketika sudah menuju sore barulah kami beranjak. Nyari makan dan lagi-lagi saya memesan tom yam (hehehe...), sedangkan Bilo pesan mie kuah. Kami kira itu seperti mie rebus biasa. Ternyata kuahnya adalah kuah sambel kacang. Hahahaha....seru juga menemukan menu baru. Jadi agak-agak seperti perpaduan antara mie dan ketoprak. Selesai makan langsung menuju Bugis Junction. Saya pikir bisa menemukan cinderamata yang unik-unik dengan harga murah meriah bahagia di sana. Ternyata saya salah. Arsitekturnya lebih mirip perpaduan antara Pasar Baroe – Jakarta (tampak luar) dengan Cilandak Town Square (dari dalam). Dan tentu saja seperti mall kebanyakan, harga tidak bisa dikatakan murah. Mungkin di Bugis Village. Tapi sayang kami tidak sempat ke sana karena berhubung waktu sudah sangat sore dan kami harus mengejar waktu ke Changi. Well, untungnya Bilo mendapatkan sesuatu yang dia inginkan di Bugis Junction. Saya? Belom juga pemirsa yang budiman.


Jam 17.30 pm selesai dari Bugis kami langsung ngacir ke hostel di Boon Keng lagi untuk mengambil ransel yang masih dititipkan di sana. Sampai di hostel, ambil ransel, say goodbye to the receptionists (curiganya sih mereka para owner-nya) dan langsung ngacir lagi ke Changi. Sesampainya di MRT interchange station Tanah Merah kami menantikan kedatangan MRT yang menuju ke Changi. Cukup lama juga dibanding biasanya kami menanti (biasanya tidak lebih dari 5 menit sudah datang keretanya). Jam sudah menunjukan pukul 19.00 pm dan kami belum dapet MRT ke Changi, belom check in (lagi-lagi saya tidak OL check in), dan yang pasti belom ngayap di toko-toko yang ada di dalam Changi airport (haiyah -_____- do’oh :p ).

Alhamdulillah keretanya datang. Sesampai di Changi langsung ngibrit masuk skytrain ke Terminal 1, lalu sesampainya di Terminal 1 lari-lari untuk check in. Safeeeee......Pokoknya kalau udah check ini dah lega deh. Perkara pesawat mau delay ato apa bodo amat :p Abis check in saya sempatkan ke booth C&K nyari sesuatu untuk diri sendiri. Mayan dapet 1. Padahal ada 1 barang lainnya tapi ukuran tidak ada. Dan ada 1 barang lainnya lagi (set dah banyak amat ya) yang ingin saya beli tapi no strap. Sooo gak jadi deh. Akhirnya beli cuma 1 aja. Well, next time kalau ada kesempatan lagi lah. InsyaALLOH.

Sebelum masuk boarding room beli kopi dingin dulu. Jam 20.55 waktu booarding tapi ternyata di tunda 1 jam. Gak apalah. Kami bisa mengistirahatkan kaki dengan nyelonjor dan saya bisa belajar. Hahaha hampir lupa kalau saya bawa pe’er untuk tanggal 31 Maret. Jadi intinya buku TPA yang saya bawa itu hanya berhasil saya buka hari pertama di hostel selama 2 jam dan hari terakhir di bandara selama menanti pesawat plus di dalam pesawat selama penerbangan. Hebaaattt...:p

pheewww.....*nyekakeringet. Panjang dan lama juga neh postingan. hehehe...maklum abis sepertinya ceritanya lebih banyak di kepala saya dibanding perjalanan ke Malaysia ataupun umroh (it's more than special). penutupnya apaan ya? well, pengalaman saya ini kalau dibanding ke Malaysia kemarin sih bisa dibilang saya lebih tertarik untuk kembali lagi ke Singapore meski saat saya berkunjung kemarin itu untuk makan masih butuh adaptasi lagi. Jujur makanan di Malaysia lebih sedap dari pada di Singapore. Dan tentunya harga-harga di Malaysia lebih murah daripada di Singapore. Selain karena moda transportasi di Singapore itu sangat mudah, murah dan nyaman, jadi yah saya sangat enjoy perjalanan kali ini. Dan kalau sistem di negara kita itu rapih dan bener, insyaALLOH kita bisa mencontoh sistem transportasi negara kecil yang lebarnya gak lebih lebar dari ibukota kita.

