Monday, August 10, 2015

(PRE) JOURNEY TO KYOTO - JAPAN



Senin 16 Desember 2013, janji untuk terus berusaha menyelesaikan model SysDyn (System Dynamics) tesis pun dilakukan. Kali ini Dani sebagai target gurunya. Salah seorang teman sekelas di MSP ITB 2012 yang sangat berperan dalam hal membantu teman-teman lainnya di kelas memahami SysDyn. S2 mengajarkan bahwa semua harus diusahakan sendiri setelah komunikasi dengan dosen. Tentu saja termasuk dengan permodelan SysDyn yang super bikin saya pusing kepala. Sudah 6 bulan dari presentasi proposal pertama saya dan belum terlihat ada perkembangan yang mengembirakan. Setiap ketemuan mengajukan progress tesis, semua model saya kucrut.

Tidak, tidak, tidak. Cerita saat itu tidak sepenuhnya merana (tentu urusan tesis sebagai kambing hitamnya). Effort saya hanya berusaha mencari guru selain dosen pembimbing, mencari literatur, bolak balik tiap 1-2 minggu sekali Tangerang – Bandung berdiskusi perkembangan tesis. Saya cukup beruntung karena kuliah tidak jauh-jauh amat. Masih bisa pulang pergi dalam satu hari meski beresiko lelah luar biasa. Masih bisa ketemu orang tua. Masih dikasih kesempatan nginep tanpa bayar alias nebeng di adik kosan dan ibu kos-nya juga baiknya luar biasa. Ibu kos kami itu sudah saya anggap seperti mama sendiri. Semoga aja di juga nganggep saya sebagai anak sendiri. Hehehe…#ngarepdotkom

Hari senin itu sepulang les privat dengan Dani saya balik ke kosan. Well, kamarnya Dinda (adik kos) sih lebih tepatnya. Ba’da Maghrib menjelang Isya kak Vivi (temen sekelas juga) BBM saya. Menanyakan saya ada dimana? Lalu saya jawab lagi di kosan di Bandung. Trus dia bilang kenapa gak ke kampus. Banyak teman-teman lagi berkumpul diskusi tentang kesempatan short-term scholarship (short-course) di Kyoto University. Syarat utamanya adalah masih mahasiswa ITB. #jrengjreng

Jujur saat itu saya tidak kepikiran sama sekali. Awal tahun 2013 memang pernah ada diskusi tentang ini. Namun saat itu Kaprodi saya secara halus menyatakan tidak setuju untuk angkatan saya mendaftar scholarship ini karena short-course dilaksanakan selama 6 bulan di Kyoto University. Para scholar akan mengikuti kuliah 1 semester alias 4 bulan kuliah dan 2 bulan sisanya penelitian. Sedangkan di tahun 2013 adalah tahun terkrusial bagi angkatan kami. Dari pada menunda masa studi, lebih baik menyelesaikan semua kuliah, baru deh tesis. Toh menurut Kaprodi saya saat itu adalah belum tentu pulang dari Jepang tesisnya udah selesai. Jangan-jangan malah lupa ama tesis selama di Jepang. Bahkan mungkin tesis jadi mundur, pulang dari Jepang ngegarapnya bukan main lamanya.

Yaaahhh…masuk akal juga sih. Makanya setelah saya mengurungkan niat mendaftar short-course ini awal tahun 2013, dan saya gagal ke Manchester untuk tahun 2014, niat saya hanya satu. MENYELESAIKAN TESIS. Pokoknya tesis saya harus selesai sebelum Maret 2014 karena wisuda ITB tahun 2014 yang pertama adalah bulan April, dan masa SK TuBel saya berakhir di Maret (meski masih diperbolehkan memperpanjang). Pokoknya intinya saya males mikir yang lainlah.

Tetapi kak Vivi punya alasan lain. Dia yang pertama melihat pengumuman kesempatan ini bahwa tahun 2014 nanti masih dibuka program yang sama dengan persyaratan yang sama seperti tahun 2013, dan kak Vivi bilang mungkin saya punya chance besar. Dia juga yang melihat betapa 5 orang teman saya lainnya sedang sibuk mengurus pendaftaran scholarship ini pada senin sore di kampus. Kalau mengingat cara kak Vivi persuade saya waktu itu, saya jadi inget Delphine yang menjebloskan saya untuk mendaftarkan diri beasiswa Bappenas tahun 2012 yang Alhamdulillah saya lolos. Makasih loh Phine ^__^

