Saturday, August 24, 2013
REALITY TALENT SHOW
Logo-logo di atas adalah sebagian dari beberapa reality show yang paling populer sedunia internasional lebih dari satu dekade ini. Khususnya American Idol adalah salah satu reality show terlama yang pernah saya tonton. Sampai sekarang bahkan sudah menghasilkan juara sebanyak sebelas juara. Wueduuunnnn....Bahkan juri originalnya (Simon Cowell, Randy Jackson dan Paula Abdul) sudah tidak menjadi juri lagi digantikan oleh yaaa menurut saya tidak terlalu menarik dari segi komentar-komentarnya.
Oh ya kenapa pula saya jadi ngomongin ginian padahal saya janji pengen ngebahas tentang studi pembangunan dari segi temen-temen kelas angkatan 2012, pelajaran yang saya peroleh dan pengalaman pelajaran dikaitkan dengan ide-ide sekaligus pemikiran yang stuck di kepala saya (halah...gaya mu diiii.....). Yah mungkin karena semenjak saya kuliah di Bandung dan mendapatkan akses internet yang mudah, saya jadi bisa nonton talent show seperti di atas lebih mudah dari biasanya. Sebenarnya apa sih yang ingin saya omongin di sini? Entahlah, saya juga bingung @____@ Pokoknya mah saya akan ngomongin apa yang ada di kepala aja. Itu kan tagline blog saya. Hehehe....:p
Dulu saya suka acara talent show ini. Menunjukkan kita bahwa buanyak sekali bintang-bintang yang belum terasah dan diketahui oleh masyarakat bahwa mereka itu bagus sekali. Oh iya, talent show ini semuanya adalah bakat bernyanyi. Mereka ditemukan dengan cara yaaa mengikuti audisi, berani stood up in front of the judges or lots of audience. Pokoknya mah berani malu weh. Dan memang. Bakat menyanyi mereka lebih bagus daripada sebagian artis-artis yang namanya sudah terkenal. Apalagi artis karbitan yang mencari peruntungannya lewat film trus jadi penyanyi ataupun bintang iklan.
Awalnya saya menyukai acara yang original alias dari negara asalnya. American Idol jarang saya lewatkan karena bakat-bakat mereka memang bagus. Lalu ada The X Factor. Untuk yang satu ini saya menyukai UK and Australian version rather than American or Indonesian. Kenapa? JURI! Yap. Komentar juri-jurinya kok ya gak menunjukkan mereka itu ahli di bidang musik. Kadang kok ya yang dikomentari itu masalah fisik penampilan, dandanan, pakaian dan hal-hal tidak berbobot lainnya untuk dikomentari. Ini sebenarnya ajang apa sih kok ya yang dikontrak juri-juri aneh macam itu? Untuk The Voice saya tidak bisa banyak komentar karena hanya menonton sebatas blind audition.
Meskipun saya masih menantikan dan menyaksikan beberapa reality talent show ini, tapi akhir-akhir ini saya jadi sebel juga. Kenapa? Karena dulu saya tidak suka reality show yang dibuat oleh media entertainment Indonesia karena kebanyakan (well, almost every one of it) mengeksploitasi "kesedihan". Intinya supaya bikin hati terenyuh jadi penonton iba trus banyak sms atau vote peserta tersebut dan akhirnya peserta tersebut menang. Apabila pembaca budiman masih ingat AFI yang ditayangkan berseason-season oleh Indosiar sampai akhirnya kolaps, tentu masih ingat ajang nangis-nangisan setiap ada yang dieliminasi dan harus ngegeret koper turun dari panggung. Sumpah yah itu FTV drama buanget. One shot, two target.
Tempelan tayangan tidak berguna semacam itulah yang bikin saya males banget nonton acara ajang cari bakat semacam ini. Dan sekarang, segmennya diganti. Yaitu dengan menyisipkan latar belakang kehidupannya yang miris atau menyedihkan. Pokoknya mah komentar pembawa acara ataupun cuplikan kehidupan keseharian para kontestan yang bisa bikin iba pemirsa di rumah yang tentunya akan memilih mereka ataupun menonton mereka selalu menjadi bumbu penyedap rasa acara ini. Dan ini terjadi hampir di semua jenis reality talent show tidak hanya Indonesian version tapi juga di luar negri sana.