Oh iya tidak lupa, saran saya sih kalau mau traveling dengan budget murah, harus siapin yang (sedikit) matang dan persiapan fisik itu lebih penting. Karena kekuatan "berjalan" dan kenyaman alas kaki itu penting juragan. Yap cukup sampai di sini dulu ya. Next trip kemana ya? Hadeh pengen banget ke UK & Aussie nih. Mumpung masih ada temen yang domisili di sana. hehehe :p (aji mumpung dasar)

Friday, February 24, 2012

PERJALANAN KETIGA SETELAH MALAYSIA (BANDUNG dulu deh)

Halo halo halo. Gak lama-lama menunggu untuk menceritakan perjalanan saya yang ke-3 karena yaaa saya sudah menyiapkan postingannya terlebih dahulu, hehehe...Tapi entah apa yang akan terjadi nantinya, semoga gk hiatus lama.

Rencananya memang seperti keinginan saya bahwasanya perjalanan ke-3 adalah perjalanan ke luar negri lagi yaitu Singapura. Yah yang dekat-dekat aja dulu. Bukan mau sok-sokan ato apa ya. Tapi ternyata perjalanan ke Bandung kali ini cukup berkesan bagi saya. Berkesan membuat saya copot kaki dan ketuker sendal setelah tukeran sendal. Hehehe....:p

Sebenarnya perjalanan ke-3 mungkin adalah Yogya. Perjalanan mengganti pembatalan kepergian kita (saya, Mira, Nia) bertiga ke KL. Kami merencanakan ketika liburan natal 2011. Saya dan Mira berangkat langsung ke YK sedangkan Nia duluan ke Temanggung dan kami ber-3 akan bertemu di YK. Tapi ternyata ALLOH merencanakan lain. Ke YK gagal. Liburan natal saya cukup di rumah saja bersama orang tua. Lalu liburan tahun baru Mira nginep di rumah saya sambil yaaa apalagi kalu gk ngegosip. Sayang gk bisa sama Nia. Tapi yah suatu saat pasti kami bertiga akan kembali traveling entah kemana. insyaALLOH.

Januari 2012, saya lihat kalender ada tanggal merah di hari senin (libur Imlek) yaitu tanggal 23 Januari 2012. Saya langsung menghubungi Nia dan menanyakan kira-kira kemana long weekend kali ini? Setelah dipertimbangkan akhirnya kami merencakan perjalanan kali ini ke Bandung. Mungkin janjian dengan Mira sekalian di Bandung karena berhubung rumah orang tuanya di Bandung. Mira masih bingung apakah pulang ke Bandung atau tidak. Kalaupun pulang tampaknya dia akan memiliki acara sendiri dengan keluarga karena katanya sih udah lama gak pulang. Akhirnya perjalanan kali ini kembali ber-2 saja, saya dengan Nia. Yah demi membayar rasa kangen saya berkumpul bersama dia. Dah lama juga soalnya gak jalan ama Nia.

Dimulai dengan menentukan tanggal berapa berangkat. Apakah Jum’at (20 jan ‘12) malam atau Sabtu (21 jan ‘12) pagi. Saat itu saya langsung teringat seorang sahabat yang biasa pulang pergi Bandung - Jakarta setiap weekend. Seperti 1.5 tahun lalu saya nebeng dia ke Bandung juga, lalu saya hubungi dia tentang rencana saya. Dan alhamdulillah dia setuju untuk ditebengi. Alhamdulillah dapet temen tebengan yang tentu tau Bandung dibanding kami berdua dan bersedia mengantarkan kami sampai tempat menginap. Makasih ya bro. Setelah mencari-cari alternatif menginap, Nia mengatakan lebih baik kita berangkat Sabtu pagi dengan travel / kereta / bis dan langsung menuju ke Bosscha – Lembang karena tempat ini memang yang dari dulu saya ingin tuju. Untungnya Nia juga mau nemenin saya ke Bosscha. Dan Nia juga sudah mendapatkan tempat menginap gratis di bilangan Cisitu Lama yang merupakan kos-kosan temannya. Kita dapat kamar di lantai 3 untuk ber-2 dengan kamar mandi di dalam. Wah senang sekali. Alhamdulillah. Saya lalu menghubungi sahabat saya dan menceritakan semuanya. Dan alhamdulillah dia setuju untuk berangkat sabtu pagi-pagi sekali.

