Setelah postingan “Unforgatable Soul Travel” (12 July 2011), saya memiliki keinginan terpendam untuk bisa jalan-jalan kemana saja asalkan tempatnya menarik untuk dilihat, budget mencukupi, dan teman jalannya asyik. Dan berhasillah saya lakukan untuk perjalan kali ini.
Perjalanan kedua ini adalah ke Kuala Lumpur – Malaysia. Meski banyak orang yang menghujat habis-habisan negara yang satu ini, tapi tidak bisa dipungkiri ini negara terdekat setelah Singapura dari Indonesia. Saudara saya banyak yang bermukim di sana dan sudah lama saya berjanji untuk bisa datang berkunjung ke mereka. Apalagi setelah passpor saya jadi tahun 2010 lalu, negara ini adalah alasan pertama kenapa saya membuat passpor.
Setelah saya berkunjung ke negara yang menjadi mata pelajaran dari SD, yaitu Arab (Madinah dan Mekkah), saya dan teman-teman saya; Mira dan Nia memutuskan untuk pergi travel ke luar negri. Karena Nia sudah pernah ke Singapura dan meski Mira serta saya belum pernah, akhirnya kita memilih Malaysia (Kuala Lumpur) sebagai negara tujuan. Alasannya; negaranya belum pernah kita kunjungi sama sekali, biaya penerbangan mencari yang murah, tempat tinggal gratis di rumah kakak sepupu saya, transportasi terjamin nyaman karena kakak sepupu saya memiliki kendaraan pribadi, jadi total perjalanan lumayan murah meriah bahagia.
Pembicaraan tentang perjalanan ini sudah dari bulan Agustus 2011. Lalu Mira mulai mencari tiket murah. Ketika sudah dapet (kita naik AirAsia), kita putuskan berangkat tanggal 12-14 November 2011. Cukuplah 3 hari untuk jalan2 mengelilingi negara kecil ini. Saya, Mira dan Nia setuju dan mulai mencari – cari tempat tujuan wisata. Dan tentu saja saya mulai menghubungi kakak sepupu saya akan maksud kedatangan kami. Alhamdulillah dia welcome sekali. Meski dia sudah mewanti-wanti kalau kamarnya sempit, tapi yah namanya ogah rugi kami menyetujui demi menghemat biaya. Toh kita akan lebih sering di luar rumah ketimbang d dalam rumah.
Setelah searching and googleing dan tentu saja hari H sudah dekat, kami (saya dan Mira) mendapat kabar buruk. Nia kemungkinan tidak bisa pergi karena dia harus dinas luar ke Philippine. Yaaaahhhh padahal kami ingin sekali bisa traveling ber-3. Kita hanya pernah menghabiskan waktu bermalam di rumah saya, jadi yah sepertinya kurang puas aja.
Singkat cerita tanggal 12 November 2011 tiba. Karena pesawat berangkat jam 6.20, jadi saya perkirakan harus berangkat dari rumah jam 4.30 atau mepet-mepet yah jam 5.00. Tapi jreng jreng jreng, Mira sms jam 3.00an dan dia mengatakan sudah sampai di bandara. OMG...kalang kabut. Antara takut telat dan kesian mendengar dia sendirian dah nyampe kesubuhan di bandara. Maka saya langsung grabag-grubug mandi, pakaian, dan mempersiapkan makanan. Makan di mobil aja dah, untungnya adik saya mau nganterin. Kalau gk, saya pecat juga dia jadi adik.
Akhirnya sampai juga di bandara. Untungnya saya dan Mira sudah berjanji gk bakalan bawa koper alias beransel ria jadi memudahkan kita untuk tidak perlu queing di baggage claim. Langsung kita menuju ke check in pesawat. Waktu itu AirAsia masih di terminal 2E. Check ini mudah dan tidak terlalu lama karena tampaknya pagi itu lebih banyak yang mau ke Singapura daripada ke Malaysia. Namun terjadi kelucuan di imigrasi. Pagi itu line-nya yang dibuka hanya 4. 2 untuk warga negara Indonesia, 1 untuk warga negara asing, dan 1-nya lagi untuk pegawai negeri yang dinas luar negeri. Lalu dengan sotoynya saya mengatakan ke Mira “ngantri sini aja yux, sepian” sambil mengantri di belakang bapak-bapak yang hanya membawa satu koper kecil tanpa saya lihat dia berbaris di line khusus penerbangan dinas. Sampai di depan petugas akhirnya petugas menanyakan “apakah passpornya biru?”, lalu kami terbengong-bengong. Dan huaahahhahaha....salah bow, kami ternyata salah mengantri. Dan lalu kami mundur teratur. Untung saja tidak ada antrian di belakang kami. Tpi lucu juga hari itu. Tgl 12 November itu hari sabtu dan kok ada ya yang dinas luar hari sabtu. Hmmm.....aneh. Terlalu pagi. Yah sudahlah.....
