Wednesday, May 02, 2012

PERJALANAN KE-EMPAT (plan after MALAYSIA was SINGAPORE)

Tulisan ini sebenarnya sudah disiapkan (dalam otak :p) ketika perjalanan ini akhirnya terlaksana. Problemnya adalah lagi-lagi kemalesan dan sok-sokan menyibukkan diri dengan kerjaan yang mulai banyak di awal tahun. Yah tanpa perlu berlama-lama (tapi kayaknya akan lama deh, kan saya doyan babbling di intro) mari kita mulai aja bagaimana kisah ini diawali dan selama perjalanan di sana ngapain aja.

Selepas pengumuman shortlist ADS periode 2011-2012 yang menginforkamsikan (lagi-lagi) saya tidak lolos seleksi, rasanya cita-cita saya untuk melanjutkan S2 ke luar negeri kok terhenti. Jujur kalau pake uang pribadi saya gak sanggup. Kenapa gak di dalam negeri aja? Hhhmmm....entahlah. Serasa kurang tantangan. Yang saya inginkan selain ilmunya adalah pengalamannya. Bagaimana saya benar-benar berjuang di negeri asing. Kan Rasululloh SAW sendiri mengatakan “hijrahlah”. Temui sesuatu yang baru makan kamu akan belajar banyak dari sana dan (mungkin) bersyukur dengan yang kamu miliki saat ini di tempat ini. Pengumuman shortlist itu sendiri sebenarnya agak telat. Jadwal seharusnya bulan Desember 2011, tapi ini diundur sampai dengan Januari tanggal 3 Januari 2012 karena test ke-2 akan dilaksanakan sekitar tanggal 8 Januari 2012 (IELTS) dan 19 Januari 2012 (interview). Dan setelah mendapatkan berita mengecewakan tersebut, saya yang dari tahun lalu berencana bahwa tahun 2012 adalah (mungkin) titik balik saya dengan kegiatan-kegiatan baru, tugas baru, pekerjaan (kuliah) baru, bahkan mungkin status baru, dan semua rencana (impian) itu hanya tinggal kenangan. Setelah itu langsung nekat aja meski uang tidak cukup karena ternyata awal tahun banyak juga pengeluaran untuk si bola 4, saya langsung mencoba mencari tiket pesawat murah untuk kembali melakukan perjalanan berikutnya.

Tujuan negara selanjutnya adalah Singapore. Mungkin ini juga sebagai tugas melaksanakan janji saya setelah posting perjalanan umroh, yaitu bahwa saya ingin mengunjungi Malaysia, Singapore dan Australia (semoga masih ada kesempatan menetap sebagai pelajar). Pertama-tama tentu saya harus mencari partner in crime dalam perjalanan kali ini. Nia (teman perjalanan ke Bandung) tentu tidak mau. Lah wong dia sudah 2 kali ke sana, dan semuanya itu perjalanan dinas. Lalu kembali saya mengajak Mira (teman perjalanan ke Malaysia). Sayang sekali kali ini dia tidak bisa. Lupa saya alasannya, tapi berkat pertolongannyalah saya akhirnya bisa juga memesan tiket murah PP dengan AA untuk perjalanan 3 hari ke Singapore yaitu tanggal 27 – 29 Maret 2012. Sekitar tanggal 4 Januari 2012 (1 hari setelah berita duka ADS saya), Mira langsung membantu saya membooking tiket pesawat AA ke Singapore. Jadwal weekend sudah habis semua untuk tiket murahnya. Yang tersisa hanya weekdays, yaitu Selasa – Kamis. Itupun dengan jam terbang yang berbeda dengan ketika ke KL kemarin. Kali ini saya dapat yang departure jam 8.30am (JKT 27Maret) dan departure jam 20.55 (Sing 29Maret). Yah tak apalah. Dari pada menunggu bulan-bulan berikutnya yang mungkin saya tidak ada kesempatan lagi.

Karena Nia dan Mira tidak akan menemani saya kali ini, jadi saya kembali mencari teman yang tentunya bisa untuk diajak dalam perjalanan ini. Banyak teman yang saya tawarkan, tapi alasan mereka semua hampir sama. Belum bisa cuti, tidak punya passpor, sudah punya rencana yang lain di bulan tersebut, tidak diperbolehkan suami, rencana ke Singapore bulan lain di tahun yang sama. Hhhh...ternyata mencari teman perjalanan yang asik itu sulit sodara-sodara. Akhirnya saya mencoba mengajak tante saya. Bilo panggilannya. Meski dia belum punya passpor tapi dia setuju. Meski saat itu juga dia sedang menyusun thesisnya tapi dia setuju. Karena yaaa dia juga butuh hiburan katanya. Dan hiburan kali ini adalah perjalanan ke luar negeri, karena dia cukup sering juga gathering dari kantor tapi itupun hanya seputaran Jawa - Bali.

Akhirnya ditetapkan perjalanan kali ini saya ditemani Bilo. Dan tentu saja saya langsung memaksa dia segera mengurus passpor + money and let me do the rest about the trip karena yah dia toh tetap sibuk dengan thesisnya. Targetnya 7 April 2012 dia wisuda. Soo...apabila saya mau mendapatkan teman jalan, jadi saya harus menjadi EO (lagi). Mulai dari menyusun perjalanannya kemana aja, nginep dimana, perkiraan budget berapa, dsb, dll, dkk,etc. Alhamdulilah banyak teman yang sudah berpengalaman ke sana jadi saya banyak referensi. Menginap yang pasti tidak di hotel karena selain lebih mahal, saya juga ingin mencari tempat yang jam check in – check out nya fleksibel. Semua ini tentu karena jam pulang saya dari Singapore ke Indonesia yang terlampau malam dan tentu saja males jalan-jalan harus menggendong-gendong backpack. Capek ah....

