Monday, August 10, 2015

AWAN KELABU BAHKAN HITAM MENDEKAT



Cukup lama berpikir apakah saya berani memposting ini? 

Tampaknya saya ingin mempostingnya. 

Yep. Meski tidak detail karena begitu banyak kenangan menyedihkan di sana, tapi setidaknya melalui coretan ini, harapan ke depannya anak cucu and my other relatives (who knows) akan mengetahui silsilah dan sejarah keluarganya. #aheeeyyy

--------------------------------
Senin, 26 Januari 2015. Hari itu adalah hari kelabu bagi keluarga saya. Malamnya saya masih bertemu papa. Masih ngobrol meski sebentar karena saya pulang main bareng Bilo cukup malam. Masih berpesan bahwa besok saya puasa tapi tidak perlu sahur. Memang biasanya si papa selalu puasa sunnah Senin dan Kamis.

Pukul 04.00 saya masih ketemu beliau. Selepas sahur biasanya beliau duduk di kursi depan tv dan bersiap sholat Subuh. Saya bangun untuk minum lalu masuk kamar lagi. Tetapi sekitar pukul 04.45 ada bunyi aneh datang dari kamar mandi. Gayung jatuh dan ketika mama memanggil papa, tidak ada jawaban. Ternyata papa sudah terkapar tak sadarkan diri.

Masih jelas dalam ingatan saya posisi beliau di wc kamar mandi. Bagaimana kami bertiga (saya, mama dan adik) berusaha mengangkat beliau ke kursi panjang di ruang tv. Panggilan kami tidak dijawab. Tak ada respon apapun dari beliau. Antara harus berpikir sehat dan panic setengah mati.

Pukul 05.30 papa langsung kami bawa ke UGD RSPP. Dan baru kali ini kami dijelaskan prosedur yang lain dari biasanya. Papa memang sering juga di bawa ke UGD. Namun kondisinya selalu sadar jadi tidak pernah ada prosedur apapun yang dijelaskan ke kami keluarganya. Tetapi sekarang berbeda. Bahkan ada inform-consent bahwa apabila jatung beliau tidak lagi berdetak, akan ada tindakan lain berupa pemasangan alat bantu gerakan jantung.

ALLOH…saat itu rasanya saya mau pingsan tapi tidak bisa. Limbung. Hitam sudah pandangan di hadapan saya.

Berdo’a. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Memohon kesembuhannya. Yakinkan diri sendiri bahwa hari itu juga ayah saya akan sadar.

Tidak…ternyata ceritanya lain.

1 hari. 2 hari. 1 minggu. 2 minggu. 3 minggu. Kami lewati semunya hari-hari itu di ICU Stroke Unit RSPP tanpa melihat papa sadar sekalipun. Bahkan pernah kondisinya drop sampai akhirnya dipasanglah alat bantu detak jantung. Jantung beliau semakin melemah.

Hari ke-36. Hari itu semua teman-teman saya dari Bidang BinKesMas datang. Mereka satu persatu masuk ke ruang ICU dan melihat tampaknya papa akan sembuh. Karena papa memperlihatkan wajah cerahnya meski masih tak sadarkan diri. Pergerakan tangan, mulut, kaki mulai ada. Pokoknya sampai hari ke-38 pun saya masih melihat papa mulai membaik.

Hari ke-39 (Senin) cukup hectic di kantor sehingga saya memutuskan “besok aja deh ke RSPP nya. Saya nginep di sana dan balik kantor lagi pagi-pagi buta”. Namun rencana ALLOH berbeda dengan rencana manusia. DIA yang memiliki kuasa.

Selasa, 10 Maret 2015. Saya masih di kantor. Siang itu sekitar jam 12.45 mama telpon. Tidak biasanya. Saya pikir mama minta dibawain sesuatu. Tapi pertanyaan beliau saat itu “Diah dimana?” Aneh menurut saya. Lalu saya tanyakan “kenapa ma? Papa kenapa?” (tak kuasa saya mengetik bagian ini)

……………………………………….

……………………………………….

……………………………………….

Biarlah gambar ini yang berbicara.


You always remain save in my hearth, dad. FOREVER.
Love, stubborn daughter.