Yap. Akhirnya (mungkin) semua produser ataupun penulis ide cerita acara reality talent show ini berpikiran serempak bahwa acara mereka akan laku ditonton juataan bahkan milyaran penonton apabila menyisipkan cerita yang menimbulkan rasa iba baik dari komentar pembawa acara (host), teman terdekat, ataupun keadaan keseharian mereka. Karena (mungkin) bakat dan tampang saja tidak cukup untuk meningkatkan rating acara. Toh banyak peserta yang punya tampang tapi gak punya bakat, ataupun punya bakat tapi tampang ngepas, atau mereka punya keduanya tapi tetep rating acaranya kurang. Menyedihkan sekali. Tapi kenapa masih juga terkadang saya nonton juga ya? Huahahaha =)) I'm as pathetic as my comment :p
Selain ide acaranya yang ditambah tidak hanya mencari bintang baru dengan bakat terpendam, yang membuat saya tidak suka lagi untuk Indonesian version adalah hampir semua pemenang acara seperti ini berakhir bukan menjadi penyanyi sungguhan tetapi malah jadi artis. Yap artis! Definisi artis menurut saya adalah yang bisa main sinetron, bintang iklan, nyanyi jarang, sorotan kamera infotainment karena berita gak penting. Dan itulah mereka. Liat aja para pemenang ajang-ajang cari bakat nyanyi dari Indonesia. Banyak yang jadi bintang iklan obat sakit perut, profider handphone, bahkan snack sosis. OMG -____-
Menyedihkan lah menurut saya. Tidak tahu kalau jebolan acara yang dari luar negeri sana, tapi sebagian besar dari mereka memang menjual lagu, membuat konser dan yaaa mungkin ada yang nongol di sitkom ataupun drama tv tapi hanya cameo. Bahkan sebagian dari para pemenang American Idol ada yang dapet Grammy Award.
Jadi sebenarnya ide membuat acara ini memang bagus. Mencari bakat terpendam para mediocre atau orang tidak terkenal menjadi bintang baru, selain tentu supaya industri musik dan entertainment ada kerjaan. Tapi kalau versi Indonesia, jebolannya malah jadi artis bukan penyanyi sungguhan. Bahkan efek samping dari acara ini di luar negeri sana, menjadikan acara ini jalan satu-satunya membuat mereka terkenal secara instant, kaya secara instant, mengeluarkan mereka dari keterpurukan ataupun cemoohan orang-orang. Coba deh liat alasan para peserta ikut acara beginian ataupun betapa mereka sangat terpukul kalau tidak lolos tahapan selanjutnya. Huuuuu makin ngaco aja cita-cita generasi sekarang =))
Sebagai tontonan, bolehlah. Tapi kalau sampai tergila-gila bahkan larut dalam kesedihan karena jebolannya gak lolos, okeh.STOP WATCHING THIS KIND OF SHOW!
Thursday, August 22, 2013
BELAJAR TEORI PEMBANGUNAN DI MSP ITB
Keinginan menulis itu besar. Semua sudah terencana matang. Di Kepala. Namun akhirnya karena kemalesan dan kegemaran browsing youtube plus nonton, satu tahun lebih sudah saya tidak posting di rumah ini. Kalau alasan teman saya Awan, dia menyalahkan twitter sebagai pembunuh keinginan menulis panjang. Nggg...mungkin itu juga yang menyebabkan saya jarang posting di sini. Saya memang tweety bird. Ngetwit mulu. Tadi pagi pun posting hanya semacam ritual tahunan mengisi kekosongan di rumah ini. Mungkin postingan kedua tahun ini dapat memicu keinginan saya kembali untuk menulis dan posting tentunya. Dan semoga hal ini juga memecut saya untuk menulis tesis. Hehehe....
