MOU terhadap diri sendiri akhirnya runtuh lagi setelah 21 hari. Setelah tanggal 5 Oktober dimana pada saat itu saya sudah merasa “dilupakan” akhirnya saya kembali membuat MOU. If i can make it for a day, so i can make it for a week. If i can make it for a week, so i can make it for a month. Tapi ternyata belum ada satu bulan saya sudah melanggar lagi.
Tepat di hari ke 20 di saat saya sedang mempersiapkan materi untuk acara pelantikan dan merapikan setting panggung bersama teman-teman di aula saya menghubungi dia melalui YM. Awalnya baik-baik saja. Up until my big mouth and my hormones at that time. Penutup YM mungkin baik-baik saja, tetapi besoknya saya pikir kok ya belom selesai masalahnya. Lalu sambil melarikan diri dari materi dr. Boyke, SpoG yang pada saat itu memberikan materi (okeh tau sendiri dunk slide-slide beliau yang untuk saya belom boleh lah diliat :p *sok-wise) saya menghubungi dia. Kembali pada saat itu waktunya tidak tepat. Dia sedang menyetir. Lalu ketika dia sms untuk menanyakan ada apa, saya tidak bisa karena moment puncak acara Pelantikan dan saya bertanggung jawab dengan kelancaran acara. Acara Seminar dan Pelantikan selesai pukul 16.30 dan saya sangat lega akhirnya seluruh kegiatan berjalan lancar dan sukses. Pulang kantor saya malah nyuci mobil, hehehe. Biarlah capeknya dikumpulkan. Setelah nyuci mobil saya nyuci pakaian dan nyetrika. Wedew cape abiez....Lalu setelah itu saya merapikan materi untuk mengajar besoknya. Yah pokoknya pada malam itu saya pikir saya harus selesaikan semuanya biarlah fisik ini capek tapi hasilnya maksimal. Lalu sebelum tidur saya pikir masih ada satu masalah yang harus saya selesaikan dan ini selain membutuhkan kesiapan fisik (20%) tapi membutuhkan kesiapan mental saya (100%). Setelah terlebih dahulu sms dia dan karena tidak dibales akhirnya saya memberanikan diri untuk menelponnya. Dan yah seperti yang sudah saya duga sebelumnya, mooment tidak tepat, dia sedang menyetir dan saya takut untuk mengganggu dia di tempat umum dengan telpon yang menurut saya sedikit pribadi (saat itu dia menuju tempat pencucian mobil) lalu saya pikir ya sudahlah nanti saja kalau dia sudah balik. Tapi saya pikir lagi sangat tidak sopan saya sudah mengganggu dia malam-malam (jam 10an waktu itu). Tapi kenapa akhirnya saya tidak jadi melanjutkan untuk telpon dia malam itu juga karena dia sudah membentuk tembok dan memagari usaha saya untuk menjelaskan semuanya. “kamu tau kan saya bukan orang yang suka berlama-lama di telpon”. Dari kata-kata itu saya sudah diperingatkan untuk mundur dan pergi dan menghentikan usaha saya. Kalah sebelum berperang? Hmmm...mungkin.
Badan sudah lelah, pikiran sudah lelah, tapi saya tidak bisa tidur juga. Felt there were some unfinished business that kept me from go to bed instanly. Lalu saya memberanikan diri menggunakan cara lain. Apabila sms tidak bisa (selalu dengan jawaban-jawaban singkatnya), YM juga tidak (sama aja kaya’ sms), dan telpon sudah dilarang, lalu saya mengirimkan e-mail ke dia. Malam itu saya kumpulkan keberanian, tenaga, pikiran untuk mencoba meluruskan semua. Ngetik e-mail pake hp 1.5 jam cukup pegel juga yah. Sampe batre-nya abis. Hahaha :p
Dalam e-mail itu saya jelaskan semuanya. Saya bahkan berani jujur mengatakan saya pernah memposting semunya isi e-mail saya di blog saya ini. Paginya saya kembali bekerja seperti biasa. Tugas mengajar yang diberikan bos saya pada hari itu selain tantangan yang kadang bikin asam lambung saya meningkat juga merupakan tantangan yang entah kenapa membuat saya addict. Kegiatan mengajar lancar. Pulang mengajar ke kantor hujan turun. Siang itu dingiiinnn sekali. Di ruangan tambah dingin dengan AC yang masih dinyalakan. Lalu salah satu Kasie mematikan AC tapi masih aja dingin. Wuiiihhh dinginnya sampe ke tulanglah saat itu. Lalu datanglah e-mail balesan darinya. Membaca e-mail itu saya malah tambah dingin. Dinginnya sampai ke kepala. Saat itu tidak ada tenggorokan yang tercekat. Saat itu tidak ada air mata yang menetes. Saat itu yang ada hanya dingin.