Lalu masalahpun mulai timbul. (kenapa sih setiap mau pergi ke suatu tempat, selalu timbul masalah?). Sang Sahabat mengatakan ada sesuatu yg menyebabkan dia harus ke Bandung jum’at malam dan dia mengatakan hal ini ketika dekat-dekat hari H keberangkatan, padahal saya dan Nia sudah setuju akhirnya untuk berangkat Jum’at malam. Ya saya tidak apa, toh itu tugas dia untuk pulang. Tapi saya makin gk enak ketika dia menawarkan akan mencarikan tiket kreta pagi ke Bandung supaya ke Bosscha kekejar. OMG, maafkan temanmu ini yah yang sudah banyak merepotkan. Akhirnya saya dan Nia setuju biarlah kami naik travel saja jadi dia toh gk perlu repot-repot mencarikan kami tiket kreta. Tapi selang keesokan paginya dia sms kembali mengatakan rencana kembali seperti semua. Hetseh...rungsiiiiinnnggg.......padahal saya sudah menyiapkan plan B. Saya dan Nia hanya bisa tertawa dan bersyukur. Rezeky emang gk kemana. Hehehe ... :p

Intinya mah kami bisa ke Bosscha hari sabtu. Tapi....(jreng jreng jreng) masalah tidak sampai di situ, Bosscha tidak dibuka secara komersial. Bosscha buka dari Selasa sampai Sabtu dimana Selasa-Jum’at khusus untuk pelajar atau kunjungan pendidikan, dan untuk umum hanya hari Sabtu jam 9.00 – 13.00 saja. WHAT??? Jreng jreng jreng...(sok sok dramatis). Saat itu sudah mepet-mepet hari H jadi semua penginepan murah sudah penuh, dan tidak mungkin juga mengatakan ke bapak penjaga kos di Cisitu bahwa kami akan datang Jum’at malam menjelang subuh hanya demi mengejar Bosscha. Darn...

Akhirnya saya meminta tolong ke kakaknya teman saya yang di Malang untuk mencarikan tempat menginap murah yang cukup untuk 5 jam saja. Namun akhirnya dia malah menawarkan rumahnya untuk tempat menginap jadi kami tidak perlu repot-repot. Toh kami hanya ber-2 katanya. Bayangkan saya belum sekalipun bertemu dengan dia tapi saya sudah bertemu dengan kakak dan keponakannya terlebih dahulu. Tapi untungnya saya sudah sering berbincang-bincang dengan kakaknya. Bahkan dengan keponakannya juga. Tapi tetep aja ada rasa canggung dan tidak enak karena kemungkinan kami akan datang jam 1 – 2 pagi. Uni bahkan sampai memberikan no hp mba’ nya (mb’ Eti) yang beres-beres di rumah karena kemungkinan uni gk bisa bangun karena harus berangkat ke Jakarta pagi jam 4an mengantarkan Salma, anaknya, untuk tanding In Line Skate di TMII. Ya ALLOH betapa setiap rintangan itu pasti ada jalan keluar dan ada orang-orang baik yang membantu dengan ikhlas. Semoga mereka diberi rezeky lebih. Singkat cerita, kami diperbolehkan menginap di rumah uni di Kiara Condong dan pergi lagi jam 7 ke Cisitu Lama untuk meletakkan barang bawaan lalu segera meluncur ke Bosscha – Lembang. Maklum long weekend. Bandung pasti macet. Apalagi ke Lembang. Oh iya tidak lupa mengucapkan terima kasih ke sahabat saya yang masih inget rumah si uni. Lho? Iya, dulu dia pernah nganterin pesenan bonekanya Salma ke Kiara Condong. Tapi ketika nyampe sana dia lupa-lupa inget. Hhhh....-_____- Ya sudahlah. Yux lanjut.

Dipastikan saya dan Nia berangkat ke Bandung Jum’at malam selepas Nia rapat menebeng sahabat saya. Dia sih bilangnya okeh aja berangkat lebih sore dari jadwal biasanya dia pulang ke Bandung yang biasanya jam 21.00an. Kami janjian di Masjid Sunda Kelapa. Dekat dari tempat mereka berdua dan saya perkirakan lebih mudah untuk kami beribadah sebelum berangkat perjalanan jauh nan macet. Tapi ternyata lagi–lagi rencana dan perkiraan saya meleset. Sahabat saya molor (seperti biasa) dan kami baru jalan dari Sunda Kelapa jam 20.30an. Saya jadi gk enak ama Nia. Kelamaan dia nunggu. Gk enak juga ama mb Eti yang akan menanti kedatangan kami. Resiko nebeng emang begitu ya gan. Hehehe....huhuhu....