Sebenarnya postingan yang sekarang mungkin sebagai intermezo aja bahwa setelah saya kuliah master di Studi Pembangunan ITB, banyak hal-hal baru yang saya dapat, saya kaitkan dengan pekerjaan, dan semoga bisa saya kembangkan. Awalnya kuliah di MSP ITB tidak pernah terbayangkan. Saya selalu berpikir bahwa saya akan melanjutkan kuliah di luar negeri, Australia tepatnya, jurusan Kesehatan Masyarakat. Tapi ternyata ALLOH memutuskan lain. DIA menggariskan saya untuk di dalam negeri saja. DIA yang paling tau kemampuan otak saya. Toh kuliah di sini aja udah bikin kepala saya mau pecah.
Mau pecah tapi tetep seneng. Teman-teman banyak dan senasib alias semuanya berasal dari latar belakang S1 yang beragam. Apabila dulu saya sempat ragu saya bisa mengikuti mata kuliahnya, sekarang saya hanya bisa berserah pada kemampuan otak saya dan pengalaman bekerja yang memang sangat berguna memahami apa itu Pembangunan sebenarnya. Bukan bangun-bangun infrastruktur macam kerjaan anak Plano atau Sipil. Di MSP ITB kita diajarkan melihat Pembangunan dari sisi lain. Bahwa semuanya terintergrasi fisik maupun manusia.
Wow...intronya panjang banget ya. Okelah langsung aja saya akan mengcopy-pastekan hasil rebukan teman-teman kelompok saya; Dina, Anin, Risky, dan Hera akan tugas mata kuliah Teori-Teori Pembangunan. Isi tulisan inipun kami peroleh dari berbagai sumber.
Itulah sedikit dari ilmu yang saya peroleh berkenaan dengan studi pembangunan. Bahwa pembangunan itu bukan melulu membangun fisik, tetapi juga individu. Eh tapi ngomongin pembangunan individu belom ya? Ya nantilah ya kapan-kapan saya usahakan posting. Semoga ini juga bermanfaat. Enjoy lieurnya.
Sebenarnya postingan yang sekarang mungkin sebagai intermezo aja bahwa setelah saya kuliah master di Studi Pembangunan ITB, banyak hal-hal baru yang saya dapat, saya kaitkan dengan pekerjaan, dan semoga bisa saya kembangkan. Awalnya kuliah di MSP ITB tidak pernah terbayangkan. Saya selalu berpikir bahwa saya akan melanjutkan kuliah di luar negeri, Australia tepatnya, jurusan Kesehatan Masyarakat. Tapi ternyata ALLOH memutuskan lain. DIA menggariskan saya untuk di dalam negeri saja. DIA yang paling tau kemampuan otak saya. Toh kuliah di sini aja udah bikin kepala saya mau pecah.
Mau pecah tapi tetep seneng. Teman-teman banyak dan senasib alias semuanya berasal dari latar belakang S1 yang beragam. Apabila dulu saya sempat ragu saya bisa mengikuti mata kuliahnya, sekarang saya hanya bisa berserah pada kemampuan otak saya dan pengalaman bekerja yang memang sangat berguna memahami apa itu Pembangunan sebenarnya. Bukan bangun-bangun infrastruktur macam kerjaan anak Plano atau Sipil. Di MSP ITB kita diajarkan melihat Pembangunan dari sisi lain. Bahwa semuanya terintergrasi fisik maupun manusia.
Wow...intronya panjang banget ya. Okelah langsung aja saya akan mengcopy-pastekan hasil rebukan teman-teman kelompok saya; Dina, Anin, Risky, dan Hera akan tugas mata kuliah Teori-Teori Pembangunan. Isi tulisan inipun kami peroleh dari berbagai sumber.
TEORI PEMBANGUNAN - WORLD SYSTEM THEORY
- Pendahuluan
Teori Pembangunan adalah serangkaian teori yang digunakan
sebagai acuan untuk membangun sebuah masyarakat. Ide tentang pentingnya
perhatian terhadap teori pembangunan pada awalnya muncul ketika adanya
keinginan dari negara-negara maju untuk mengubah kondisi masyarakat dunia
ketiga yang baru merdeka yang menurut negara maju masih miskin dan terbelakang.