TODAY IS YOURS


 
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Jum’at 17 Oktober 2014 adalah hari wisuda untuk mahasiswa Master (S2) ITB. Akhirnya saya lulus. Perjuangan 18 bulan membuahkan hasil menyenangkan dari segi prestasi akademik (meski gak wah, yang penting masih di atas batas zona memuaskan).

Sepulang dari Kyoto, saya segera selesaikan urusan akademik di ITB. Tesis sudah selesai cetak, pendaftaran wisuda dan bla bla bla lainnya…Dipastikan akan ada wisuda tanggal 17-18 Oktober 2014 (Jum’at – Sabtu). Biasanya hari Jum’at adalah untuk mahasiswa S2 dan S3 sedangkan untuk mahasiswa S1 hari Sabtu.

Beruntung saat wisuda saya masih dapat didampingi oleh kedua orang tua. Ayah meski harus menggunakan kursi roda tetap semangat. Ini juga menjadi cita-cita beliau bahwa salah satu anaknya ada yang kuliah sampai jenjang S2.

Terima kasih Ma, Pa atas do’a dan kesabaran kalian. Akhirnya saya selesai juga.

 
 


Back to reality. Back to my duty. Kok ya tampak seperti tidak rela? Iya sih. Karena ternyata kuliah itu lebih enak meski tesisnya gak enak. Apalagi kuliah di Kyoto. Makanya pas balik dari Kyoto itu rasa-rasa tidak rela. Kenapa cepat sekali? Kenapa hanya 6 bulan? Oh iya, cerita kehidupan di Kyoto nanti aja ya. Pasti akan saya ceritakanlah. Hehehe…:-p (mulai narsis).

Setelah lulus saya malah mempertanyakan, “Kira-kira saya balik lagi gak nih ke dinas tempat saya dulu?” Antara ragu juga sih apakah saya bisa mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan selama TuBel, atau malah jadi pengikut arus pekerjaan seperti biasanya.

(PRE) JOURNEY TO KYOTO - JAPAN



Senin 16 Desember 2013, janji untuk terus berusaha menyelesaikan model SysDyn (System Dynamics) tesis pun dilakukan. Kali ini Dani sebagai target gurunya. Salah seorang teman sekelas di MSP ITB 2012 yang sangat berperan dalam hal membantu teman-teman lainnya di kelas memahami SysDyn. S2 mengajarkan bahwa semua harus diusahakan sendiri setelah komunikasi dengan dosen. Tentu saja termasuk dengan permodelan SysDyn yang super bikin saya pusing kepala. Sudah 6 bulan dari presentasi proposal pertama saya dan belum terlihat ada perkembangan yang mengembirakan. Setiap ketemuan mengajukan progress tesis, semua model saya kucrut.

Tidak, tidak, tidak. Cerita saat itu tidak sepenuhnya merana (tentu urusan tesis sebagai kambing hitamnya). Effort saya hanya berusaha mencari guru selain dosen pembimbing, mencari literatur, bolak balik tiap 1-2 minggu sekali Tangerang – Bandung berdiskusi perkembangan tesis. Saya cukup beruntung karena kuliah tidak jauh-jauh amat. Masih bisa pulang pergi dalam satu hari meski beresiko lelah luar biasa. Masih bisa ketemu orang tua. Masih dikasih kesempatan nginep tanpa bayar alias nebeng di adik kosan dan ibu kos-nya juga baiknya luar biasa. Ibu kos kami itu sudah saya anggap seperti mama sendiri. Semoga aja di juga nganggep saya sebagai anak sendiri. Hehehe…#ngarepdotkom

Hari senin itu sepulang les privat dengan Dani saya balik ke kosan. Well, kamarnya Dinda (adik kos) sih lebih tepatnya. Ba’da Maghrib menjelang Isya kak Vivi (temen sekelas juga) BBM saya. Menanyakan saya ada dimana? Lalu saya jawab lagi di kosan di Bandung. Trus dia bilang kenapa gak ke kampus. Banyak teman-teman lagi berkumpul diskusi tentang kesempatan short-term scholarship (short-course) di Kyoto University. Syarat utamanya adalah masih mahasiswa ITB. #jrengjreng

Jujur saat itu saya tidak kepikiran sama sekali. Awal tahun 2013 memang pernah ada diskusi tentang ini. Namun saat itu Kaprodi saya secara halus menyatakan tidak setuju untuk angkatan saya mendaftar scholarship ini karena short-course dilaksanakan selama 6 bulan di Kyoto University. Para scholar akan mengikuti kuliah 1 semester alias 4 bulan kuliah dan 2 bulan sisanya penelitian. Sedangkan di tahun 2013 adalah tahun terkrusial bagi angkatan kami. Dari pada menunda masa studi, lebih baik menyelesaikan semua kuliah, baru deh tesis. Toh menurut Kaprodi saya saat itu adalah belum tentu pulang dari Jepang tesisnya udah selesai. Jangan-jangan malah lupa ama tesis selama di Jepang. Bahkan mungkin tesis jadi mundur, pulang dari Jepang ngegarapnya bukan main lamanya.

