Thursday, August 22, 2013

BELAJAR TEORI PEMBANGUNAN DI MSP ITB

Keinginan menulis itu besar. Semua sudah terencana matang. Di Kepala. Namun akhirnya karena kemalesan dan kegemaran browsing youtube plus nonton, satu tahun lebih sudah saya tidak posting di rumah ini. Kalau alasan teman saya Awan, dia menyalahkan twitter sebagai pembunuh keinginan menulis panjang. Nggg...mungkin itu juga yang menyebabkan saya jarang posting di sini. Saya memang tweety bird. Ngetwit mulu. Tadi pagi pun posting hanya semacam ritual tahunan mengisi kekosongan di rumah ini. Mungkin postingan kedua tahun ini dapat memicu keinginan saya kembali untuk menulis dan posting tentunya. Dan semoga hal ini juga memecut saya untuk menulis tesis. Hehehe....

Sebenarnya postingan yang sekarang mungkin sebagai intermezo aja bahwa setelah saya kuliah master di Studi Pembangunan ITB, banyak hal-hal baru yang saya dapat, saya kaitkan dengan pekerjaan, dan semoga bisa saya kembangkan. Awalnya kuliah di MSP ITB tidak pernah terbayangkan. Saya selalu berpikir bahwa saya akan melanjutkan kuliah di luar negeri, Australia tepatnya, jurusan Kesehatan Masyarakat. Tapi ternyata ALLOH memutuskan lain. DIA menggariskan saya untuk di dalam negeri saja. DIA yang paling tau kemampuan otak saya. Toh kuliah di sini aja udah bikin kepala saya mau pecah.

Mau pecah tapi tetep seneng. Teman-teman banyak dan senasib alias semuanya berasal dari latar belakang S1 yang beragam. Apabila dulu saya sempat ragu saya bisa mengikuti mata kuliahnya, sekarang saya hanya bisa berserah pada kemampuan otak saya dan pengalaman bekerja yang memang sangat berguna memahami apa itu Pembangunan sebenarnya. Bukan bangun-bangun infrastruktur macam kerjaan anak Plano atau Sipil. Di MSP ITB kita diajarkan melihat Pembangunan dari sisi lain. Bahwa semuanya terintergrasi fisik maupun manusia.

Wow...intronya panjang banget ya. Okelah langsung aja saya akan mengcopy-pastekan hasil rebukan teman-teman kelompok saya; Dina, Anin, Risky, dan Hera akan tugas mata kuliah Teori-Teori Pembangunan. Isi tulisan inipun kami peroleh dari berbagai sumber.


TEORI PEMBANGUNAN - WORLD SYSTEM THEORY




  1. Pendahuluan
Teori Pembangunan adalah serangkaian teori yang digunakan sebagai acuan untuk membangun sebuah masyarakat. Ide tentang pentingnya perhatian terhadap teori pembangunan pada awalnya muncul ketika adanya keinginan dari negara-negara maju untuk mengubah kondisi masyarakat dunia ketiga yang baru merdeka yang menurut negara maju masih miskin dan terbelakang. Ada tiga Teori Pembangunan antara lain; Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan (Dependensi), dan Teori Sistem Dunia (World System Theory).
Secara umum perspektif Teori Modernisasi menyoroti bahwa dunia ketiga merupakan negara terbelakang sehingga negara maju memiliki kewajiban untuk membantu negara dunia ketiga tersebut untuk melepaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan. Tetapi ada beberapa ahli yang melihat bahwa upaya yang dilakukan negara-negara maju lebih mengeksploitasi sumber daya alam negara-negara dunia ketiga tersebut sehingga negara-negara tersebut tetap miskin.
Lalu muncul Teori Ketergantungan (Dependensi Theory) yang mengkritik Teori Modernisasi. Secara umum perspektif Teori Ketergantungan mengelompokkan negara menjadi dua yaitu Negara Sentral dan Negara Pinggiran. Negara Sentral adalah negara barat yang menguasai perekonomian dan berusaha menjaga surplus ekonomi mereka yang berasal dari Negara Pinggiran (negara dunia ketiga). Melihat keadaan seperti ini maka para ahli Teori Ketergantungan mengatakan bahwa negara-negara pinggiran harus dapat melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor. Atau dengan kata lain dapat berdiri sendiri dan memanfaatkan sumber daya negara sendiri.
Teori Sistem Dunia (World System Theory) muncul tahun 1970an oleh pemikiran Immanuel Maurice Wallerstein yang mengkritik Teori Ketergantungan. Berikut adalah latar belakang dan penjelasan mengenai World System Theory.