Ada tiga Teori Pembangunan antara lain; Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan
(Dependensi), dan Teori Sistem Dunia
(World System Theory).
Secara umum perspektif Teori Modernisasi menyoroti bahwa
dunia ketiga merupakan negara terbelakang sehingga negara maju memiliki
kewajiban untuk membantu negara dunia ketiga tersebut untuk melepaskan mereka
dari kemiskinan dan keterbelakangan. Tetapi ada beberapa ahli yang melihat
bahwa upaya yang dilakukan negara-negara maju lebih mengeksploitasi sumber daya
alam negara-negara dunia ketiga tersebut sehingga negara-negara tersebut tetap
miskin.
Lalu muncul Teori Ketergantungan (Dependensi Theory) yang mengkritik Teori Modernisasi. Secara umum
perspektif Teori Ketergantungan mengelompokkan negara menjadi dua yaitu Negara
Sentral dan Negara Pinggiran. Negara Sentral adalah negara barat yang menguasai
perekonomian dan berusaha menjaga surplus ekonomi mereka yang berasal dari
Negara Pinggiran (negara dunia ketiga). Melihat keadaan seperti ini maka para
ahli Teori Ketergantungan mengatakan bahwa negara-negara pinggiran harus dapat
melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor. Atau
dengan kata lain dapat berdiri sendiri dan memanfaatkan sumber daya negara
sendiri.
Teori Sistem Dunia (World
System Theory) muncul tahun 1970an oleh pemikiran Immanuel Maurice
Wallerstein yang mengkritik Teori Ketergantungan. Berikut adalah latar belakang
dan penjelasan mengenai World System
Theory.
- Latar Belakang World System Theory
World
System Theory adalah multidisiplin ilmu dengan pendekatan sejarah
dunia dan perubahan sosial. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Immanuel
Maurice Wallerstein pada tahun 1974 yang berpendapat bahwa pembangunan itu
adalah suatu sistem global bukan sistem negara (atau bangsa). Setiap kondisi dan prospek mengenai
pembangunan suatu negara yang paling utama dibentuk oleh penerapan proses
ekonomi dan hubungan timbal balik pada skala global tidak hanya di satu negara
saja.
Wallerstein lahir di New York pada tahun
1930. Setelah mengikuti konferensi pada tahun 1951, ia mulai fokus mengkaji
masalah post kolonialisme di Afrika. Dan pada tahun 1970an ia menyatakan
dirinya adalah ahli sejarah pada teori ekonomi kapitalis pada level makro.
Kritik-kritik awalnya adalah mengenai kapitalisme
global dan pergerakan anti-sistemik membuat dia memperhatikan pergerakan
anti globalisasi dengan orang-orang selain akademisi bersama dengan Noam
Chomsky dan Pierre Bourdieu.
Teori yang dirumuskan oleh Wallerstein lahir
dengan cara menyerap intisari dan pola pikir dari
beberapa pemikir terdahulu, seperti :
1. Karl Marx
Yang mana dia
menekankan pada faktor ekonomi mendasar dan dominasi idelogisnya dalam politik
global serta pemikiran ekonomi seperti ide dikotomi antara modal dan tenaga
kerja. Pandangan mengenai perkembangan ekonomi dunia yang melalui tahapan
seperti feudalisme dan kapitalisme, akumulasi modal, dialektika dan lain-lain.
2. Fernand Braudel
Dia adalah Direktur
sekolah Anneles di Paris tempat dimana Wallerstein pernah tinggal beberapa saat
di sana. Pada saat itu Paris merupakan pusat radikalisme politik dan
intelektual antara masyarakat Afrika, Asia dan Amerika Latin yang menjadi penentang
utama liberalisme Amerika.