Lalu lagi-lagi terjadi hal yang membuat kami kalut. Ketika sedang mengantri dan mengecheck tiket boarding pass, kok punya Mira bertuliskan namanya Nia. Lagi-lagi salaaahhhh....dan Mira harus berlari-lari ke tempat check in untuk re-check in karena dia salah mendapatkan tiket boarding pass. Setelah mendapatkan tiket tersebut untungnya bapak-bapak petugas di Imigrasi Perjalanan Dinas berbaik hati memperbolehkan Mira melewati imigrasi tersebut tanpa perlu mengantri puanjang-panjang kembali.
Alhamdulillah jam 5.50an kami berhasil memasuki lobby 2E. Well, belom di lobby sih karena lobby-nya belom buka. Parah. Akhirnya kami sholat subuh dulu di depan pintunya. Biarlah daripada gk sholat subuh.
Setelah berhasil memasuki pesawat dan menanti untuk take off, perut kami keroncongan. Berbekal permen kami sarapan. Meski saya sudah sedikit memasukkan nasi ke perut tapi kok ya masih lapar. Ya sudahlah tahan aja. Toh penerbangan hanya memakan waktu 1jam-an. Huaaa rencana dan perkiraan kami salah besar. Melihat beberapa penumpang memesan makanan kami jadi tertarik, tapi kembali mengurungkan niat setelah melihat harganya yang tidak masuk akal. Jadi kami kembali menikmati permen sambil membayangkan makan cup mie. Hehehe....Hampir saja Mira menyerah setelah tak tahan godaan cup mie. Tapi untung juga dia tidak jadi memesan, karena tidak beberapa lama setelah hampir berubah pikiran, pilot mengatakan kita akan segera landing. Huaaaa senangnya.
Landing kali ini disponsori oleh hujan rintik-rintik dan kelaparan. Karena sebelumnya saya sudah janjian dengan sepupu saya di Mc Donalds lalu kami langsung menuju ke tempat makan tersebut. Well, gk buru-buru ke sana juga sih. Yah poto-poto dulu lah di tempat-tempat yang ada tulisan menurut saya lucu.
Sampai di Mc Donalds Mira langsung memesan sarapan yang telat untuk kami berdua dan saya langsung keliling mencari kakak sepupu saya, kak Noor. Udah 2x saya puterin itu Mc D yang tidak terlalu besar tapi kak Noor tak terilhat juga. Meski saya belum pernah bertemu secara langsung dengannya, tapi berdasarkan perasaan dan foto di efbe saya yakin tidak menemukan beliau. Lalu saya memutuskan untuk membeli sim card hand phone lokal. Tapi malang tak dapat dipungkiri, bahasa Inggris orang melayu itu emang agak kacau, seperti halnya kemampuan bahasa Inggris saya yang ngepas hehehe :p Selain masalah bahasa, booth tempat penjualan sim card sedang offline, jadi sim card baru dapat diaktifkan dalam waktu 30 menit kemudian. Ya sudahlah saya tidak jadi beli. Saya kembali ke Mc D sambil menikmati sarapan yang sudah hampir dingin dan tentu saja mendinginkan kepala saya yang panik mancari kak Noor. Alhamdulillah sambil makan kak Noor tiba. Dia juga mengatakan sudah puter-puter nyari saya. Hehehe :p
Rencana perjalanan hari pertama adalah ke Kuburan almarhum Om saya yaitu ayah kak Noor, puter-puter KLCC, tentu saja poto-poto di beberapa landmark seperti Petronas Twin Tower, belanja di Central Market dan berakhir dengan makan malam di flat om saya yang adalah kakak pertama ibu saya. Tapi seperti ucapan beberapa orang pintar, manusia punya rencana tapi Tuhan yang menentukan. Karena hujan, dari LCCT menuju pemakaman masih juga hujan, akhirnya kami meletakkan tas ransel dulu di rumah kak Noor di Damansara, lalu menuju ke Tugu Peringatan Negara Malaysia di KL. Masih ditemani hujan rintik-rintik dan beberapa anak sekolah rendah (SD, red.) yang sedang study tour setelah ujian, kami foto-foto. Untuk masuk ke sini dan museum dekat-dekat ini seperti Memorial Tun Abdul Razak, gratis. Hehehe....Ini beberapa poto-potonya.............