  1. Latar Belakang World System Theory
World System Theory adalah multidisiplin ilmu dengan pendekatan sejarah dunia dan perubahan sosial. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Immanuel Maurice Wallerstein pada tahun 1974 yang berpendapat bahwa pembangunan itu adalah suatu sistem global bukan sistem negara (atau bangsa). Setiap kondisi dan prospek mengenai pembangunan suatu negara yang paling utama dibentuk oleh penerapan proses ekonomi dan hubungan timbal balik pada skala global tidak hanya di satu negara saja.
Wallerstein lahir di New York pada tahun 1930. Setelah mengikuti konferensi pada tahun 1951, ia mulai fokus mengkaji masalah post kolonialisme di Afrika. Dan pada tahun 1970an ia menyatakan dirinya adalah ahli sejarah pada teori ekonomi kapitalis pada level makro. Kritik-kritik awalnya adalah mengenai kapitalisme global dan pergerakan anti-sistemik membuat dia memperhatikan pergerakan anti globalisasi dengan orang-orang selain akademisi bersama dengan Noam Chomsky dan Pierre Bourdieu.
Teori yang dirumuskan oleh Wallerstein lahir dengan cara menyerap intisari dan pola pikir dari beberapa pemikir terdahulu, seperti :
1.     Karl Marx
Yang mana dia menekankan pada faktor ekonomi mendasar dan dominasi idelogisnya dalam politik global serta pemikiran ekonomi seperti ide dikotomi antara modal dan tenaga kerja. Pandangan mengenai perkembangan ekonomi dunia yang melalui tahapan seperti feudalisme dan kapitalisme, akumulasi modal, dialektika dan lain-lain.
2.     Fernand Braudel
Dia adalah Direktur sekolah Anneles di Paris tempat dimana Wallerstein pernah tinggal beberapa saat di sana. Pada saat itu Paris merupakan pusat radikalisme politik dan intelektual antara masyarakat Afrika, Asia dan Amerika Latin yang menjadi penentang utama liberalisme Amerika.
3.     Depedency Theory (Teori Ketergantungan)
Teori ini menyatakan bahwa perekonomian suatu negara dibentuk oleh posisi mereka di dalam sistem dunia. Hal yang paling utama terkait dengan teori ini adalah pembagian negara-negara di dunia menjadi Negara Pusat(core) dan Negara pinggiran (periphery). Inilah cikal bakal pembagian status negara dalam pemikiran World System Theory.
Munculnya Wallerstein dengan World System Theory merupakan  reaksi terhadap Teori Ketergantungan yang ada. Teori ketergantungan tersebut tetap tidak bisa menjelaskan  gejala pembangunan di Dunia Ketiga seperti di; Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Singapura. Yang dijelaskan hanyalah gejala terjadinya keterbelakangan saja. Selain itu juga dikarenakan beberapa peristiwa yang menandakan robohnya hegemoni politik Amerika Serikat, seperti adanya inflasi dan stagnasi ekonomi di Amerika tahun 1970an.
Wallerstein mengelompokkan negara dari sistem pembagian negara di Teori Ketergantungan, dengan menambahkan kelompok Negara Semi Pinggiran (Negara: Sentral, Semi Pinggiran, Pinggiran). Perbedaan inti dari ketiga kelompok negara tersebut adalah kekuatan ekonomi dan politik dari masing-masing negara. Negara yang bisa mengambil keuntungan paling banyak disebut sebagai Negara Sentral karena kelompok ini bisa memanipulasi sistem dunia sampai batas-batas tertentu, selanjutnya Negara Semi Pinggiran mengambil keuntungan dari Negara Pinggiran yang merupakan pihak yang paling banyak disekploitir.