Setelah bertemu di Sunda Kelapa dan ber-say “hay”, akhirnya saya tahu kenapa sahabat saya ini telat. Onyooonnnn -____- Yah daripada kelamaan bt mending kami langsung menuju tol terdekat, well itu dalam pikiran saya. Tapi perut kami tidak bisa berbohong. Kami kelaparan. Jadi, ya mampir dulu di KFC Tebet biar cepet, lansgung makan, lanjut bersih-bersih, kalau mau BAK/BAB monggo dan lansung ciao deh. Kembali mampir bentar di pom bensin Shell untuk isi bensin dan bersihin kaca (yah mobilnya aga’ kusam setelah di”apa2in”), kami langsung meluncur menuju tol (semua tol kami lalui menuju Bandung) pokoknya yang nyampe Bandung dah. Ya eyalah emang mau lewat mana lagi :p Malam itu lumayan sedikit tersendat. Seperti 1.5 tahun sebelumnya saya nebeng sahabat saya ini untuk ke Bandung, perjalanan dari Jakarta selalu jam 21.00 atau 21.30an, dan masih tetep aja itu tol menuju Bandung macet pisan. Alhasil nyampe Bandung jam 1an. Untung mb' Eti mau menanti. Makasih ya mb'.

Selama perjalanan alhamdulillah kami baik-baik saja. Sahabat saya merupakan pengemudi yang apik. Meski ada beberapa kali menurut saya dia rem agak terlalu dekat sama kendaraan di depannya tapi saya percaya dia masih sayang nyawa dan bertanggung jawab terhadap penumpang. Meureunan si Nia juga banyak dzikir di belakang saya. Tapi malam itu lagu-lagu yang kami dengar sebagai backsound kok gk mendukung dzikirnya Nia ya? Hahahhahaha.....Lalu kami berhenti sejenak di KM 57 seperti kebiasaannya dia kalau mau pulang ke Bandung. Mayan juga melonjorkan kaki dan pijit-pijit pantat dikit saking lamanya duduk dalam mobil. Gk kebayang dia yang nyetir, saya aja udah pegel.

Sesampai di Kiara Condong, mb Eti untung masih bangun dan membukakan pintu. Kami bersih-bersih dulu sebelum tidur. Keesokan harinya ternyata saya baru tau kalau Salma sakit dan uni gak jadi ke TMII. Yah mungkin itu juga sisi lain cerita ALLOH, bahwa saya memang harus bertemu tuan rumah bukan hanya pengurus rumahnya, karena kalau uni jadi pergi, saya mungkin belum ketemu uni juga. Abis sholat Subuh dan bersih-bersih kami sangat beruntung dapat sarapan nasi goreng plus rendang buatan mamanya uni. Enaaakkk...Wah kami benar-benar bersyukur perjalanan ke Bandung kali ini. Cuaca mendukung. Tidak hujan alias cerah ceria. Selepas sarapan kami lalu menuju Cisitu Lama (serasa smp? emaaang :p).

Awalnya kami kira Cisitu Lama itu mudah dicari, ternyata tiap orang yang ditanya ternyata menunjukkan itu adalah Cisitu Baru yang memang sangat dekat dengan Simpang Dago. Saat itu sih Nia sudah menawarkan apakah mau naik ojek atau jalan kaki, tapi entah kenapa saya bilang aja “jalan kaki aja biar bisa tanya-tanya alamatnya di jalan, kan kita gk tau pasti dimana kosannya”. Ya sudah berjalan kakilah kami dengan ransel berat jalanan menanjak. Salah besar ternyata. Tempatnya jauuuuhhhh....Maafkan ya Ni, saya gk tau dan saya kira palingan di ujung jalan. Huahahaha......Tanpa perlu membuat jadi makin panjang bagaimana perjalanan kami dengan membawa ransel berat ke Cisitu Lama, kami berhasil nyampe di kosan dan disambut baik oleh bapak penjaga kosan. Langsung kami letakan barang bawaan dan kabur lagi demi mengejar jam 9 ke Bosscha dari pada nanti kena macet. Hari itu selain cerah ceria, jalanan menuju Bosscha juga gk macet. Sahabat saya yang awalnya mengatakan mungkin ikut ke Bosscha dengan keluarga mengurungkan niatnya (nyuruh kami berangkat duluan aja) karena kelelahan menyetir semalem dan dia baru bangun jam 8.30an. Tapi lagi-lagi yah tuh bocah sms pas saya hampir mau pulang dari Bosscha bahwa dia dalam perjalanan menuju Bosscha. Hetseh -___- Ya sudahlah sambil nungguin dia dan keluarganya dateng, saya dan Nia poto-poto dulu. Hehehe...Saya penasaran juga sih pengen ketemu nenk Ama. Dia pernah memperlihatkan potonya waktu usia 2tahun mungkin dan lucuuuuuu......