Yaaahhh…masuk akal juga sih. Makanya setelah saya mengurungkan niat mendaftar short-course ini awal tahun 2013, dan saya gagal ke Manchester untuk tahun 2014, niat saya hanya satu. MENYELESAIKAN TESIS. Pokoknya tesis saya harus selesai sebelum Maret 2014 karena wisuda ITB tahun 2014 yang pertama adalah bulan April, dan masa SK TuBel saya berakhir di Maret (meski masih diperbolehkan memperpanjang). Pokoknya intinya saya males mikir yang lainlah.

Tetapi kak Vivi punya alasan lain. Dia yang pertama melihat pengumuman kesempatan ini bahwa tahun 2014 nanti masih dibuka program yang sama dengan persyaratan yang sama seperti tahun 2013, dan kak Vivi bilang mungkin saya punya chance besar. Dia juga yang melihat betapa 5 orang teman saya lainnya sedang sibuk mengurus pendaftaran scholarship ini pada senin sore di kampus. Kalau mengingat cara kak Vivi persuade saya waktu itu, saya jadi inget Delphine yang menjebloskan saya untuk mendaftarkan diri beasiswa Bappenas tahun 2012 yang Alhamdulillah saya lolos. Makasih loh Phine ^__^

Kak Vivi bilang persyaratannya mudah. Saya hanya menyiapkan foto copy passport yang masih berlaku (punya donk) dan nilai TOEFL, ITP boleh dan masih berlaku (ini juga punya). Sisanya seperti; transkrip nilai selama masa kuliah akan ditranslate oleh jurusan, recommendation letter akan dibuat oleh dosen jurusan. Boleh minta Kaprodi, boleh juga dosen pembimbing. Daaannn...(ini yang bikin males), proposal atau study plan. Heeeehh -___- maleslah. Karena pikiran saya saat itu pasti proposal harus dalam bahasa Inggris, batas waktu mepet jadi yaaa ciutlah. Tapi kak Vivi bilang terserah mau topiknya apa. Gak harus lingkungan (oh iya, short-course ini lebih ke Environmental Studies) dan bukan bentuk proposal yang rumit. Hanya Study Plan in 100 words. WHAT??? #jrengjreng Langsung semangat lagi karena 100 kata berarti hanya ngecap-ngecap satu paragraph. Dan saya bisa aja mengaitkan antara tesis, pekerjaan daaaann...abstract ICUH 2014 saya dulu. Toh gak beda jauh kok. Malah kak Vivi yang kali ini seneng banget upaya ngomporinnya membuahkan hasil. Ditambah lagi dia komporin 5 orang teman kami itu sangat-sangat saya kenal. Antara sakit hati, kesel dan kecewa sih. Mereka adalah temen sekelompok saya semua. Ngerjain tugas-tugas kuliah bareng terus kok, eh giliran ginian gak ngajak-ngajak. Tapi tak apalah. Masa lalu. (masa’ sih Di? Beneran mau dilupakan?) #evilthought

Akhirnya saya putuskan untuk mengikuti sayembara ini. Saya hubungi salah satu dari 5 teman saya itu kapan mereka ketemuan buat ngerembukin menyusun study plan. Lalu diputuskanlah hari Rabu, 18 Desember 2013. Setelah saya diskusi tesis dengan teman satu bimbingan dosen, saya dan 5 orang lainnya memutuskan berembug menyusun study plan di Ngopi Doeloe – Bandung. Ternyata mereka pada konsul ke Kaprodi urusan Study Plan ini. Wah persiapannya keren. Bener-bener matang. Saya mah hanya mengikuti polanya ajalah. Lalu setelah ngumpul, kami berencana diskusi lagi dengan Kaprodi kami yaitu pak Sonny malam itu juga. Kami nongkrong di MSP Lounge sembari nungguin pak Sonny sampai jam 22.00 kami diskusi.