3. Depedency
Theory (Teori
Ketergantungan)
Teori ini menyatakan
bahwa perekonomian suatu negara dibentuk oleh posisi mereka di dalam sistem
dunia. Hal yang paling utama terkait dengan teori ini adalah pembagian
negara-negara di dunia menjadi Negara Pusat(core)
dan Negara pinggiran (periphery). Inilah cikal bakal pembagian status negara dalam pemikiran World System Theory.
Munculnya Wallerstein dengan World System Theory merupakan reaksi terhadap Teori Ketergantungan yang
ada. Teori ketergantungan tersebut tetap tidak bisa menjelaskan gejala pembangunan di Dunia Ketiga seperti di; Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Singapura. Yang
dijelaskan hanyalah gejala terjadinya
keterbelakangan saja. Selain itu juga dikarenakan beberapa peristiwa yang
menandakan robohnya hegemoni politik Amerika Serikat, seperti adanya inflasi
dan stagnasi ekonomi di Amerika tahun 1970an.
Wallerstein mengelompokkan negara dari
sistem pembagian negara di Teori Ketergantungan, dengan
menambahkan kelompok Negara Semi Pinggiran (Negara: Sentral,
Semi Pinggiran, Pinggiran).
Perbedaan inti dari ketiga kelompok negara
tersebut adalah kekuatan ekonomi dan politik dari masing-masing negara.
Negara yang bisa mengambil keuntungan paling banyak disebut sebagai Negara Sentral
karena kelompok ini bisa memanipulasi sistem dunia sampai batas-batas tertentu,
selanjutnya Negara Semi Pinggiran mengambil keuntungan dari Negara Pinggiran
yang merupakan pihak yang paling banyak disekploitir.
- Konsep World System Theory
Menurut Wallerstein, kelompok negara-negara tersebut bisa naik
dan turun status. Status pada negara-negara ini bisa saja berubah sesuai dengan
siklus Kondratieff yang sangat ditentukan oleh perkembangan
ekonomi negara tersebut. Fase-fase pada siklus Kondratieff diantaranya :
- A-phase, keadaan dimana suatu negara berada di level atas, mengalami ekspansi ekonomi, profitabilitas tinggi, dipengaruhi inovasi teknologi dan beberapa regulasi tertentu.
- B-phase, ketika suatu negara mengalami penurunan ekonomi, stagnansi, deflasi harga, dan penurunan profit.
- Inter-cycle transition phase, yaitu fase pergantian atau transisi keduanya dimana suatu negara dapat memilih akan berada pada fase A atau B tergantung kekuatan ekonominya.
Perkembangan sebuah Negara yang dapat mengalami perubahan
status inilah yang menunjukan teori ini mendukung Kedinamisan untuk terjadinya perubahan status suatu negara. Tidak seperti Teori Modernisasi ataupun Teori
Ketergantungan yang secara umum terlihat bahwa perubahan suatu negara itu
selalu linier.
Setiap negara memiliki sumber daya yang unik
atau berbeda dengan negara lainnya. Tetapi secara umum setiap negara memiliki
sumber daya berupa ilmu pengetahuan di tiap warga negaranya, sumber daya alam,
modal berupa uang dan penguasaan teknologi pada mesin-mesin sederhana ataupun
modern. Sumber-sumber tersebutlah yang akan menentukan perubahan status negara.
Berikut adalah gambaran sumber-sumber perubahan tersebut :
- Ilmu pengetahuan, mendorong munculnya ide-ide baru untuk meningkatkan kapasitas produksi dan produktifitas tenaga kerja.
- Komoditas dalam negeri seperti bahan baku untuk memproduksi kebutuhan sendiri.
- Moneter (uang) berupa modal dalam negeri dari para usahawan untuk berusaha memperkuat usaha industri sehingga dapat melakukan usaha sendiri atau dapat menjadi mitra usaha perusahaan multinasional.
- Mesin-mesin modern agar industrialisasi dalam negeri berjalan.