  1. Konsep World System Theory
Menurut Wallerstein, kelompok negara-negara tersebut bisa naik dan turun status. Status pada negara-negara ini bisa saja berubah sesuai dengan siklus Kondratieff yang sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi negara tersebut. Fase-fase pada siklus Kondratieff diantaranya :
  1. A-phase, keadaan dimana suatu negara berada di level atas, mengalami ekspansi ekonomi, profitabilitas tinggi, dipengaruhi inovasi teknologi dan beberapa regulasi tertentu.
  2. B-phase, ketika suatu negara mengalami penurunan ekonomi, stagnansi, deflasi harga, dan penurunan profit.
  3. Inter-cycle transition phase, yaitu fase pergantian atau transisi keduanya dimana suatu negara dapat memilih akan berada pada fase A atau B tergantung kekuatan ekonominya.

Perkembangan sebuah Negara yang dapat mengalami perubahan status inilah yang menunjukan teori ini mendukung Kedinamisan untuk terjadinya perubahan status suatu negara. Tidak seperti Teori Modernisasi ataupun Teori Ketergantungan yang secara umum terlihat bahwa perubahan suatu negara itu selalu linier.
Setiap negara memiliki sumber daya yang unik atau berbeda dengan negara lainnya. Tetapi secara umum setiap negara memiliki sumber daya berupa ilmu pengetahuan di tiap warga negaranya, sumber daya alam, modal berupa uang dan penguasaan teknologi pada mesin-mesin sederhana ataupun modern. Sumber-sumber tersebutlah yang akan menentukan perubahan status negara. Berikut adalah gambaran sumber-sumber perubahan tersebut :
  1. Ilmu pengetahuan, mendorong munculnya ide-ide baru untuk meningkatkan  kapasitas  produksi dan produktifitas tenaga kerja.
  2. Komoditas dalam negeri seperti bahan baku untuk memproduksi kebutuhan sendiri.
  3. Moneter (uang) berupa modal dalam negeri dari para usahawan untuk berusaha memperkuat usaha industri sehingga dapat melakukan usaha sendiri atau dapat menjadi mitra usaha perusahaan multinasional.
  4. Mesin-mesin modern agar industrialisasi dalam negeri berjalan.

Setiap negara baik itu Negara Sentral, Negara Semi Pinggiran maupun Negara Pinggiran dapat dan berhak mengalami perubahan status sesuai Siklus Kondratieff. Perubahan status yang disebutkan di atas adalah keadaan dimana Negara Pinggiran dapat merubah statusnya yaitu menjadi Negara Semi Pinggiran apabila ia dapat menerapkan strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan  Negara Semi Pinggiran dapat merubah statusnya menjadi Negara Sentral bergantung pada kemampuannya melakukan perluasan pasar serta penerapan teknologi modern, kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas. Dan sebaliknya Negara Sentral dapat turun statusnya menjadi Negara Semi Pinggiran bahkan Negara Pinggiran apabila terjadi ketidakstabilan ekonomi dan politik.
Secara lebih jelas Wallerstein menyebutkan beberapa strategi kenaikan status negara-negara tersebut :
  1. Menangkap dan memanfaatkan kesempatan untuk membuat barang industri
Karena dinamika yang terjadi pada sistem perekonomian dunia, pada suatu saat harga komoditi primer menjadi murah sekali sebaliknya barang industri menjadi mahal, Negara Pinggiran tidak lagi bisa mengimpor barang-barang industri dari Negara Sentral sehingga mau tidak mau Negara Pinggiran harus berani untuk  melakukan substitusi impor sendiri. Tindakan seperti inilah yang membuat Negara Pinggiran tidak lagi banyak bergantung kepada Negara Sentral. Selain memenuhi kebutuhannya sendiri, Negara pinggiran juga dapat memulai untuk mengekspor barang-barang industri ke negara lain. Hal inilah yang memungkinkan Negara Pinggiran naik status menjadi Negara Semi Pinggiran. Atau misalnya Negara Semi Pinggiran yang memanfaatkan penerapan teknologi modern untuk dapat memproduksi barang yang bisa bersaing dengan produksi Negara Sentral. Apabila Negara Semi Pinggiran dapat bersaing di pasar internasional, maka bukan mustahil statusnya akan berubah menjadi Negara Sentral.