Karena sudah siang juga ya tentu saja kami harus makan. Hehehe. Mari kita mencoba masakan tradisional Malaysia (homeade, red.). Siang itu kami makan di pinggiran KL, di rumah makan “Ikan Bakar – Masakan Ala Kampung”. Model penyajiannya prasmanan. Nasi dengan banyak lauk pauk. Kebanyakan lauknya adalah ikan, baik itu digoreng, gulai, bakar, bumbu pedas. Hampir semuanya menurut saya yang orang Padang, rasanya seperti masakan Sumatra pada umumnya. Tapi kok ya kurang berani ya. Rasanya kurang pedas untuk saya yang lidahnya tiap hari makan masakan pedas. Malahan banyak diantaranya yang rasanya manis. Aneh. Kebanyakan gula kaya’nya. Tapi harga manakanan untuk kami ber-3 lumayan murah. RM 20an saja. Ini poto restonya ............
Abis makan tujuan selanjutnya adalah nnngg apa ya? Antara KL Tower atau Petronas Twin Tower. Akhirnya diputuskan kami ke KLCC untuk poto-poto di Petronas Twin Tower. KLCC isinya ya seperti mall pada umumnya. Niatnya mau ke Petrosains dan nyebarang di jembatan penghubung dua tower itu gagal, karena under re-construction. Akhirnya hanya poto-poto di luar KLCC dengan view landmark menara kembar, atau taman dibelakang mall KLCC, atau jalan raya di depan KLCC. Ini beberapa potonya
Setelah ke KLCC, kami ke KL Tower. Sudah diwanti-wanti sama kak Noor harga masuk untuk melihat KL dari atas cukup mahal. RM 45an per-orang. Tapi yah kami bandel aja. Akhirnya saya dan Mira saja yang ke atas, kak Noor menunggu kami di bawah. Dan benar saja. Di atas biasaaaaa buanget. Menyesal? Yap, tapi pengalaman. Cukup 1x aja. Nanti kalau ada yang model beginian lagi di Melaka gk akan maulah kami masuk. Mahaaalll. Ini potonya..........
Setelah dari KL Tower, kami lagsung menuju Selangor lagi untuk ke makam ayahnya kak Noor. Mengejar sebelum Maghrib dan kemungkinan besok kami tidak bisa berkunjung karena perjalanan hari ke-2 adalah ke Melaka.
Setelah dari Selangor, kami kembali ke KL untuk berbelanja oleh-oleh di Central Market. Niat saya adalah belanja sekali untuk beberapa orang yang saya sayangi. Titik. Untuk hari ke-2 dan ke-3 hanya jalan-jalan. Tidak ada lagi waktu untuk belanja-belanja. Karena males belanja banyak-banyak. Toh kami hanya berbekal ransel saja. Sampai di Central Market sudah maghrib dan kami langsung sholat maghrib. Nyamannya perjalanan ke Malaysia adalah mudah sekali menemukan tempat Sholat. Entah kalau di negara-negara lain. Info terakhir dari Sari, dia ke Singapura sulit sekali menemukan masjid atau tempat sholat. Ibarat Bali. Sulit sekali. Singkat cerita kami tidak terlalu berlama-lama di Central Market karena om saya sudah menelpon untuk segera ke tempatnya. Tapi namanya wanita, milih-milih itu lama :p Belum lagi saya begitu menyukai arsitektur Central Market. Gedung tua tapi penataan kios-kios di dalamnya sangat apik. Tidak sumpek dah teratur. Nyamanlah menurut saya. Oh ya ada sesuatu yang unik tapi sayang saya tidak sempat mengabadikannya. Ketika saya mau ke toilet, ternyata toiletnya itu dihalangi oleh pagar yang bergerak apabila saya memasukan 50 sen. Pagar pembatasnya itu seperti di pintu masuk Dufan. Tapi jangan salah, toiletnya bersih. Arsitekturnya unik. Vintage gitu. Sayang saya dan Mira lupa memotretnya, tapi semoga pembaca bisa membayangkannya, hehehe...:p