Pak Sonny itu tipe dosen yang tidak pernah merongrong mahasiswanya punya ide apa? Dia ingin kami yang aktif. Jadi saat itu saya hanya menjadi pendengar setia aja. Ide-ide study plan ke-5 teman saya muncul dan pak Sonny memberi saran yang mungkin bisa dikaitkan dengan Environmental Studies-nya. Saat itu dia tentu melihat saya, tetapi saya tidak seaktif teman-teman lainnya, karena saya sudah punya rencana sendiri. Daripada nanti rencana saya diacak-acak yang membuat saya makin bingung, mending saya ikuti saja guts saya ini. Toh ini iseng-iseng berhadiah. Hehehe :-p

Kamis, 19 Desember 2013 kami ber-6 akhirnya berkumpul lagi di kampus membawa berkas masing-masing. Semua sudah harus kami scan dan kami kirim sebelum tanggal 20 Desember 2013. Seharian itu kami di kampus. Sampai malam bahkan. Pak Tasrif sebagai dosen pembimbing tesis saya sangat antusias juga saya mendaftar. Dia setuju menandatangani surat rekomendasi. Saya susun sendiri nanti dia koreksi dan approve by sign it. Di saat yang lain hanya sekali saja datang ke pak Sonny untuk recommendation letter, saya harus 3x bolak balik. Kali ini perkata dikoreksi oleh pak Tasrif. Sampai hampir goyah apakah saya lanjut daftar atau tidak. Akhirnya ditandatangi juga. Keuntungan lainnya adalah saya memiliki berkas-berkas baik dalam bentuk soft-file maupun hard-file nya di Bandung, sehingga saya positif bisa menyelesaikannya hari itu juga. Jadi sampai malam pukul 21.00 di kampus kami masih gugulatakan ngurusin scan dan berkas. Pada akhirnya kami semua berhasil submit soft-file untuk registrasi scholarship ini. Dan hard-file nya kami titipkan ke Hera dan Valdi yang tinggal di Bandung untuk mengirimkan via pos (Tiki atau DHL).

Keesokan harinya adalah hari terakhir saya di Bandung untuk minggu tersebut. Saya masih harus konsultasi dan diskusi dengan Dani supaya model SysDyn saya ini dapat di-running. Sorenya saya balik ke Tangerang. Tanggal 26 Desember 2013 saya dapat email dari tim scholarship GSGES bahwa saya lolos administrasi dan saya harus memilih antara tanggal 6-10 Januari 2014, tanggal berapa saya bisa interview. Interview akan dilakukan via Skype. Akhirnya saya memilih tanggal 9-10 Januari.

GSGES Scholarship atau Graduate School of Global Environmental Studies Scholarship adalah beasiswa short-course di Kyoto University dengan 3 Negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Kamboja, dan Vietnam. Persyaratan utama, para aplikan adalah mahasiswa Master Degree yang sedang menjalani masa studinya (belum wisuda). Untuk Indonesia sendiri ada 2 kampus yaitu ITB dan IPB. Kandidat IPB bukan main banyaknya yang lolos admin. Hampir 40 kandidat. Sedangkan ITB hanya 5 yang lolos. Mungkin karena dari ITB yang daftar hanya 7 orag. Hehehe…:-p Kami dari ITB diberikan kesempatan interview dengan para dosen di Kyoto University tanggal 9 Januari 2014. Interview dilaksanakan di kampus. Jadi tanggal 9 hari kamis saya balik lagi ke Bandung untuk urusan wawancara. Sekalian keesokannya tanggal 10 saya bimbingan lagi. Dari pada tesis saya mandek lagi.

Wawancaranya cukup lancar. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang sudah mulai membaik meski sedikit terbata-bata, dan introduction in Japanese, saya coba jawab semua pertanyaan para dosen. Ada 3 dosen yang mewawancarai saya. Salah satunya ternyata calon supervisor saya di Jepang sana nantinya. Dia professor yang sudah sering bolak balik ke Indonesia. Dan saya baru tahu juga bahwa beliau menikah dengan orang Indonesia, jadi beliau hapal betul kebudayaan di Indonesia. Bahkan ketika saya sulit mencari pengganti kata “Posyandu” saat wawancara, beliaulah yang mengucapkannya duluan. Jadi weh saya ngecap-ngecap aja tentang pekerjaan dan keterkaitannya dengan study plan saya.