  1. Membuka diri untuk menjadi mitra usaha
Perusahaan-perusahaan multi raksasa di Negara Sentral perlu melakukan ekspansi ke luar. Maka diciptakanlah perusahaan-perusahaan multinasional yang membutuhkan mitra usaha di Negara pinggiran. Akibat dari perkembangan ini muncullah industri-industri di Negara Pinggiran untuk menjalin kerjasama dengan persahaan multinasional tersebut. Proses seperti inilah yang jelas dapat meningkatkan status Negara Pinggiran menjadi Negara Semi Pinggiran.

  1. Negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan Negaranya
Negara Pinggiran bisa saja membuat sebuah konsep untuk melepaskan diri dari eksploitasi Negara Sentral. Kalau berhasil, tindakan melepas diri bisa menaikkan staus Negara Pinggiran menjadi Negara Semi Pinggiran. Tetapi semua itu masih bergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apakah negara tersebut mencoba untuk memandirikan negaranya atau tidak.

Strategi-strategi perubahan tersebut akan dapat berjalan apabila para pelakunya secara sadar bekerja sama menjalankannya. Para pelaku perubahan tersebut adalah :
1.    Pemerintah, sebagai penentu kebijakan kemandirian ekonomi. Dengan dukungan Pemerintah masing-masing negara, maka upaya memandirikan dan memajukan negara akan dapat membantu merubah status negaranya.
2.    Industri-industri kecil dan menengah di Negara Pinggiran dan Negara Semi Pinggiran. Elit ekonomi dalam negeri berperan penting untuk menciptakan industri-industri kecil.
3.    Perusahaan multinasional dari Negara Sentral yang menjalin kerjasama dengan industri kecil dan menengah di Negara Pinggiran dan Negara Semi Pinggiran.

  1. KESIMPULAN
Dapat diambil kesimpulan bahwa World System Theory yang diusung oleh Wallerstein banyak didasari dari Teori Ketergantungan. Secara umum World System Theory menyatakan bahwa dinamika sistem dunia membagi negara-negara ke dalam beberapa kelompok yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu Negara Sentral, Negara Semi Pinggiran, dan Negara Pinggiran. Menurut Wallerstein kapitalisme global selalu memberikan peluang bagi negara-negara yang ada untuk naik ataupun turun kelas. Hal ini dapat terjadi apabila negara-negara tersebut dapat memanfaatkan kesempatan dalam sistem perekonomian dunia, membuka diri dengan promosi untuk menjadi mitra usaha perusahaan multinasional yang didirikan oleh Negara Sentral di negaranya, dan juga adanya dukungan pemerintah agar Negara Semi Pinggiran ataupun Negara Pinggiran dapat memandirikan negaranya. Hal ini tentu dapat berhasil apabila adanya kesiapan perekonomian, kesiapan teknologi industri, kestabilan politik, dan juga disiplin kerja.

E.   DAFTAR PUSTAKA
1.    Desai, V dan Potter, R.B. 2002. The Companion to Development Studies. Arnold Publisher. New York.
2.    Budiman, Arief. 2000. Teori pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia Pustaka utama. Jakarta
3.    Kurniawan, A. 2012. “Teori Sistem Dunia”.
      http://anggaipm2011.blogspot.com/2012/07/teori-sistem-dunia.html  (diakses tanggal 28 Juli 2012).
4.    Anonimus. “Teori Sistem Dunia Wallerstein”.
          http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2219833-teori-sistem-dunia-wallerstein/ (diakses tanggal 16 Oktober 2011).


Itulah sedikit dari ilmu yang saya peroleh berkenaan dengan studi pembangunan. Bahwa pembangunan itu bukan melulu membangun fisik, tetapi juga individu. Eh tapi ngomongin pembangunan individu belom ya? Ya nantilah ya kapan-kapan saya usahakan posting. Semoga ini juga bermanfaat. Enjoy lieurnya.

1 comment:

Anonymous said...

tks ya informasinya.....salam kenal by arfi