Pilihan jatuh pada apartemen. Saya tanya ke Nia yang tahun lalu DL ke sana dan dia mendapatkan apartemen di bilangan Orchard (Lucky Plaza Apt) yang yah...lumayanlah. namun ketika saya tanya ke pemilik apartemennya, dia mengatakan kalau harga per-malamnya berkisar 100-110 SGD. Lebih mahal dari harga yang Nia sebutkan. Mungkin tiap tahun naik kali ya. Itupun dia mengatakan bahwa untuk bulan Maret belum bisa dipastikan karena masih jauh dari hari saya menghubunginya. Hehehe...iya juga sih. Masih 3 bulan lagi :p Masalah penginapan masih bisa di-pending. Yah maksimal sampai awal maret lah. Lalu masalah perjalanan selama di sana. Berhubung saya tidak memiliki sodara yang bisa dijadikan tour guide, tentu saya harus menyiapkan rencana lebih matang supaya perjalanan ini tidak menyusahkan. Untungnya ada kang @indrapr. Bos RKTI (Radio Komunitas Twitter Indonesia) yang tinggal di Singapore yang memberikan solusi. Saya mengenal beliau melalui twitter. Perjalanan selama di Singapore tentu paling mudah dengan MRT karena MRT di Singapore bisa mencapai setiap sudut kota. Nia pun mengatakan hal yang sama. Lebih murah dan mudah. Awalnya saya berpikir saya akan membutuhkan banyak uang hanya untuk transportasi di lokasi saja. Maklum, rate SGD lebih mahal (2x) dibanding rate saya ke Malaysia (RM) dan Arab (Reyal). Apalagi waktu ke Malaysia kemarin ada kak Noor yang setia mengantar kami dengan mobilnya kemana saja. Tempat-tempat wisata yang bisa saya kunjungi di sana pun kang @indrapr yang merekomendasikan. Tapi tentu saya juga bertanya kepada beberapa teman yang pernah ke sana. Dan rata-rata semua merekomendasikan Universal Studio Singapore (USS).

Teman-teman pasti taulah apa itu USS. Yah menurut saya mah itu taman hiburan. Gak beda jauh seperti Disneyland, Dufan, Trans Studio, Kampung Gadjah. Hhh...jujur kalau taman hiburan saya tidak terlalu fan. Males aja bawaannya. Lah wong waktu perjalanan ke Malaysia aja saya ditawari ke Genting gak mau, dan waktu ke Bandung kemarin juga saya males ke Trans Studio ataupun Kampung Gadjah. Nanti aja ke sananya kalau lagi kelebihan duit :p Oh ya, perlu dicatat juga kenapa saya tidak mengunjungi USS. Selain selalu ramai (jadi disarankan beli tiket OL kalau gak mau ngantri panjang), harga tiket weekdays and weekend berbeda. Pokoknya kalau di kurs Rp mah dah > ½ juta sendiri untuk main-main di USS (see this link http://www.rwsentosa.com/language/en-US/Attractions/UniversalStudiosSingapore/Tickets). WOW. Dengan jumlah segitu saya bisa dapet oleh-oleh banyak. Bisa beli tas C&K 1 atau beli sepatunya 2, hehehe :p Bisa nabungin uang sisa perjalanan juga seperti setelah balik dari Malaysia kemarin. Jadi diputuskan sudah, saya tidak akan mengunjungi USS. Dan Bilo setuju ajah. hahaha.....

Btw, kenapa dari tadi saya selalu mengatakan “saya” bukannya kami? Well, nanti ajalah. Kan ceritanya ini masih planning. Dan berhubung Bilo manut aja apa kata saya untuk tempat-tempat wisatanya, soo...saya pegang kendali di sini :D

Hari berganti hari (setelah sebelumnya sempet rempong jalan-jalan ke Bandung dulu), minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, akhirnya hari yang dinanti akan tiba. 2 minggu sebelum keberangkatan saya belum juga mengurus penginapan. Entah kenapa saya berpikir 110 SGD untuk 1 malam, kok ya mahal sekali. Apalagi kamar mandinya sharing dengan penyewa lainnya. Untung ada @BeaKusma (teman main dari SD) yang ketika berkunjung ke Tangerang sempat saya todong untuk meminjamkan buku perjalanan ke Singapore-nya. Dia beli buku itu sebagai gambaran untuk perjalanan dia nanti bulan Mei 2012 katanya. Awalnya saya bermaksud pergi bersama dengannya. Tapi berhubung dia bersama suami dan saya juga gak enak mengganggu (ditolak tepatnya), akhirnya saya tidak jadi pergi bersama dia. Di buku tersebut lumayan ada beberapa referensi tempat menginap murah meriah bahagia, referensi tempat wisata, referensi jajanan (makan & belanja) dan beberapa informasi lainnya.

Dari buku itulah akhirnya saya mengambil keputusan untuk menginap di hostel. Dengan kamar mandi sharing bersama penyewa lainnya juga tapi harga lebih murah 50% dari pada di Lucky Plaza Apt. Hostel kan kebanyakan sharing bedroom juga. Dengan bunkbed isi 6-10 orang dalam 1 kamar. Untungnya di buku yang saya pinjam tersebut ada pilihan hostel yang menyediakan private room. The Hive Backpackers Hostel di bilangan Boon Keng (Serangoon Rd. tidak terlalu jauh dari Boon Keng MRT Station). Untungnya lagi @just_me_vitha (teman 1 kantor) ketika bulan Februari kemarin menginap di sana. Jadi saya sangat tertolong sekali dalam perencanaan kali ini.

Bayangkan pemirsa, berangkat tanggal 27 Maret dan baru tanggal 22 Maret saya menghubungi The Hive untuk menanyakan apakah untuk tanggal tersebut ada private room yang tersisa. Alhamdulilah ada. Dan langsung saja saya membooking. Pelayanannya sangat mudah. Booking pun tidak perlu pakai booking fee. Pembayaran bisa langsung di tempat (tentu langsung bayar full dari pada diusir :p). Saya cukup mengatakan 24 jam sebelum kedatangan bahwa saya jadi/tidak menginap di sana. Peraturannya sih check in time adalah 15.00 pm dan check out time adalah 11.00 am. Tapi mereka bersedia apabila ada yang mau menyimpan tas/ransel/kopernya dulu sambil jalan-jalan. Alhamdulillah sekali. Yah karena lagi-lagi masalah jam kedatangan dan kepulangan pesawat saya.