Singkat cerita (emang betul-betul cepat prosesnya), tanggal 22 Januari 2014 (untung saya lagi di Bandung juga untuk bimbingan) saya dapat email tak terduga. Begini bunyinya…

Dear Ms. LEADYA HERFANI,
We are pleased to inform you that you have passed the selection for the 2014 GSGES Short-term Scholarship Program under the “Southeast Asian Studies for Sustainable Humanosphere” at Kyoto University with full coverage as follows.
Period of stay in Kyoto: Early April to mid September 2014
Supervisor: Prof. MIZUNO, Center for Southeast Asian Studies
Scholarship coverage: A round-trip air ticket, living expense of 80,000 yen per month, room rent subsidy up to 30,000 yen per month, and accident insurance.
Please confirm your intention of joining the program by submitting the pledge in the attached form by Thursday, January 23. After receiving the pledge we will give you instruction for detailed procedures including your travel arrangement, visa application and accommodation.
For inquiries please contact Mr. Gaku Masuda who is in charge of the program administration.
Sincerely,
Prof. Shigeo Fujii
Coordinator, GSGES Short-term Scholarship Program
Southeast Asian Studies for Sustainable Humanosphere
Kyoto University

Edhuuuuuunnnnn……………tanggal 22 Januari dapet email hasil interview, tanggal 23 Januari harus memberikan konfirmasinya secara cepat. Emang Jepang itu begitu professional. Gak mau buang-buang waktu. Daaaannn…..HUAHAHAHAHA….Tralalalalalala…..saya senang sekali. Gumbira ria syalalalala…. #jogedjoged

Well, tidak secepat itu sih saya percaya email tersebut. Soalnya email-nya bukan dari Shigeo Fuji melainkan dari Gaku Masuda, meskipun isinya sepertinya Shigeo Fuji yang menulis. Saya coba konfirmasi ke kampus via telpon, mereka malah tidak bisa membantu. Saat itu saya kecewa dengan administrator kampus yang biasa ngurusin program ini. Beliau saat itu malah bilang “oh..kalau urusan kelulusan mah bukan urusan kami lagi. Saya gak tau deh masalah itu. Tanyakan langsung aja ke pihak Kyoto University-nya”. Saat itu saya mau lempar sandal itu admin. Saya udah jelaskan bahwa yang ngirim email sama yang menandatangi emailnya beda. Maksud pertanyaan saya adalah apa benar ada orang yang namanya Gaku Masuda? Toh saya takut juga ini hanya “hoax”. Ah kupritlah pokoknya.

Akhirnya saya yakinkan diri sendiri bahwa keputusan ini benar adanya dan saya lolos seleksi. Bahwa saya akan ke Jepang tahun 2014 selama 6 bulan untuk study (baca: jalan-jalan). Saya langsung telpon mama dan kayaknya sih mama saya seneng-seneng aja. Trus saya ke kampus ketemu pak Tasrif dan lucunya beliau malah memberi selamat ke saya padahal saya belum cerita apa-apa. Saat itu saya yakin si admin dodol itu udah ngegosip di kampus. Bisa-bisanya dia ngegosip padahal ketika saya telpon sebelumnya dia seperti orang acuh tak acuh gak peduli. Heuuu >___<

Ah sudahlah.

Lalu pak Tasrif menanyakan apa rencana saya selanjutnya? Kapan berangkat? Saya katakan bahwa saya akan berangkat awal April dan saya tidak ingin membawa tesis. Saya ingin menyelesaikan tesis sebelum pergi. Dan beliau mendukung. Maka….#jrengjrengjrengjreng dimulailah perjuangan berat saya. Mulai tanggal 23 Januari 2014 saya ngebut menyelesaikan tesis. Setiap minggu saya bimbingan. Saya bahkan ngekos lagi di tempat lama. Kali ini bayar. Gak enaklah moso’ nebeng mulu. Hehehe :-p

Dalam waktu 3 minggu saja, saya sudah sidang pra-tesis yaitu tanggal 13 Januari 2014. Dua minggu kemudian saya sidang tesis yaitu tanggal 25 Januari 2014 dan sorenya setelah sidang, saya dinyatakan lulus dengan nilai maksimal. Alhamdulillah…puji tuhan ya ALLOH saya lulus #jogedjogedlagi Pak Tasrif bilang saya boleh revisi kapan aja. Bawa revisian ke Jepang pun boleh asal tiap minggu atau tiap bulan kasih progress.