Setiap negara baik itu Negara Sentral, Negara Semi
Pinggiran maupun Negara Pinggiran dapat dan berhak mengalami perubahan status
sesuai Siklus Kondratieff. Perubahan status yang disebutkan di atas
adalah keadaan dimana Negara Pinggiran dapat
merubah statusnya yaitu menjadi Negara Semi Pinggiran
apabila ia dapat menerapkan strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan
memanfaatkan peluang, strategi promosi dan strategi berdiri diatas kaki
sendiri. Sedangkan Negara Semi
Pinggiran dapat merubah statusnya menjadi
Negara Sentral bergantung pada kemampuannya melakukan
perluasan pasar serta penerapan teknologi modern, kemampuan bersaing di pasar
internasional melalui perang harga dan kualitas. Dan sebaliknya Negara Sentral
dapat turun statusnya menjadi Negara Semi
Pinggiran bahkan Negara Pinggiran
apabila terjadi ketidakstabilan ekonomi dan politik.
Secara lebih jelas Wallerstein menyebutkan beberapa strategi
kenaikan status negara-negara tersebut :
- Menangkap dan memanfaatkan kesempatan untuk membuat barang industri
Karena dinamika yang
terjadi pada sistem perekonomian dunia, pada suatu saat harga komoditi primer
menjadi murah sekali sebaliknya barang industri menjadi mahal, Negara Pinggiran
tidak lagi bisa mengimpor barang-barang industri dari Negara Sentral
sehingga mau tidak mau Negara Pinggiran harus berani
untuk melakukan substitusi impor sendiri.
Tindakan seperti inilah yang membuat Negara Pinggiran tidak lagi banyak
bergantung kepada Negara Sentral. Selain
memenuhi kebutuhannya sendiri, Negara pinggiran juga dapat memulai untuk mengekspor
barang-barang industri ke negara lain. Hal
inilah yang memungkinkan Negara Pinggiran naik status menjadi Negara Semi
Pinggiran. Atau misalnya Negara Semi Pinggiran yang memanfaatkan
penerapan teknologi modern untuk dapat memproduksi barang yang bisa bersaing
dengan produksi Negara Sentral. Apabila Negara Semi Pinggiran dapat bersaing di
pasar internasional, maka bukan mustahil statusnya akan berubah menjadi Negara
Sentral.
- Membuka diri untuk menjadi mitra usaha
Perusahaan-perusahaan
multi raksasa di Negara Sentral perlu
melakukan ekspansi ke luar. Maka diciptakanlah perusahaan-perusahaan
multinasional yang membutuhkan mitra usaha di Negara pinggiran. Akibat dari
perkembangan ini muncullah industri-industri di Negara Pinggiran untuk menjalin
kerjasama dengan persahaan multinasional tersebut. Proses seperti inilah yang
jelas dapat meningkatkan status Negara Pinggiran menjadi Negara Semi Pinggiran.
- Negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan Negaranya
Negara Pinggiran bisa saja membuat sebuah konsep untuk melepaskan diri
dari eksploitasi Negara Sentral. Kalau berhasil, tindakan melepas diri bisa
menaikkan staus Negara Pinggiran menjadi Negara Semi Pinggiran.
Tetapi semua itu masih bergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apakah negara
tersebut mencoba untuk memandirikan negaranya
atau tidak.
Strategi-strategi perubahan tersebut akan dapat berjalan
apabila para pelakunya secara sadar bekerja sama menjalankannya. Para pelaku
perubahan tersebut adalah :
1. Pemerintah,
sebagai penentu kebijakan kemandirian ekonomi. Dengan dukungan
Pemerintah masing-masing negara, maka upaya memandirikan dan memajukan negara
akan dapat membantu merubah status negaranya.
2. Industri-industri kecil dan menengah di Negara Pinggiran dan Negara Semi
Pinggiran. Elit ekonomi dalam negeri berperan penting untuk menciptakan industri-industri
kecil.
3. Perusahaan
multinasional dari Negara Sentral yang menjalin
kerjasama dengan industri kecil dan menengah di Negara Pinggiran dan
Negara Semi Pinggiran.
- KESIMPULAN
Dapat diambil kesimpulan bahwa World System Theory yang diusung oleh Wallerstein banyak didasari dari Teori
Ketergantungan.