Seperti dalam postingan ke Bandung waktu lalu, dalam setiap perencanaan ataupun mendekati hari H suatu perjalanan, tidak afdol apabila tidak ada masalah. Masalah kali ini datangnya dari tiket pesawat saya. Setelah booking tanggal 4 Januari 2012 saya merasa yakin bahwa departure dari JKT adalah jam 8.30 am. Tapi karena guest name-nya tidak sesuai dengan passpor (maklum si Bilo baru selesai bikin Passpor akhir Februari), jadi saya kembali merevisi ke AA untuk guest name. Setelah saya fax passpor-nya Bilo untuk merevisi nama beliau, saya kembali mendapat email dari AA yang isinya tiket baru. Saya liat nama guest-nya sudah berubah sesuai dengan passpor tapi kenapa jam departure juga berubah? OMG saya baru sadar kalau awalnya kami berangkat jam 8.30 am diganti menjadi jam 5.40 am. WHAT??? Dari rumah jam 3.00 am inimah. Saya tanya ke cs-nya dan alasannya hanya “ini dirubah secara sistem”. Gilaaaaaa.......................Mana gak ada pemberitahuan. Well, pemberitahuannya melalui e-mail tiket pengganti sih. Tapi ini kan karena saya merubah (merevisi) guest name. Coba kalau saya gak merevisi tiketnya. Dan ternyata 2-3 hari sebelum departure, si AA baru mengirimkan e-mail perubahan jam departure pesawat kami. Berhubung e-mail saya link ke hape, jadi itu e-mail datang bertubi. Selama 2-3 hari tersebut, e-mail tentang perubahan jam ada sekitar 5-6 email. Hhhhhh cape deeee -_____-

Oh ya satu lagi, 2 minggu setelah pengumuman ADS (yang gagal) dan setelah membooking tiket perjalanan ini saya mencoba daftar beasiswa lagi. Kali ini beasiswa salah satu instansi pemerintah untuk program linkage Unpad-Gunma, Jepang. Awalnya mengatakan bahwa pengumuman shortlist & jadwal ujian ke-2 (TPA) adalah tanggal 11 Maret 2012 untuk ujian TPA tanggal 17 Maret 2012. Ternyata sampai dengan tanggal 11 Maret belum ada pengumumannya juga. Bahkan di websitenya tidak ada. Ternyata ketika saya menghubungi kantornya tanggal 16 Maret 2012, bapak-bapak di ujung telpon mengatakan bahwa ujian diundur. TPA tanggal 31 Maret 2012 dan ujian TOEFL tanggal 21 April 2012. Alhamdulillah saya lolos shortlist dan akan TPA tanggal 31 Maret 2012. Tapi hal ini membawa dilema tersendiri. Saya baru dapat informasi kelulusan tanggal 22 Maret 2012 sedangkan saya akan cuti mulai 27 – 29 Maret 2012. Mulailah saya grabag grubug belajar. Yah seperti biasa ya’ Selalu belajar mendekati hari hari, bukannya jauh-jauh hari. Tapi apa mau dikata, toh saya gak pasti juga lolos shortlist kali ini. Tanggal 23 Maret 2012 seharian saya belajar di kamar. Tanggal 24 Maret 2012 minta ditemenin mama pagi-pagi ke lokasi ujian untuk memastikan tempatnya, dan malam harinya malah ke rumah sepupu untuk minjem SLR :p Tanggal 25 Maret 2012 pagi-pagi ke Pondok Kopi untuk menengok sodara yang masuk RS. Tanggal 26 Maret 2012 ngantor seperti biasa dan sibuk mengumpulkan laporan untuk rapat tanggal 29 Maret 2012. Ternyata waktu belajar saya sangat sedikit. Akhirnya diputuskan. Saya bawa aja itu bukunya. Biarlah di sana entah akan dibaca atau tidak, yang penting saya tenang dulu ada pegangan. Jadi diputuskan sudah, trip kali ini disponsori oleh buku persiapan TPA -____- (thanx to @dee1053 yg udah minjemin buku sakti ini).

Hari yang dinanti tiba. Tanggal 27 Maret 2012, jam 2.00 am saya sudah grabag grubug mandi. Siap-siap semua perlengkapan perang ke Singapore. Sarapan dulu karena yakin di pesawat gak bakalan dapet apa-apa. Dan grabag grubug nyari taxi pagi-pagi buta ama mama. Naik motor ke depan komplek nyari taxi jam 2.30am itu mendebarkan. Bukan takut ketemu dedemit, tapi takut ketemu maling. Hehehe...:p Sudahlah muter-muter ke depan komplek gak juga nemu taxi barang satu pun. Akhirnya balik lagi pulang dan si Bilo udah nunggu. Sebelum nyampe rumah, sempet mampir bentar sih di pos kamling dan ada pak satpam yang salah satunya bisa dimintai tolong untuk nganter ke pull taxi. Jadi nanti saya dibonceng si mama dan Bilo dibonceng pak satpam. Toh nantinya si mama pulang ada temen barengannya yaitu pak satpam :D

Sampai di pull taxi ternyata taxinya baru beroperasi jam 4.30 am. Hetseh -___- Kami harus check in max jam 4.30am. Perjalanan dari pull taxi ke bandara sekitar 30-40 menit. Belom lagi antri check in. Bagaimana ini??? Memang sih AA bisa OL check in, tapi saya males aja. Untung ada taxi yang kebetulan lewat. Awalnya si bapak supir bilang dia akan pulang karena harusnya dia off jam 1.00 am. Tapi alhamdulillah sang bapak berbaik hati mengantarkan kami dua wanita ke bandara. Makasih banyak ya pak supir. Semoga barokah selalu.

Isunya tanggal 27-29 Maret 2012 akan ada demo besar-besar berkenaan dengan maksud pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Dan tanggal yang sama ini saya bersama tante saya melarikan diri menghindari kerusuhan demo tersebut. Hahahahaha....tampak seperti penjahat-penjahat negara yang kalau melarikan diri selalu ke Singapore :p Maskapai yang kami naiki mulai bulan November (lupa tanggalnya) memindahkan semua penerbangan domestik dan luar negerinya ke terminal 3. Jadi saya pikir nanti di terminal 3 kami tidak akan terlalu mengantri panjang di imigrasi seperti di terminal 2. Yah palingan yang ngantri jam 3.30 am mah orang-orang yang naik AA ke Singapore ato KL ato Penang. Benar saja. Terminal 3 ini baru. Arsitekturnya lebih modern dibanding terminal 1 dan 2. Waktu itu masih sepi. Masih banyak toko-toko yang tutup. Mungkin karena masih pagi buta. Tapi kaya’nya waktu ke Malaysia bulan November saya juga pagi-pagi buta di terminal 2 dan ada beberapa toko yang sudah buka. Entahlah....