Yeaaaaayyyy….inilah balasan kegagalan saya pergi ke Manchester.

Kyoto, here I come!!!

NB : gagal di satu titik, mungkin akan berhasil di titik lainnya. #eeaaaaa

(RENCANANYA) PERJALANAN KE-TUJUH (MANCHESTER – UK, namun gagal!)



Saya tahu apa alasan saya memilih kota ini. Semenjak SMP saya sudah bercita-cita bahwa Inggris adalah negara yang harus saya kunjungi. Dan setelah lulus kuliah S1 tahun 2004, teman sekelas yang juga teman baik saya sudah lebih dulu pergi ke sana. Ayelesburry adalah kotanya. Awalnya dia tinggal bersama sang kakak, lalu dia menikah dan menetap di sana hingga sekarang. Setiap kami berkomunikasi, dia berpesan kalau mau ke UK harus nginep di tempatnya dan kami akan explore UK bersama. Woohoo…

Ada alasan khusus yang menggerakkan saya untuk memaksakan diri menyusun perjalanan ini. Selain ajakan teman baik saya itu, ada alasan lain yang mmm……tampaknya tidak akan saya paparkan di sini. Long story short, sekitar Juli 2013 selain mencari ide menyusun papper UAS MatKul Pembangunan Berkelanjutan – Ketahanan Energi, menyusun proposal tesis, saya juga mencari ide bagaimana cara saya ke UK tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Maklum, saat itu masih mahasiswa kere dan PNS pas-pasan yang kehabisan tabungannya gegara jajan ke Malaysia dan Singapura dalam tahun yang sama. Gilak emank :-p

Kemudian saya ingat ajakan almarhumah teman saya bahwa ke luar negri selain sekolah bisa juga melalui shortcourse ataupun seminar. Akhirnya saya mencari seminar gratis yang bisa saya hadiri di UK untuk tahun 2014. Ketika browsing, muncullah link ke ICUH 2014 which was International Conference on Urban Health 2014 that held in Manchester. Senang sekali saya saat itu. Kotanya ituloh yang bikin saya makin semangat. Selain ini tiket saya ke UK, saya juga bisa bertemu teman S1 saya, dan alasan “lainnya” itu. Terlihat juga bahwa seminar ini sangat relevan dengan latar belakang pekerjaan saya, pendidikan saya, dan juga tesis saya. Maka dimulailah perjalanan panjang saya. Menyusun proposal tesis diiringi abstract seminar. Beruntung punya dosen pembimbing yang sangat suportif. Saya ceritakan tentang ICUH ini kepada beliau dan beliau mendukung 100%.

Kalau pas nyusun skripsi S1 dulu tahun 2004, dosen pembimbing saya benar-benar membimbing perlahan-lahan. Pokoknya saya sangat beruntunglah. Namun S2 kali ini dosen saya hanya memberikan clues ajah. Saya harus explore sendiri, dan Alhamdulillah beliau support dengan judul tesis saya beserta abstract seminarnya. And thanx to Melissa and Milla sebagai editor abstract saya akhirnya jadilah abstract ICUH 2014 nya, dan sebelum due date September 2013 saya sudah bisa submit. Judul abstract ICUH-nya adalah MALNOURISHED CHILDREN MANAGEMENT IN TANGERANG CITY – INDONESIA (gaya euy).

Beberapa bulan setelah submit, saya lupa sama sekali tentang ICUH 2014 ini. Mungkin karena sibuk melarikan diri dari tesis ke Singapura, urusan pulang basamo di kala Idul Fitri 2013, dan juga tesis yang dari Juli hingga November 2013 seperti tidak ada perkembangannya. Ini tesis kok ya stagnan, atau jalan di tempat. Atau mungkin diam? Entahlah. Lalu muncullah email itu. Tanggal 26 November 2013 dapet email dari Dr. Arpana Verma, Senior Lecturer and Honorary Consultant in Public Health (SRFT) and also Director of Manchester Urban Collaboration on Health (MUCH). Awalnya saya takut baca isi emailnya, tapi sekaligus penasaran. Berikut adalah isi emailnya…