Singkat cerita kami bertemu dengannya dan nenk Ama. Ya ampyun cereweeettt. Lucu abis. Pengen saya culik bawa ke Tangerang, tapi repot nanti kalu nama saya muncul di detik.com karena penculikan. Hehehe :p Makan siang di Bandung biasa aja sih. Tempatnya asik. Di Kiosk.


(foto diambil dari blog seseorang)

Pengen saya dokumentasikan tapi gk sempet karena sibuk main bareng nenk Ama. Sayang melewatkan main dengannya. Tapi yaaa karena kali ini saya gk bawa kamera yang memadai untuk jeprat jepret  Untungnya Nia membawa cellphone canggihnya jadi lumayanlah ada beberapa kesempatan kita pot-poto juga, tapi gk sempet mengabadikan poto-poto dengan nenk Ama. Walaupun begitu saya sangat berterima kasih sekali ama Nia karena preparationnya dia begitu lengkap. Sampe-sampe dia download dulu rute angkot. Hebaaaattt....4 jempol untuk Nia.

Setelah makan siang kami ke Margahayu. Kalau kata Nia dan sahabat saya itu tempat sebenarnya dekat dengan Kiara Condong. Tapi karena demi mengejar Bosscha yang waktunya terbatas, kami memutuskan sepulang dari Bosscha saja ke Margahayu. Di Margahayu merupakan rumah temannya Nia. Kangen katanya dah lama gk ketemu. Apalagi dia baru punya dede’ bayi. Farras. Lucu sekali bocah ini. Hampir nyasar juga kami ke sana. Tapi memang kita harus memanfaatkan tekhnologi semaksimal mungkin. Alhamdulillah nyampe juga.

Setelah dari Margahayu, kami diajak jalan-jalan oleh temannya Nia keliling Bandung di malam hari. Benar-benar anugrah hari itu. Bandung tidak macet. Lancar-lancar aja tuh kami jalan-jalan. Mampir bentar di depan gedung sate. Sok weh poto-poto biar eksis. Hehehe....



Malamnya diajak makan di resto mmm apa itu saya lupa. Dapur Eyang / Resep Eyang / Dapur Nenek? Lupa euy. Abiance-nya bagus. Untung gk ada live music malam itu. Bisi hingar bingar. Kesian dede’ Farras. Nah pas sampe tempat makan hujan, tapi berhubung kami naik mobil yaaa gk terlalu bingung juga sih. Dan beruntungnya kami, sampe dianter pulang ke kos di Cisitu Lama. Alhamdulillah yaa sesuatu....

Nyampe di Cisitu Lama ternyata saya cape banget ampe lupa mandi. Hahaha....pokoknya nyampe kamar langsung tewas.

Hari ke-2 adalah hari minggu dan hari dimana kami harus ke pasar kaget di Gasibu depan gedung Sate. Kenapa harus? Ya penasaran aja. Hahaha...muter-muter lumayan juga. Dapet barang murah, well kudu narik urat dikitlah nawarnya :p



Setelah dari Gasibu kami sudah merencanakan akan hiking / trekking. Mira awalnya sudah mewanti-wanti kalau lebih baik trekking dari Maribaya – Lembang menuju ke taman Juanda – Dago jadi jalanannya menurun. Eh kami malah nekat ambil rute angkot terdekat dan termurah dari Gasibu. Cukup 1x angkot menuju pengkolan taman Juanda yang dilanjutkan dengan naik ojek. Lalu kami hiking menuju Maribaya. Pikirnya sih nyante aja menikmati jalan-jalan. Tapi ternyata kaki saya lecet. Terimakasih ya ALLOH yang tidak menurunkan hujan ketika kami hiking taman Juanda – Maribaya karena kami tidak bawa payung dan terima kasih ke Nia yang mengenakan sandal gunung jadi saya bisa tukeran sandal :p