Beres check in pesawat (saya duduk jauh dari Bilo), beres check in di imigrasi, nunggu di boarding room yang duingin bin sepi sambil nunggu waktunya sholat subuh. Oh ya, kali ini kami agak lebih mudah sholat subuhnya. Dulu waktu di Terminal 2, jam 6 aja boarding room belom buka, padahal tangga ke musholah terdekat ya harus melalui boarding room. Alhamdulillah di terminal 3, jam 3.00 am boarding room udah buka. Musholahnya pun tidak jauh. Jadi yah sangat praktislah.

5.40 am pesawat siap berangkat. Perjalanan ± 1jam 40menit kata pak pilotnya. Sampai di Changi jam 8.20 am waktu Singapore (1jam lebih dulu dari pada Jakarta). Changi Airport itu gedungnya buesar buanget ya. Isinya dah kaya’ mall. Penghubung antara terminal 1, 2 dan 3 juga mudah. Dengan skytrain antar terminal. Tidak seperti di bandara Soeta yang kalau gak naik taxi, ojek, ato trans bandara yang super lama (mulailah kita banding2in dengan keadaan negara sendiri *nepokjidat). Sampai di Changi samalah seperti sampe di LCCT. Poto-poto dulu keadaan dalemnya itu airport. Hehehe....ini beberapa poto yang bisa saya ambil. Sayang di beberapa poto nantinya akan sedikit burem. Tampaknya settingan SLRnya berubah. Maklum amatir :p


Selesai check out di imigrasi Changi. Petualangan dimulai. Waktu di LCCT lokasi janjian mudah. Mc D. Nah klu di Changi, kami harus mencari jalan keluar sendiri. Lebih tepatnya saya yang banyak bicara. Bilo mah ikutan aja dah. Dia pegang uang tapi saya yang komunikasi selama di negara orang :p Prinsip saya sih kalau mau nanya direction di manapun saya berada, saya harus bertanya kepada local people. Ato minimal ama pekerja di gedung tersebut. Karena salah-salah malah saya nanya ama wisatawan yang sama gak ngertinya ama saya. Pertama tanya ke security. Lalu tanya ke OB. Dan akhirnya berhasil saya temukan tempat naik airport sky train untuk menuju ke terminal 2 dimana di terminal 2 ini lah terdapat Changi MRT station. Untungnya sebelum pergi saya minta @just_me_vitha untuk mengirimkan pdf MRT map. Dan saya pinjem EZ Link Card ke dia & Nia. Yaitu kartu pass untuk naik MRT. Tinggal top up (isi ulang) aja di tiap station ada mesinnya. Mesinnya sih mirip-mirip mesin pembayar tiket parkir di KL. Masukin duit. Tapi tambahannya ya tempelin kartu yang mau di-top up. Katronya kami adalah gak tau masukin uangnya dimana. Karena kami tukar uang kertas semua jadi bingung. Ada beberapa lubang. Ada lubang untuk uang receh (itu jelas perbedaannya), dan sekitar 3 lubang tipis yang entah mana untuk memasukkan uangnnya. Maklum di Indonesia barang kayak gini gak ada. Adanya mesin ngambil uang. Gak ada mesin masukin uang. Well, ada sih tapi jaraaaaaannnngggg buannggeeettt. Untungnya ada bapak-bapak baik hati yang membantu bagaimana mengisi kartu tersebut. Kami isi masing-masing 10 SGD dulu. Kayaknya cukuplah untuk 3hari puputeran Singapore. Kata kang @indrapr sih bisa ampe 100 SGD tp pan kami Cuma 3hari di Singapore jadi yah isi 10 SGD ajalah. Ini potonya. Sory kalau potonya gak jelas (blur)


Our 1st destination was our hostel. Pokoknya meletakkan semua barang bawaan sebelum menjelajah Singapore. Kami naik MRT dari Changi airport ke interchange Tanah Merah, ganti MRT jurusan Joo Koon untuk ganti MRT lagi di interchange Outram Park. Dari situ naik yang jurusan Punggol untuk turun di Boon Keng. Keluar dari Boon Keng MRT station jalan kaki deh ke The Hive Backpackers hostel. Lumayan juga panas-panasan dan berat-beratan bawa backpack. Kaki dah pegel dan perut dah keroncongan. Mana haus lagi. Hhhhh........Seharusnya dari Tanah Merah kami bisa aja ganti di interchange City Hall lalu naik yang ke Jurong East, lalu ganti lagi di interchange Dhoby Ghaut baru deh naik yg ke Punggol turun di Boon Keng. Tapi yah mungkin karena baru pertama kali naik MRT, jadi yah sok-sokan pengen berlama-lama di dalemnya :p Abisannya adhem buener...


Long story short, kami sudah sampai di The Hive. Jam 9.00am kami sampai. Urus administrasi. Dan pas receptionnya ngajak kami keluar ke sebrang jalan, saya agak bingung. Ternyata kamar kami tidak satu gedung dengan The Hive gedung utama. Dia bilang mereka baru menambah kamar tapi sayangnya di sebrang jalan. Dan private kamar kami adanya di gedung baru itu. Alhamdulillah kami tidak perlu menanti sampai jam 15.00pm untuk bisa masuk kamar. Private room yang saya pesan bersih. Seluruh gedung baru ini dari luar tampak seperti ruko. Full carpet jadi kami harus melepaskan alas kaki (just feel like home). Kamarnya jg berkarpet. Fasilitasnya; queen bed (cukup ber2), tv, ac dan lucunya ada kipas angin. Hehehe...Kamar mandi di luar. Sharing dengan penyewa lainnya. Free wifi dan ada komputer yang bisa dipakai bersama-sama. Di dapur ada hair dryer for free. Laundry bayar lagi. Tapi kalau mau nyetrika, gretong bow. Air minum langsung aja dari keran. Dan free breakfast from 7.30 – 10.30 am. Kalau pakai peralatan makan, harap dicuci kembali. Pokoknya selama 3hari 2malam di The Hive, kami merasa puas. Harga private room yang kami pakai @ 55 SGD per-malam. Jadi diitung-itung dua malam di The Hive sama aja satu malam di Lucky Plaza Apt. Pokoknya kalau ada kesempatan ke Singapore lagi, mungkin saya akan pilih private room The Hive lagi. Dan bagi temen-temen yang mau ke Singapore, The Hive salah satu rekomendasi saya untuk menginap. Kalau mau bunkbed, itu malah lebih murah. Coba check sendiri di website mereka di http://www.thehivebackpackers.com ini poto kamar saya. Kelupaan poto ruangan gedung barunya.