Dear Miss Leadya Herfani
Re: Abstract submission for the 11th International Conference on Urban Health, Manchester, United Kingdom, March 4th – March 7th 2014
Many thanks for your abstract submission for the 11th International Conference on Urban Health, to be held in Manchester, United Kingdom on March 4th – March 7th 2014.
This year we received a phenomenal number of abstracts, and the standard we received was even higher than previous conferences. It gives us great pleasure to let you know that your abstract entitled “Malnourished Children Management in Tangerang City - Indonesia” was accepted for an Oral presentation.
NOTE: Our database indicates that Leadya Herfani will be the presenting author. If this is incorrect, please email info@icuh2014.com by Friday 31st January to indicate who will be presenting the work.

Senangnya bukan main dinyatakan lulus. Tapi disini saya mulai sakit kepala. Kemaren keknya cuma bikin abstract doank, lalu setelah dinyatakan lolos seleksi, saya harus presentasi. Di seminar internasional pula. Mikirinnya aja udah sakit kepala + sakit perut. Edhaaaaannnn…..

Okelah saya siapkan presentasinya. Pake presentasi tesis aja. Toh acaranya masih Maret 2014 ini. Karena saya punya target, Desember 2013 tesis udah beres. Siiip. Lalu….muncul kekesalan lain.


Registration
If you have not yet registered for the event, please do so at http://www.icuh2014.com and click on the “Registration” tab. If you require a visa invitation letter, we will provide this upon receipt of payment of your registration fees. You will not be able to present your abstract without registering for ICUH 2014. Failure to register by Friday 31st January 2014 will result in us withdrawing your abstract and eliminating you from the programme.

Please note that the early bird rate has now been extended until 15th December 2013 (currently GBP£300 / USD$485 rising to GBP£400 / USD$650). All successful presenters are eligible for the concessionary rate. If you have any queries, please email info@icuh2014.com.


APAAAAHHHH??? BAYAR? Saya pikir sebagai presenter meskipun bukan keynote speaker, setidaknya saya tidak perlu bayar. Mana bayarnya mahal banget lagi. Sekitar Rp 6.000.000,- hanya buat registrasi. Belom lagi buat pesawat PP-nya, transportasi dan akomodasi. Makin edhaaaannn…..Ini salah. Kenapa jadi harus bayar??? WHYYYY????

Lalu… saya lihat ternyata ada scholarship-nya juga. Saya langsung daftar aja berhubung sangat-sangat kere.

Sekitar akhir Desember 2013 saya akhirnya mendapat keputusan final. Bahwasanya saya hanya mendapatkan free registration tapi tidak untuk free airplane and accommodation fee. Saat itu pupus harapan saya. Padahal udah ngasih tahu Widya di Ayelesburry bahwa saya akan datang sekitar Maret 2014. Dan tentu saja alasan “lainnya” itu....yaaahh gagal :-(

Biaya terlalu besar. Mau pinjem ke ortu malu ah. Udah gitu si mama sangat-sangat tidak setuju saya ke UK kalau pake biaya pribadi. Bahkan dia mengultimatum kalau sampai keluar biaya pribadi, saya tidak akan diperkenankan traveling kemana pun!!!

Sebenarnya bisa aja saya nekat. Kabur dari rumah. Pinjem duit sana sini. Tapi….apa gunanya? Ridho orang tua kan segalanya. Lagi pula, is it worth it if I persuade that reason? Belum tentu sesuai harapan saya. Belum tentu juga semua rencana akan berhasil terlaksana ketika saya sudah di UK. Mungkin saja semuanya malah menjadi hancur berantakan.

Akhir cerita, saya GAGAL ke Manchester. Beberapa alasan, dari yang tidak masuk akal sampai yang rasional saya nyatakan bahwa “ini bukan tahun saya untuk ke Inggris atau Eropa, dan saya tidak berjodoh dengan alasan lainnya itu yang mendorong saya melakukan pendaftaran ICUH 2014 ini”. Tapi ini pengalaman berharga banget. Saya nulis abstract yang tentu saja dibantu oleh teman-teman saya. Terima kasih tak terhingga untuk kalian.

Ternyata pengalaman “gagal” ke ICUH 2014 ini membimbing saya untuk ke …. #jrengjrengjreng

Hahahaha…..nantikan kelanjutan kisahnya di postingan berikutnya ^___^