Sepanjang perjalanan selalu yah itu tukang ojek semangat tinggi nawarin ojek nyampe Maribaya. Katanya jauhlah. Nanjaklah. Inilah. Itulah. Ya sudahlah, maap nya’ mang kami mau menikmati jalan-jalan, bukan menikmati naik ojek. Sooo mereka kami cuekin aja. Ber-2 menuju Maribaya sepi. Yang ada malah dari arah sebaliknya. Ternyata memang salah strategi. Taman Juanda – Maribaya menanjak sejauh 5km. Kaki rasanya mau copot. Tapi klu terputus tengah jalan dan memutuskan naik ojek malah rasa bersalah dan kalah yang timbul. Kurang gimanaaa gitu. Untung Nia setia menanti saya yang ngos-ngosan. Hehehe :p



Sampai di ujung Maribaya kami kecewa. Kami kira bisa main air di air terjunnya ternyata tidak. Air terjunnya dipagari. Hhheeehhh....BT tingkat dewa -___- Ya sudah kami ngaso dulu aja deh di musholahnya sebelum pulang. Awalnya kami bingung masa’ cuma begitu aja. Niatnya mau lanjut ke Situ Lembang, tapi ternyata Situ Lembang itu tidak mudah untuk didatangi. Harus izin dulu. Hah, rempong. So kita pulang aja. Tapi berhubung pulang dari Maribaya melewati PVJ, ya kami mampir dulu aja ke PVJ. Sayangnya pas pulang dari Maribaya muacet. Nia aja ampe tidur di angkot :p Dan pas selesai turun angkot ternyata gk ada angkot yang bisa turun langsung di depannya PVJ. Akhirnya kami jalan kaki lagi. Kaki dah mau copot tapi demi yah...hehehehe

Di PVJ ya seperti mall-mall pada umumnya. Namanya juga wanita, ya kami suka ajah liat-liat. Well, dapet sesuatu sih dari PVJ. Post man bag. Dah lama nyari yang pas di hati pas di kantong eh malah menemukan di Export PVJ. Nia pun menemukan baju renang di Sogo PVJ. Oh iya satu hal yang lucu, itu Sogo, tapi harga Matahari. Kami sampe hampir belanja-belanji kalu gk inget cuma bawa ransel. Males rasanya bawa jinjingan. Rempong. (alesan ajah duit nanggung :p).


(foto diambil dari blog seseorang)

Pulang dari PVJ jalanan lumayan tersendat. Mungkin macetnya long weeked baru dimulai minggu malam. Lucunya kita turun di deket Mc D Simpang Dago dan jalan kaki lagi ke dalem Cisitu Lama padahal kaki mah dah mau dicopotin aja kalu bisa. Hehehe....

Hari terakhir di Bandung mungkin hanya pagi menjelang siang saja kami jalan-jalannya. Yah sekitaran Dago aja deh. Rencana Nia pulang ke Jakarta dan saya ke Tangerang nebeng lagi dengan sahabat saya. Aji mumpung, dia ke Jakarta Senin sore katanya dan nnngg kalau gk salah ingat sih memang dia sempat menawarkan kami untuk balik ke Jakartanya. Alhamdulillah bagi kami perjalanan kali ini benar-benar dipermudah. So pagi-pagi kami udah cantik. Mau nyari sarapan, dan berhubung sudah sangat lama sekali dari terakhir kali saya menikmati Bubur Ayam Mang Oyo, akhirnya kami nyabu (Nyarap Bubur :p). Mungkin pembaca sekalian taulah Bubur Ayam Mang Oyo. Ada yang mengatakan enak, ada juga yang mengatakan biasa aja. Kami kembali berjalan kaki dari kosan Cisitu Lama menuju lokasi. Lokasi yang kami tuju adalah kedai yang di jalan Gelapnyawang (dekat kampus ITB). Bayangan saya sih dekat dari Cisitu Lama. Toh hari itu juga masih pagi. Jadi kami kembali berjalan kaki dari Cisitu Lama, menyusuri Taman Sari, lewat belakang kampus ITB, lewat Sabuga, lewat Kebon Binatnag Bandung, dan ternyata jauuuuuhhhhhhh.....maafkan saya Nia. Kejauhan jalan-jalannya. Bener-bener mengosongkan perut sebelum sarapan :p Untung buburnya bener-bener kental jadi ngeganjel perutnya mayan lama. Cukuplah untuk cadangan energy jalan-jalan lagi.