Setelah beristirahat melonjorkan kaki, bersih-bersih, sholat dulu, kami memutuskan perjalanan pertama adalah Little India. Tapi sebelum ke sana, tentu kami makan dulu. Karena bingung mau makan dimana, akhirnya pilihan jatuh ke Mc D yang ada di atas MRT station pas kami keluar tadi. Karena baru awal-awal, setelah turun dari MRT kami mengambil arah Serangoon Rd. Itu lebih jauh dikit dari pada apabila kami mengambil arah Boon Keng Rd. Tapi kalau gak keluar dari situ, mungkin kami tidak menemukan Mc D, hehhehe :p Eh ada sesuatu yang unik nih. Kenapa setiap pertama kali mendarat di LN, makanan yang saya coba pertama selalu Mc D. Apakah karena ini lebih mudah jadi gak bingung-bingung ato karena Mc D dah jadi makanan internasional? Hmmm entahlah.

Seperti halnya perjalanan ke Bandung bersama Nia, di Singapore kami full “JALAN”. Naik turun MRT. Jalan kaki ke sana ke mari. Ke Little India sebenarnya bisa aja naik MRT lagi, tapi karena kami berkeinginan jalan dan sight seeing, akhirnya diputuskan jalan kaki. Lumayan jauh juga dari Boon Keng ke Little India. Info dari @dhitta kalau belanja oleh-oleh yang harganya lumayan lebih miring dibanding beberapa tempat di Singapore adalah Mustafa Center. Soo setelah nyampe di Little India kami langsung ke Mustafa Center. Ini poto-poto sepanjang perjalanan di Little India dan setelah belanja di Mustafa Center. Cape juga bawa-bawa coklat 2kg keliling Marina Bay abis dari sini :p


Oh iya jangan lupa, setelah keluar dari Pesawat ato setelah keluar dari Imigrasi di Changi, langsung ambil Peta Singapore & MRT map. Itu penting sebagai bantuan selama puputeran di Singapore. Berhubung selama di LN saya tidak pernah mengaktifkan hape apalagi layanan GPRS, jadi yah peta ini sangat membantu sekali. Palingan aktifnya GPRS apabila sudah kembali di hostel karena ada layanan free wifi-nya.

Sebelum memulai perjalanan ke Little India, saya sempet tanya ke kang @indrapr enaknya kemana lagi hari itu. Pilihan saya sih pengen poto di Merlion. Jadi si akang langsung menginfokan untuk naik MRT lagi dari Little India, ganti di interchange Dhoby Ghaut naik yang ke Marina Bay, turun di Raffles Place. Nah dari Raffles tinggal jalan kaki aja ngelilingin area situ sambil poto-poto dan yah terserah lah mau ngapain aja di Marina Bay. Sewaktu makan di Mc D Serangoon Rd kami sempat berteduh karena hujan. Yah gk ada persiapan bawa payung soalnya. Eh ternyata nyampe di Raffles mendung. Niatnya mau jalan-jalan di pinggir Marina Bay eh malah guelap. Daripada keujanan, mending langsung menuju Merlion. Sudahlah hampir nyasar. Lari-lari. Tapi akhirnya berhasil nyampe di bawah jembatannya dalam keadaan selamat. Ujan deres baru mulai pas ketika kami sampai di bawah jembatan di Merlion. Padahal kalau gak mendung kami mau keliling sekitaran Raffles dulu. Tapi takdir berkata lain (halah). Sempet juga sih poto sebentar





Jam 18.00pm hujan baru mereda di Merlion. Lumayan sempet poto pas gerimis. Yah pokoknya landmark negara yang saya kunjungi sudah dapet potonya dan sudah berhasil saya liat langsung. Abis dari situ kami bingug lagi mau kemana. Lalu pas liat di peta yang saya ambil di bandara ada yang menarik perhatian saya. Singapore Art Museum (SAM). Karena gak berhasil ke Singapore National Museum, yah minimal ke SAM lah. Dan yang tentunya membuat saya tertarik adalah Titanic Exhibition in order to celebrate 100 years of Titanic. Penasaran, dan akhirnya kami memutuskan mengunjungi SAM. Tiket ke Titanic exhibit 24 SGD per-org. Dan beruntungnya kami, pertunjukan ini hanya sampai tanggal 29 April 2012. Sayangnya kami tidak boleh memotret di dalamnya karena kalaupun mau curi-curi, pasti ketauan. Setiap sudut ada cctv. Pokoknya pengalaman mengunjungi Titanic exhibit ini tidak terlupakan. Saya serasa benar-benar berada di dalam Titanic. Bagaimana diperlihatkan awal mula perencanaan Titanic, the blue print, the people whose in charge and act in built it, the picture of important people (1st class passenger) whose in the story, barang-barang peninggalan yang sempat ditemukan di dasar laut, pintu masuk menuju 1st class, lorong-lorong mewah di 1st class, contoh kamar 1st class dan harga penyewaan perkamar per-malam yang bisa membayar ganti rugi seluruh korban lumpur Lapindo menurut saya. Lalu diperlihatkan juga kamar 3rd class, ruang mesin, deck tempat 1st class berkumpul. Di deck ini suasana dibuat malam hari. Soo romantic. Tapi yang paling tidak bisa dilupakan adalah ketika saya dibawa masuk ke ruangan tempat Jack menunggu Rose di tangga kayu berputar sebelum mereka memasuki ruang makan malam para 1st class passenger. Edaaaaannnn..........keren abieeezzzz. Sayang lagi-lagi sayang. Tidak bisa poto-poto di situ. Oh ya tidak ketinggalan. Ada contoh iceberg-nya. Anggap aja itu iceberg yang ditabrak Titanic sebelum tenggelam. Dan satu yang terakhir adalah dinding nama-nama seluruh penumpang RMS Titanic. Nama-nama 1st class, 3rd class dan pekerja yg selamat dan hilang. Dari sekitar 3000an penumpang, yang selamat hanya 300an orang. Sebelum masuk kami diberikan tiket yang menunjukkan nama penumpang asli. Sampai di ruangan terakhir, saya bisa melihat di dinding bahwa saya atas nama Mrs. Catherine Rizk Joseph with two children; Michael Joseph and Anna Joseph of Mr. Peter Joseph's spouse and children adalah 3rd class passenger dan selamat bersama 3 anak saya. Tapi Bilo tidak selamat sebagai 1st class passenger. Namanya ada di antara orang-orang yg hilang.Ini ada poto tampak luar Singapore Art Museum

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00pm. Waktunya pulang kembali ke hostel. Nah keluar dari SAM cukup membingungkan nyari MRT stasion terdekat. Ternyata SAM itu lebih dekat ke Promenade MRT station. Tpi saya harus masuk ke mall (aduh lupa namanya) super guede di deket Espladanade yang kalu gak salah inget itu gedung dibuat yang atasnya tampak seperti perahu. Sumpah yah itu Mall guede abiezzz....sayang tak sempat kami poto karena keburu cape plus bingung nyari MRT station.