Saya bersyukur dan pegang kata-katanya yang mengatakan saya masih tetap teman baiknya. Ternyata dia sudah lama mencurigainya. Dan dia mengatakan telah membaca postingan di blog saya. Dari situlah dia mengatakan bahwa tulisan saya adalah suatu konfirmasi kebenaran akan kecurigaannya. Dengan adanya kebenaran itu akhirnya dia memutuskan untuk berubah. Keinginan dia untuk memutuskan hubungan sepertinya ada. Tapi dia mengatakan “saya bukan tipe seperti itu”, dan mengambil langkah menjaga batasan pertemanan.
Saya tutup e-mail dari dia. Saya katakan pada diri saya “baiklah. Selesai sudah semuanya”. And the curtain was closed.
Tapi entah kenapa saya merasa masih ada sesuatu yang menggantung. Yah itulah wanita. Man think in the box, while woman think around it. Jadi mungkin saya biarkan saja waktu mengalir dan memberi kesempatan kepada kita untuk merapikan semuanya. Posting ini mungkin merupakan intro untuk membuka lembaran baru atau menyiapkan kemampuan dan keberanian saya untuk membuat semuanya benar seperti seharusnya. Saya akan pegang kata-kata dia yang mengatakan masih menganggap saya teman baik. Dia mengatakan akan membantu sebisa dia apabila saya ada masalah. Teman saya Awan pernah bilang dalam postingan dia “jangan pernah mempercayai manusia, karena manusia banyak melanggar perkataannya sendiri. Janji manusia itu susah dipegang. Percayalah hanya kepada Sang Maha Pencipta, karena janjiNYA itu pasti”. Hhhmmm...saya mau mencoba hal yang sebaliknya, mempercayai manusia (maksudnya). Saya mencoba mempercayai janjinya karena saya tau apabila seseorang diberi kepercayaan dan dihargai dia pasti akan menjalankannya dengan sungguh-sungguh, dan saya percaya dia pasti akan menetapi janjinya yang tetap mengganggap saya teman baiknya.
Apabila dia mengatakan bahwa dia berubah karena memang seharusnya dan itu juga karena saya berubah, saya malah jadi bingung. Saya berubah dimananya ya? Hmm..mungkin karena dia tidak tau bahwa perasaan saya terhadap dia itu bukan perubahan saya tapi perasaan itu telah sejak 6 tahun lalu di saat saya pertama kali mengenalnya. Meski saya tidak pernah bertemu dengannya dan komunikasi kita tidak intens, tapi kenapa saya bisa mengatakan saya telah memiliki perasaan itu mungkin saya menyukainya dari beberapa tulisannya. Saya belajar banyak dari tulisannya. Saya belajar banyak dari sikap-sikapnya. Dan saya menyukainya dari sana. Tapi itu murni suka yang tidak menuntut. Karena saya tidak berhak untuk itu.
Dia mengatakan saya berubah apakah karena sekarang saya menyukainya dan saya jadi penuntut? Astaghfirulloh maafkan saya atas kesalahan saya yang tidak disengaja ini. Baiklah saya akan mencoba meluruskannya. Saya menyukainya, itu benar. Saya tidak mau berbohong lagi pada diri sendiri. Denial and run away from the truth isn’t the right thing to do. Tapi saya juga tidak ingin mengharapkan perasaan yang sama dari dia karena saya tau dia tentu tidak boleh. Yang saya inginkan hanya dia bersikap sebagaimana pertemanan kami bisanya. Bukan seperti sekarang ini yang menurut saya dia sok jaim, cool, jutek, serius. Kalau mau menjauh, jujur saya memang tidak ingin kehilangan seorang teman lagi. Saya sudah cukup sering kehilangan teman baik itu karena ALLOH mengambil mereka kembali ataupun karena kebodohan dan kekera-kepalaan saya yang membuat pertemanan saya jadi ackward. Tapi kalau mau berteman baik, saya lebih memilih sikap tidak berubah. Biasa ajalah. Toh saya tidak akan pernah menuntut macam-macam. Saya tidak menuntut dia untuk membalas perasaan saya. Saya hanya ingin respon dia terhadap komunikasi kita seperti biasa aja. Apabila dia melakukan hal itu, biasa aja, tidak berubah secara drastis, saya bisa tenang and there’s no unfinish business that i left.