Putar-putar di Central Market lama juga. Jam 21.00 baru kami meluncur ke flat om saya. Kalau kata kak Noor, rumah di KL itu mahal. 1 orang hanya boleh punya 1 rumah. Apabila dia ingin membeli rumah yang lebih besar dari sebelumnya, dia harus menjual rumah yang dia miliki sekarang. Dan untuk orang-orang pendatang, mereka kebanyakan hanya menempati flat / apartement / kondominium yang menurut saya semunya itu sama modelnya. Seperti rumah susun. Flat tempat tinggal om saya agak jauh dari KL. Kurang lebih 45 menit. Btw, di Malaysia untuk mengestimasi jarak, mereka lebih sering pakai waktu. Mungkin tingkat kemacetan yang rendah jadi 45 menit itu jauh sodara-sodara. Seperti Jakarta – Bogor. Sesampainya di sana parkiran penuuuhhhh. Hampir tidak dapat parkir. Mungkin karena padatnya penduduk flat dan lahan parkir yang sedikit. Tempat om saya ada di lantai 17. Ketika memasuki lantai 17, saya jadi ingat film-film hongkong zaman saya SMP. Agak kumuh. Jadi jangan membayangkan seperti flat-flat atau apartemen-apartemen bagus yang ada di Jakarta. Hehehe :p
Bertamu di rumah om saya sekitar 1.5 jam ditemani 6 orang sepupu saya lainnya. Sambil makan malam kami nonton televisi yang kebetulan sedang menayangkan ajang penghargaan musik di Malaysia. Di situ saya melihat Ami Search lagi. Meski sudah tua dan rambut sudah cepak, tetep ganteng bow, ehem...Trus ada juga beberapa iklan buatan Indonesia yang di dubbing bahasa Malaysia. Hadeh hadeh hadeh. Dari pinggiran KL kami kembali ke Damansara menuju rumah kak Noor. Beristirahat untuk besok pagi harus menempuh perjalanan jauh ke Melaka. Tidak lupa sebelum pulang, mampir beli air mineral dulu di minimart. Uniknya Negri Selangor (Damansara itu bagian dari Selangor) itu punya peraturan, bahwa tiap hari Sabtu tidak akan memberikan kantong plastik kepada pembeli. Jadi bagi para pembeli harap membawa kantong / tas dari rumahnya sendiri. Ini Khusus hari Sabtu.
Hari kedua adalah perjalanan ke Melaka. Awalnya kami bingung apakah ke Genting Highland atau ke Melaka. Tapi kak Noor bilang di Genting tak ada ape-ape. Hanya amusement park je’. Soo kita memutuskan ke Melaka yang lebih banyak tempat untuk bisa dilihat dan dijadikan tempat foto-foto. Perjalanan dari Damansara menuju Melaka cukup lama. Antara 2-3 jam dengan kendaraan pribadi. Kanan kiri pemandangan selama di perjalanan bayangkan saja apabila kalian ke Bandung lewat tol Cipularang. Yap seperti itu. Alhamdulillah hari ke-2 cerah ceria jadi cukup puas juga saya mengambil foto meskipun dari dalam mobil. Sesampai di Melaka kami disambut oleh deretan toko-toko cina yang sudah tua. Meraaaaaaahhhhhh semua. Saya lebih serasa di Kota (JakUt) dari pada di Melaka (Malaysia). Pengen turun sih untuk foto-foto. Tapi saya dan Mira memutuskan “klu kita ambil foto di sini, kita gk ke Malaysia dunk tapi ke Hong Kong”, dan akhirnya kami urungkan niat kita untuk langsung menuju pelabuhan di Melaka karena tidak jauh dari situ banyak sekali museum-museum yang bisa kita datangi salah satunya adalah Christ Church Melaka yang terkenal dengan warnanya yang merah itu. Yah pokoknya di Melaka itu isinya hanya poto-poto di tiap-tiap museum. Meski tidak semua museum kami datangi, cukup dari depan saja. Maklum, budget terbatas. Hahaha....
Lagi-lagi makan di Malaysia itu murah meriah bahagia. Tapi catat ya “asalkan tidak makan di mall!”. Kami bertiga makan siang di Melaka habis sekitar RM 18 saja. Cukup murah. Saya dan Mira makan Tom Yam dan betapa kami berdua menyukainya. Selain isinya besar-besar, enak, murah dan insyaALLOH halal, makan Tom Yam jadi bikin kami ketagihan. Sesampainya di Jakarta kami kembali ke FX dan makan mie Tarik Tom Yam lagi. Rasa kurang lebih sama, hanya saja isinya tidak sefantastis Tom Yam di Melaka.