Akhirnya ketemu juga itu MRT station. Lupa namanya tapi emang gk ada di MRT map. Pokoknya itu MRT membawa saya ke Promenade dan saya harus ganti di situ untuk naik nantinya harus ganti di Dhoby Ghaut. Kaki rasanya udah mau copot. Capek sekali. Salah satu kekurangan Singapore menurut saya adalah, tidak ada ojek :p Setidaknya kalau di Indonesia, apabila udah mentok capeknya saya bisa manggil tukang ojek dan langsung deh nyampe di lokasi. Tapi di Singapore, turun dari MRT, saya masih harus jalan cukup jauh ke hostel. Mana laper lagi karena belom makan malam. Lucunya kami salah mengambil arah lagi. Kali ini jauh dari Serangoon Rd yang pertama. Kami salah putar meski menemukan KFC sebagai pengganjal untuk makan malam. Kami nyasar ke arah yang belawanan. Mana hape gak saya aktifkan google map-nya *nepokjidat. Untungnya mulut masih bisa berbicara. Pokoknya di tempat asing itu kita harus berani bertanya. Dan alhamdulillah orang di sana baik-baik mau membantu kamu menunjukkan arah yang benar menuju The Hive. Meski The Hive tidak terlalu familiar di telinga mereka (ternyata yah), tapi saya ingat hostel gedung baru tempat kami menginap (which is di sebrang The Hive utama) ada nama jalannya yaitu Lavender st. Barulah orang-orang itu menyadari. Dan yax benar saja.......kami berlawanan arah dan jauuuuuuuhhhhh sekali. Huhuhuhu....pegeeelllll

Sesampainya di kamar langsung saya selonjoran. Bilo langsung tepar di kasur. Karena kami masing sudah lapar, akhirnya kami langsung membatai ayam-ayam KFC. Tapi kok ya meski lapar saya tetap merasa bahwa ayam-ayam Mc D ataupun KFC di sana tidak seenak di negeri sendiri. Kurang bumbu. Emang Indonesia jagonya masakan dah. Top markotop. Karena badan juga sudah lengket, saya langsung mandi. Biarin deh gak ada air anget. Biarin deh uah jam 22.30pm. yang penting seger.

Hari kedua kami memutuskan untuk seharian di Sentosa Island. Tidak ke USS tapi minimal bisa poto di depan bola Universal yang guede itu seperti anjuran Nia. Bwahahahahha.....Perjalanan ke Sentosa gak perlu ganti-ganti MRT. Cukup naik dari Boon Keng ke jurusan Harbour Front. Turun di situ lalu ke Vivo City Mall. Dari Vivo City mall naik Sentosa skytrain. Berhubung masih lumayan pagi dan belom sarapan, yah mengganjal perut dulu dengan roti bicara (BT) karena rencana kami makan di dalam Sentosa. Ternyata BT-nya sedikit berbeda dengan yang di Indonesia. Yaitu adalah....jeng jeng jeng, saya hampir mengambil pork bread. Yap, “BABI”. Mungkin karena masih pagi jadi roti-roti nya belom ada bendera label-nya. Hanya sebagian saja. Karena saya tahu tekstur BT yaitu gendut penampilannya tapi pas dimakan kopong aja, soo saya memutuskan memilih roti daging. Pas saya mengambil salah satu roti, saya tanya dulu lah ini daging apa? Apakah ayam atau sapi atau daging yang dijadikan sosis. Si pelayan pas liat saya mengambil roti itu Cuma bilang “Pork”. WHADDA....Darn....hampir aja saya kecolongan. Bisi kaco dunia persilatan. Lalu dengan bismilah semoga loyangnya berbeda, kami membeli 2 roti keju.

Sesampainya di depan USS langsung deh poto-poto. Benar aja, selain banyak yang poto di depan bola besar Universal, banyak juga yang udah antri mau masuk ke USS. Entah dia beli tiket masuk USS atau mau beli tiket yang hanya nonton Transformer ato ngantri sembako. Entahlah. Yang kami lakukan selesai poto-poto adalah mencari restoran. Ketika melewati (aduh lupa namanya) salah satu restoran yang menyediakan seafood, saya langsung tertarik, tapi kok gak ada sertifikat Majelis Ugama Islam Singapora (MUIS). Ya sudah gak jadi masuk. Apalagi tampaknya itu resto mahal. Soo, kami mencoba di Malaysian Traditional Village. Saya kira makanannya pasti aman. Ternyata isinya kebanyakan khas Penang dan OMG dari beberapa mini booth makanan, yang paling aman (bersertifikat MUIS) hanya 2, yaitu Nasi Lemak dan Nasi Briani. Sayangnya saat itu nasi Briani belom buka, jadi kami makan nasi Lemak. Berhubung saya sudah pernah merasakannya dan yah sangat-sangat standarlah itu rasanya akhirnya biar Bilo aja yang makan. Saya icip-icip ayamnya dikit aja. Semoga nanti di Sentosa Beach area dekat dengan lokasi Song of The Sea ada resto yang aman.