My Bro, believe me i can take care of myself. Saya udah sering mengalami hal seperti ini. Kamu kan tau dari setiap masalah dengan laki-laki yang sering saya ceritakan kepadamu. Bahkan dulu mungkin kamu pernah baca di postingan saya waktu awal-awal saya memulai kegiatan blogging (2005). Tampak isinya kelam. Galau. Sampai-sampai si Awan mengingatkan agar jangan sedih-sedih dan galau terus, nanti malah menutup semua jalan kebahagiaan yang akan datang dan malah jadi gk bersyukur. Yah saya akan ikuti kata-kata si Awan sekarang. Sooo...My Bro tenang ajalah. Perasaan saya ini sudah saya perhitungkan dari dulu. I’m willing to take the concequences because this feeling is something i can't control with. But I believe i can control it and I will control it. Saya pasti bisa mengontrol perasaan ini. Tentu saja, saya kan hebat. My Bro, kamu gk usah takut apabila dengan terus bersikap manis kamu akan makin menyakiti hati saya. Tidak, itu tidak benar. Malahan apabila kamu bersikap aneh seperti sekarang ini, sikap itulah membuat saya makin sakit hati. Kamu sama saja seperti laki-laki yang dulu pernah pernah ada dalam kehidupan saya. Laki-laki dengan tindakannya yang pengecut yang meninggalkan sagala pertanyaan-pertanyaan di kepala saya apakah saya telah berbuat kesalahan besar terhadapnya. Sampai akhirnya saya membuat statement “Saya tidak bersalah. Yang bersalah dia. Dia yang rugi telah kehilangan saya.” Dan ternyata memang dia telah rugi besar.
Well, ALLOH telah menjaga saya dan mempersiapkan yang terbaik untuk saya. Kesabaran itu memang perlu. Dan saya memang harus belajar lebih sabar lagi. My Bro, kamu juga sudah sering mengingatkan saya untuk bersabar bahwa ALLOH sedang mempersiapkan yang terbaik untuk saya. Meski menurut manusia itu terlambat, tapi tidak menurut Sang Penciptanya.
Jadi sekali lagi, my Bro, gk usahlah berubah terlalu ekstrim. Biasa aja. Nyante aja. Perubahan sikap kamu justru membuat semuanya menjadi buruk. Just let it flow. I’ll deal with my feeling and trust me this feeling gk akan lama. Bahkan mungkin suatu saat ketika kita membicarakan masalah ini, kita hanya akan tertawa bahwa saya pernah memiliki rasa itu. Jangan jadi aneh ajalah. Jangan seperti Amir Khan & Juhi Chawla (bintang Bollywood yg selalu jadi pasangan di film) yang karena suatu masalah, persahabat retak dan membutuhkan 10 tahun untuk memperbaiki dan kembali seperti semula. Jangan juga seperti saya dan salah satu sahabat baik saya yang membutuhkan 2 tahun untuk membuat saya sadar bahwa saya telah menyia-nyiakan waktu untuk marah pada diri sendiri. Saya tidak mau untuk marah pada diri sendiri lagi atas perubahan sikap kamu.
Yap...kita butuh waktu untuk berpikir secara tenang. Rehat sejenak dari kejadian aneh ini. Suatu saat kita akan kembali jadi temen lama yang seperti dulu lagi.
My Bro, kalau kamu kebetulan membaca postingan ini dan berpikir “gila ngotot amat sih nich bocah”, huahahahhahaha .... maaf ya :p Tapi itulah keinginan saya. Nyate ajalah. Saya punya pengalaman dengan my 1st love (ditolak sih sy-nya) dan kita malah jadi temen yang bisa mentertawakan kejadian-kejadian lucu akan perasaan saya terhadapnya dulu.
Yux rehat dulu. Cape kan. Abis itu insyaALLOH bisa kembali biasa lagi ^_^
No comments:
Post a Comment