(foto diambil dari blog seseorang)

Setelah sarapan kami kembali berjalan kaki. Awalnya mau nyoba masuk ke kampus ITB dan jalan-jalan aja sendiri. Tapi kok ya rasa asing dan gk enak ati aja. Takut ditanya macam-macam. Akhirnya kami mengurungkan niat. Eh tapi tetep aja nyangkut di depan kampus Ganesha setelah mendengar suara gending. Tampaknya ada beberapa mahasiswa yang sedang latihan. Mungkin dalam rangka menyambut ITB Fair minggu depannya. Cukup lama kami duduk di depan kampus menyaksikan dan menikmati sajian mereka. Hiburan gratis bow. Hehehe....

Tujuan selanjutnya adalah mencari oleh-oleh yang tentunya adalah makanan, baik itu brownis, molen, ataupun kripik. Lumayan lama juga kami berjalan menyisiri Dago sambil poto-poto. Gak masuk ke FO, hanya menyisiri saja udah bikin kaki tambah capek.





Ngaso dulu sebentar sambil menikmati buah potong abang-abang di depan outlet Brownis Kukus Amanda dimana Nia langsung memesan es duren. Bleeeehhhh.....Pulang dari belanja oleh-oleh, langsung hujan deras. Untungnya hujan turun setelah kami tiba di kosan jadi gk keujanan deh. Beres-beres sebentar dan istirahat sambil menunggu waktu janjian pulang.

Sahabat saya janji di Mc D Simpang Dago jam 16.00an dan ternyata kembali molor lagi. Tak apalah yang penting kami pulang selamat dan nyaman. Kami pulang ke Jakarta bersama sahabat saya dan 2 temannya lagi, jadi cukup ramai juga itu isi mobil sedan. Lumayan ramai karena salah satu temannya sahabat saya ini ramai sekali orangnya. Sahabat saya mengatakan “dia ini adalah orang yang gk perlu disulut api dah bikin rame sendiri”. Hehehe....Tidak lengkap dan seru apabila perjalanan itu biasa saja. Beberapa kali kami berhenti. Alasannya, ya hanya sahabat saya dan ALLOH yang mengetahui (geleng-geleng kepala). Bahkan kami sempet kehilangan kartu toll. Huahahhaha pengalaman menarik. Saya yang meski sudah pernah membayangkan bagaimana kalau teman saya ini panik, akhirnya saya lihat sendiri. Walaupun malam tapi tampak sekali muka paniknya. Jadi gk enak hati. Mudah-mudahan jadi pelajaran bagi saya juga klu tiket toll jangan diselipin di kompartemen pintu. Mungkin terjatuh saat dia berhenti di rest area. Mungkin juga terjatuh dimana, entahlah. Yah pokoknya problem solved dengan membayar denda tentunya. Gk ribet sih prosedurnya. Yah, jadi pengalaman berhargalah bagi kami semua.

Satu persatu tumpangan sahabat saya turunkan. Saya paling terakhir karena saya paling jauh dan ya sedikit maksa minta anter pulang. Dah malem gitu lho. Tega amat dia ninggalin saya di tepi jalan -___- Sampai di rumah saatnya saya membantu dia keluar dari daerah rumah saya sampai menemukan akses toll. Wuiiihh saya sampe panik karena dia bilang tampak seperti nyasar. Huhuhu  Maafkan petunjuk saya yang kurang jelas ya. Untungnya dia selamat sampai ketemu toll dan sampai di rumahnya yang ternyata malam itu dia ke Bogor bukan ke kost d Jakarta. Gubrax.... Entah dia menembus kecepatan berapa karena tampaknya hanya 1jam saja dari Tangerang ke Bogor.

Perjalanan ke Bandung kali ini sangat berkesan buat saya. Terima kasih untuk mb Nia yang mau menemani saya “jalan” ke dan di Bandung. Terima kasih untuk uni yang mau menampung kami selama 5 jam saja. Terima kasih untuk temannya Nia & keluarga yang mengajak kami putar-putar Bandung di malam hari. Last but not least, thanx to my bro for everything that u’ve done. Big big thank you.

Aaannnddd...c ya on d’ next trip. bubay....