Selesai makan, kami jalan kaki lagi menuju Casino. Cuma sempet poto didepannya aja karena yah ngapain juga kami masuk. Uangnya gak cukup untuk beli satu koin :p Selesai poto-poto di depan Hard Rock Hotel & Casino, kami jalan kaki menuju patung super besar Merlion di Sentosa. Lebih besar dari yang ada di Marina bay dan warnanya tidak putih. Kami tidak sempat masuk karena males aja. Tiketnya cukup mahal. Kami lanjut ke Sentosa. Cari tempat sholat. Istirahat sambil nunggu pertunjukan Song of The Sea. Ini bener-bener edan. Atas saran dari salah satu kencengean saya (ehem), kami memutuskan harus menonton Song of The Sea (SOS). Ternyata pertunjukan pertamanya adalah jam 19.40pm. lama juga kami luntang lantung di Sentosa Beach. Dari muterin pantai-pantai pake bis resort yang guede dan terbuka berangin-angin gimana gituh, sampe duduk lama plus ketiduran di booth New Zealand Natural Ice Cream di Siloso Beach. Awalnya sepi, hanya kami berdua yang duduk di situ dan ketiduran. Eh ternyata ada turis jepang yang sendirian menikmati sama seperti kami. Dia ketiduran juga. Hahaha...... yah ini sedikit poto-poto di Sentosa


Saatnya makan siang ato sore ato menuju malam entahlah. Pokoknya kami sudah kelaparan. Resto yang kami tuju adalah The Taste of Asia. Menurut Peta Sentosa Island yang paling masuk akal sih itu. Dan benar saja. Ada sertifikat MUIS-nya. Alhamdulillah. Kami pesan Tom Yam plus lemon ice tea. Tak disangka tak dinyana, tom yam-nya tidak pakai mie melainkan nasi. Waaaa senangnya. Jujur karena sangat jarang kami di Singapore bisa nemu nasi kalu gak di Little India. All familiar fast food such as Mc D or KFC don’t served rice in their menu. Jadi kami sangat-sangat bahagia gembira ria ketika ada nasi di situ, padahal di list menunya tidak disebutkan. Harganya juga tidak terlalu mahal. Entah karena sepi atau apa, pelayannya seperti pasang mata waspada kepada meja kami. Tiap dia liat ada wadah makan yang kosong, langsung serbu untuk diangkut. Sisi bagusnya sih meja jadi cepat bersih, tapi kok ya berkesan seperti mengusir. Padahal kan kami masih mau duduk berlama-lama di situ. Dasar emang yah. Kebiasaan beli makan murah tapi duduk berjam-jam di Indonesia tetep aja kebawa-bawa :p Inilah pesenan kami dan yah nampang dikitlah sebelum makanan datang


Setelah nunggu cukup lama juga untuk menyaksikan pertunjukan SOS akhirnya bisa juga nampang di depan gate-nya. SOS itu semacam pertunjukan music perpaduan antara sinar laser, asap dari es kering, air muncrat (yap, bukan mancur) dan api. Bagus sih. Menghibur sekali. Inilah maskot SOS; Oscar


Selesai pertunjukan ya kami langsung pulang. Dan berhubung sudah hapal medan (jiah gaya lo maliihh), kami pulang dengan selamat sentosa gak pake nyasar. Hehehe :p Tapi sama aja sih. Nyampe hostel tetep jam 22.00pm dan tetep saya mandi. Sumpah gerah banget hari itu di Sentosa. Mungkin karena saya memakai pakaian serba merah jadilah menyerap panas plus keringetan.

Hari ketiga dan hari terakhir di Singapore. Pagi-pagi sudah bersih-bersih setelah semalam packing. Jam 8.00am check out tapi nitip ransel dulu di receptionistnya. Tidak lupa sarapan dulu. Lumayan dapet roti bakar, cereal plus teh anget. Hmmm...syedaappp. Rencana perjalanan hari terakhir adalah ke Chinatown, Bugis area, Arab St, Orchard, Balik ke hostel ngambil ransel, ke Changi trus nunggu pesawat deh. Wiw, keren deh rencana hari ini. Timing pun telah ditentukan. InsyaALLOH tidak meleset ato minimal gak ketinggalan pesawat *gayabeutpakekacamataitem.

Perjalanan ke Chinatown dari Boon Keng kembali sangatlah mudah. Tinggal naik MRT dari Boon Keng yang menuju Harbour Front tapi turun di Chinatown. Keluar-keluar disambut ama lampion-lampion merah. Suasana menurut saya sih mirip di film-film Hong Kong jaman dulu jadi serasa di Hong Kong neh. Tapi yah itulah, jualan semua kanan kirinya. Berbagai atribut cinderamata dijajakan. Harga lumayan lebih murah dibanding di Little India, itu kalo beli banyak :D Tapi yah jangan dibandingkan dengan beli cinderamata di Orchard ato Raffles. Tentu di sana lebih mahal daripada di Chinatown. Di Chinatown akhirnya Cuma liat-liat, poto-poto dan kelaperan. Mau beli makanan kok ya berasa kurang aman aja bagi saya yang muslim. Oh ya, di sekitaran Chinatown kami sempat mampir ke salah satu klenteng besar. Mumpung gretong dan banyak turis yang berkunjung juga. Dan asiknya, boleh poto-poto. Di Tangerang deket kantor saya sebenarnya ada klenteng juga, hanya saja saya sungkan sekali untuk masuk. Takut salah :p Ini foto-fotonya


Perjalanan selanjutnya ke Orchard. Tempat yang selalu jadi tujuan utama para pelancong Indonesia kalau ke Singapore. Dari MRT station Chinatown kami naik yang menuju Punggol lalu berhenti di interchange Dhoby Ghaut untuk ganti MRT yang menuju Jurong East. Awalnya kami mau turun di Orchard, tapi sepertinya seru juga kalau turun di Somerset. Akhirnya kami putuskan turun di Somerset dan jalan kaki menyusuri Orchard Road. Memang yah kalau anda adalah orang kaya banget, banyak duit banget, sok monggo jajan dan belanja-belanji lah di sepanjang Orchard Road. Karena anda akan dimajakan oleh deretan mall-mall semua barang ber-merk terkenal. Saat itu, kami selain tidak punya cukup uang (alesan paling jitu), yah emang punya sasaran tembak lain untuk diboyong ke Indonesia, hehehe... Mungkin kalau saya jitu, saya bisa mendapatkan sasaran tembak saya. Tapi waktu masuk ke Ngee Ann City (Takashimaya), sudahlah kami muter-muter di dalam tetep tidak menemukan yang saya cari. Bahkan ketika saya ke Bugis Junction, di sana juga tidak menemukan. Maybe next time.