Secara umum World System Theory menyatakan bahwa
dinamika sistem dunia membagi negara-negara ke dalam beberapa kelompok yang
saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu Negara
Sentral, Negara Semi Pinggiran,
dan Negara Pinggiran.
Menurut Wallerstein kapitalisme global selalu memberikan peluang bagi negara-negara
yang ada untuk naik ataupun turun kelas. Hal ini dapat terjadi apabila
negara-negara tersebut dapat memanfaatkan kesempatan dalam sistem perekonomian
dunia, membuka diri dengan promosi untuk menjadi mitra usaha perusahaan multinasional
yang didirikan oleh Negara Sentral
di negaranya, dan juga adanya dukungan pemerintah agar Negara
Semi Pinggiran
ataupun Negara Pinggiran
dapat memandirikan negaranya. Hal ini tentu dapat berhasil apabila adanya
kesiapan perekonomian, kesiapan teknologi industri, kestabilan politik, dan
juga disiplin kerja.
E. DAFTAR PUSTAKA
1.
Desai, V dan Potter, R.B. 2002. The Companion to Development Studies.
Arnold Publisher. New York.
2.
Budiman, Arief. 2000. Teori pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia Pustaka utama. Jakarta
3.
Kurniawan, A. 2012. “Teori Sistem Dunia”.
http://anggaipm2011.blogspot.com/2012/07/teori-sistem-dunia.html (diakses tanggal 28 Juli 2012).
4.
Anonimus. “Teori Sistem Dunia Wallerstein”.
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2219833-teori-sistem-dunia-wallerstein/
(diakses tanggal 16 Oktober 2011).Itulah sedikit dari ilmu yang saya peroleh berkenaan dengan studi pembangunan. Bahwa pembangunan itu bukan melulu membangun fisik, tetapi juga individu. Eh tapi ngomongin pembangunan individu belom ya? Ya nantilah ya kapan-kapan saya usahakan posting. Semoga ini juga bermanfaat. Enjoy lieurnya.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H (8 AGUSTUS 2013)
Tahun ini hari raya Idul Fitri di Indonesia dilaksanakan serentak. Kenapa saya katakan seperti ini karena biasanya dua kubu Islam terbesar di Indonesia yaitu NU & Muhammadiyah selalu merayakan di hari yang tidak bersamaan, padahal di negara-negara muslim lainnya selalu serentak. Yaa semua memang tergantung si Hilal sudah terlihat atau belum, dan kepercayaan masing-masing tentunya.
Setelah lewat setahun dari postingan terakhir, akhirnya kemauan untuk posting muncul lagi. Tulisan pertama setelah lewat setahun yaaa paling gampang sih ini. Hehehe...Tetep yah mati ide. Payah deh. Tapi gak apa. Sebelum bulan Syawal berganti izinkan saya mengcopy-pastekan ucapan hari raya saya di sini.
"Di tengah gema takbir yang berkumandang yang sayup-sayup bergembira dan di antara raungan motor yang hilir mudik silih berganti, izinkan saya mengucapkan Mohon Maaf Lahir & Batin kepada teman-teman semua. Semoga ibadah kita tahun ini memberi pembelajaran dan pembiasaan dalam melaksanakan ibadah di hari-hari biasanya. Mohon maaf apabila dD ada salah-salah kata & perbuatan. Semoga kita dapat dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan dalam keadaan yang lebih baik tentunya. Amin ya RABB..."
Di satu sisi saya gembira karena lebaran tahun ini akan berbeda yaitu saya dan keluarga besar pulang kampung setelah 4 tahun tidak pulang, tetapi di sisi lain sedih dan kecewa karena ibadah saya tidak memperlihatkan peningkatan. Menyedihkan sekali pemirsa :(( Semoga masih dikasih kesempatan membayar hutang puasa tahun ini, melaksanakan puasa Syawal & yap...ketemu Ramadhan tahun depan dengan keadaan yang berbeda. Amiiinnn......
Subscribe to:
Posts (Atom)