Selepas Ashar, kami mampir ke rumah kakek & nenek kak Noor dari pihak ibunya yang asli Malaysia. Mereka cukup ramah. Apalagi pak cik keci’ nya kak Noor yang masih SD, lucu sekali. Cukup lama kami beristirahat di rumah atu’. Lepas Maghrib barulah kami kembali ke Damansara supaya tidak kemalaman di jalan. Kan kak Noor nyetir sendiri. Maklum mobil manual tidak bisa saya handle. Hehehe :p
Sesampainya kami di rumah kak Noor lagi sudah malam dan kami harus packing karena besoknya kami sudah pulang harus pulang. Tapi tentu saja sebelum pulang, kami sempatkan dulu ke Putrajaya. Yaitu kota pusat pemerintahan kerajaan Malaysia. Kerajaan menempatkan Pemerintahannya jauh dari pusat Kota KL, kecuali Istana Negara, karena mereka mencari alternatif supaya jalanan di KL tidak macet. Suatu sistem yang harusnya dilakukan oleh Indonesia. Putrajaya sudah berdiri sejak 5 tahun lalu dan cukup berhasil. Semua lengkap di sana. Sekolah khusus anak-anak pegawai kerajaan. Flat / apartemen / kondominium untuk para pekerja kerajaan. Rumah sakit. Mall. 2 masjid besar yang malah lebih sering dijadikan tempat wisata. Pokoknya mereka benar-benar melakukan perencanaan matang untuk memindahkan pemerintahan jauh dari keramaian kota.
Oh iya, ada 1 masjid diantara 2 masjid besar di Putrajaya. Warnanya nnnggg merah pink nude gitu deh. Namanya Masjid Putra. Tempatnya cukup luas. Masjid dengan 2 lantai ini malah dijadikan objek wisata bagi siapapun, etnis apapun, agama apapun. Untuk wanita non-muslim yang tidak berhijab, disediakan jubah warna pink (oooo...unyuuuu sekaleee). Tempat wudlu di underground. Ada lift & tangga tapi yang membuat saya tertarik ada tulisan menarik di dalam lift-nya. Bisa lihat di foto berikut.
3 hari di KL lumayan menyenangkan. Jelas karena kemana-mana saya tinggal minta anter kak Noor. Belum lagi harga barang-barang di KL tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Bahkan waktu saya umroh pun saya tidak terlalu kaget dengan harga barang-barangnya. Entah bagaimana di negara-negara lain yang katanya kita harus extra dalam mengeluarkan kocek kalau tidak pandai-pandai. Akhirnya tiba saatnya saya dan Mira harus kembali ke tanah air. Meski saya menyukai betapa lengang dan teratur di Malaysia, tapi saya tetap cinta tanah air saya. Meski banyak sekali kekurangannya. Toh nanti pasti bisa diperbaiki dan ditingkatkan. Itulah mimpi dan cita-cita kita semua. Percaya. Karena kebudayaan kita dan peninggalan sejarah kita lebih banyak. Negara tetangga ini punya sedikit tapi penataannya sangat apik sehingga menarik minat pengunjung. Yah memang kerja Kementrian Pariwisata itu harus lebih giat lagi.
So, see ya in my next trip....
3 comments:
Kangen makan tomyam di Dataran Malaka...hihihi.
Seruu...ini perjalanan pertama keluar negeri yang sangat menyenangkan, maklum aku kan tinggal tidur aja di belakang...*ga sopan yah...hahaha*, tapi apa boleh buat sudah berhari-hari kurang tidur dan hari terakhir sebelum berangkat malah nyaris ga tidur.
Oh iya, yang bikin kaget adalah pas kak noor bilang 'This is our first met"...hadooh...untung ketemu juga :)
makasih yah Dd, udah ngajak gue ke Malaysia :D
- mira-
Kangen makan tomyam di Dataran Malaka...hihihi.
Seruu...ini perjalanan pertama keluar negeri yang sangat menyenangkan, maklum aku kan tinggal tidur aja di belakang...*ga sopan yah...hahaha*, tapi apa boleh buat sudah berhari-hari kurang tidur dan hari terakhir sebelum berangkat malah nyaris ga tidur.
Oh iya, yang bikin kaget adalah pas kak noor bilang 'This is our first met"...hadooh...untung ketemu juga :)
makasih yah Dd, udah ngajak gue ke Malaysia :D
- mira-
@ Mira : makasih udah mau diajak jalan-jalan ama gw. next trip kemana kita?
Post a Comment