Menyusuri jalanan Orchard itu antara seru dan tidak. Seru karena adem dan yah menurut saya teratur aja plus asik. Tidaknya mungkin karena salah alas kaki dan kelaperan serta agak sedikit membingungan. Karena sewaktu kesana kemarin itu lagi ada beberapa bangunan yang direnovasi jadi ada beberapa tempat yang tidak bisa dilalui. Niatnya bisa ringkas nyebrang eh malah harus muter. Makin tambah cape. Sampai di ujung Ion Orchard, nyebrang ke Singapore Marriott lewat bawah dan sempet nyasar juga. Cukup lama juga berputar-putar di bawah Ion Orchard. Sampai akhirnya ketemu jalan keluar dan menemukan Marriott senangnya bukan main. Ketika menuju ke Lucky Plaza nemu Mc Cafe. Soo beli minum dulu ah. Sumpah deh menyusuri Somerset itu cape. Masuk Lucky Plaza berasa memasuki mall Ambasador yang di sebrang Mega Kuningan menurut saya. Nothing special. Eh ada dink yang sedikit special. Hehehe...Masih ingat cerita wc umum di Central Market – KL? Di postingan sebelumnya kan saya ilustrasikan kalau wc umumnya itu bayar 50 cent (RM) untuk masuk dan masuknya dihalangi semacam pagar besi bergerak (seperti di Dufan). Nah kalau di Lucky Plaza lebih tradisional yaitu dijaga oleh penjaga toliet dan kita harus bayar 1 SGD, hahaha......smoga kang @indrapr gak nganggep cerita saya ini aneh. Yah maklum aja, 2 hari di Singapore tidak menemukan wc umum yang bayar. Sama aja sih seperti waktu di Malaysia yang hanya di Central Market saya menemukan semacam itu.

Di Lucky Plaza kami tidak lama. Setelah itu langsung menuju ke Bugis St. Dari MRT station Orchard kami lanjut ke Bugis. Naik yang jurusan Marina Bay turun di interchange City Hall lalu ganti yang jurusan ke Tanah Merah turun di Bugis. Sampai di Bugis langsung nyari masjid. Ternyata nemunya di Arab St. Lumayan lama kami di Masjid Sultan. Ketika sudah menuju sore barulah kami beranjak. Nyari makan dan lagi-lagi saya memesan tom yam (hehehe...), sedangkan Bilo pesan mie kuah. Kami kira itu seperti mie rebus biasa. Ternyata kuahnya adalah kuah sambel kacang. Hahahaha....seru juga menemukan menu baru. Jadi agak-agak seperti perpaduan antara mie dan ketoprak. Selesai makan langsung menuju Bugis Junction. Saya pikir bisa menemukan cinderamata yang unik-unik dengan harga murah meriah bahagia di sana. Ternyata saya salah. Arsitekturnya lebih mirip perpaduan antara Pasar Baroe – Jakarta (tampak luar) dengan Cilandak Town Square (dari dalam). Dan tentu saja seperti mall kebanyakan, harga tidak bisa dikatakan murah. Mungkin di Bugis Village. Tapi sayang kami tidak sempat ke sana karena berhubung waktu sudah sangat sore dan kami harus mengejar waktu ke Changi. Well, untungnya Bilo mendapatkan sesuatu yang dia inginkan di Bugis Junction. Saya? Belom juga pemirsa yang budiman.


Jam 17.30 pm selesai dari Bugis kami langsung ngacir ke hostel di Boon Keng lagi untuk mengambil ransel yang masih dititipkan di sana. Sampai di hostel, ambil ransel, say goodbye to the receptionists (curiganya sih mereka para owner-nya) dan langsung ngacir lagi ke Changi. Sesampainya di MRT interchange station Tanah Merah kami menantikan kedatangan MRT yang menuju ke Changi. Cukup lama juga dibanding biasanya kami menanti (biasanya tidak lebih dari 5 menit sudah datang keretanya). Jam sudah menunjukan pukul 19.00 pm dan kami belum dapet MRT ke Changi, belom check in (lagi-lagi saya tidak OL check in), dan yang pasti belom ngayap di toko-toko yang ada di dalam Changi airport (haiyah -_____- do’oh :p ).

Alhamdulillah keretanya datang. Sesampai di Changi langsung ngibrit masuk skytrain ke Terminal 1, lalu sesampainya di Terminal 1 lari-lari untuk check in. Safeeeee......Pokoknya kalau udah check ini dah lega deh. Perkara pesawat mau delay ato apa bodo amat :p Abis check in saya sempatkan ke booth C&K nyari sesuatu untuk diri sendiri. Mayan dapet 1. Padahal ada 1 barang lainnya tapi ukuran tidak ada. Dan ada 1 barang lainnya lagi (set dah banyak amat ya) yang ingin saya beli tapi no strap. Sooo gak jadi deh. Akhirnya beli cuma 1 aja. Well, next time kalau ada kesempatan lagi lah. InsyaALLOH.

Sebelum masuk boarding room beli kopi dingin dulu. Jam 20.55 waktu booarding tapi ternyata di tunda 1 jam. Gak apalah. Kami bisa mengistirahatkan kaki dengan nyelonjor dan saya bisa belajar. Hahaha hampir lupa kalau saya bawa pe’er untuk tanggal 31 Maret. Jadi intinya buku TPA yang saya bawa itu hanya berhasil saya buka hari pertama di hostel selama 2 jam dan hari terakhir di bandara selama menanti pesawat plus di dalam pesawat selama penerbangan. Hebaaattt...:p

pheewww.....*nyekakeringet. Panjang dan lama juga neh postingan. hehehe...maklum abis sepertinya ceritanya lebih banyak di kepala saya dibanding perjalanan ke Malaysia ataupun umroh (it's more than special). penutupnya apaan ya? well, pengalaman saya ini kalau dibanding ke Malaysia kemarin sih bisa dibilang saya lebih tertarik untuk kembali lagi ke Singapore meski saat saya berkunjung kemarin itu untuk makan masih butuh adaptasi lagi. Jujur makanan di Malaysia lebih sedap dari pada di Singapore. Dan tentunya harga-harga di Malaysia lebih murah daripada di Singapore. Selain karena moda transportasi di Singapore itu sangat mudah, murah dan nyaman, jadi yah saya sangat enjoy perjalanan kali ini. Dan kalau sistem di negara kita itu rapih dan bener, insyaALLOH kita bisa mencontoh sistem transportasi negara kecil yang lebarnya gak lebih lebar dari ibukota kita.

Oh iya tidak lupa, saran saya sih kalau mau traveling dengan budget murah, harus siapin yang (sedikit) matang dan persiapan fisik itu lebih penting. Karena kekuatan "berjalan" dan kenyaman alas kaki itu penting juragan. Yap cukup sampai di sini dulu ya. Next trip kemana ya? Hadeh pengen banget ke UK & Aussie nih. Mumpung masih ada temen yang domisili di sana. hehehe :p (aji mumpung dasar)