Kak Vivi bilang persyaratannya mudah. Saya hanya menyiapkan foto copy passport yang masih berlaku (punya donk) dan nilai TOEFL, ITP boleh dan masih berlaku (ini juga punya). Sisanya seperti; transkrip nilai selama masa kuliah akan ditranslate oleh jurusan, recommendation letter akan dibuat oleh dosen jurusan. Boleh minta Kaprodi, boleh juga dosen pembimbing. Daaannn...(ini yang bikin males), proposal atau study plan. Heeeehh -___- maleslah. Karena pikiran saya saat itu pasti proposal harus dalam bahasa Inggris, batas waktu mepet jadi yaaa ciutlah. Tapi kak Vivi bilang terserah mau topiknya apa. Gak harus lingkungan (oh iya, short-course ini lebih ke Environmental Studies) dan bukan bentuk proposal yang rumit. Hanya Study Plan in 100 words. WHAT??? #jrengjreng Langsung semangat lagi karena 100 kata berarti hanya ngecap-ngecap satu paragraph. Dan saya bisa aja mengaitkan antara tesis, pekerjaan daaaann...abstract ICUH 2014 saya dulu. Toh gak beda jauh kok. Malah kak Vivi yang kali ini seneng banget upaya ngomporinnya membuahkan hasil. Ditambah lagi dia komporin 5 orang teman kami itu sangat-sangat saya kenal. Antara sakit hati, kesel dan kecewa sih. Mereka adalah temen sekelompok saya semua. Ngerjain tugas-tugas kuliah bareng terus kok, eh giliran ginian gak ngajak-ngajak. Tapi tak apalah. Masa lalu. (masa’ sih Di? Beneran mau dilupakan?) #evilthought

Akhirnya saya putuskan untuk mengikuti sayembara ini. Saya hubungi salah satu dari 5 teman saya itu kapan mereka ketemuan buat ngerembukin menyusun study plan. Lalu diputuskanlah hari Rabu, 18 Desember 2013. Setelah saya diskusi tesis dengan teman satu bimbingan dosen, saya dan 5 orang lainnya memutuskan berembug menyusun study plan di Ngopi Doeloe – Bandung. Ternyata mereka pada konsul ke Kaprodi urusan Study Plan ini. Wah persiapannya keren. Bener-bener matang. Saya mah hanya mengikuti polanya ajalah. Lalu setelah ngumpul, kami berencana diskusi lagi dengan Kaprodi kami yaitu pak Sonny malam itu juga. Kami nongkrong di MSP Lounge sembari nungguin pak Sonny sampai jam 22.00 kami diskusi.

Pak Sonny itu tipe dosen yang tidak pernah merongrong mahasiswanya punya ide apa? Dia ingin kami yang aktif. Jadi saat itu saya hanya menjadi pendengar setia aja. Ide-ide study plan ke-5 teman saya muncul dan pak Sonny memberi saran yang mungkin bisa dikaitkan dengan Environmental Studies-nya. Saat itu dia tentu melihat saya, tetapi saya tidak seaktif teman-teman lainnya, karena saya sudah punya rencana sendiri. Daripada nanti rencana saya diacak-acak yang membuat saya makin bingung, mending saya ikuti saja guts saya ini. Toh ini iseng-iseng berhadiah. Hehehe :-p

Kamis, 19 Desember 2013 kami ber-6 akhirnya berkumpul lagi di kampus membawa berkas masing-masing. Semua sudah harus kami scan dan kami kirim sebelum tanggal 20 Desember 2013. Seharian itu kami di kampus. Sampai malam bahkan. Pak Tasrif sebagai dosen pembimbing tesis saya sangat antusias juga saya mendaftar. Dia setuju menandatangani surat rekomendasi. Saya susun sendiri nanti dia koreksi dan approve by sign it. Di saat yang lain hanya sekali saja datang ke pak Sonny untuk recommendation letter, saya harus 3x bolak balik. Kali ini perkata dikoreksi oleh pak Tasrif. Sampai hampir goyah apakah saya lanjut daftar atau tidak. Akhirnya ditandatangi juga. Keuntungan lainnya adalah saya memiliki berkas-berkas baik dalam bentuk soft-file maupun hard-file nya di Bandung, sehingga saya positif bisa menyelesaikannya hari itu juga. Jadi sampai malam pukul 21.00 di kampus kami masih gugulatakan ngurusin scan dan berkas. Pada akhirnya kami semua berhasil submit soft-file untuk registrasi scholarship ini. Dan hard-file nya kami titipkan ke Hera dan Valdi yang tinggal di Bandung untuk mengirimkan via pos (Tiki atau DHL).

Keesokan harinya adalah hari terakhir saya di Bandung untuk minggu tersebut. Saya masih harus konsultasi dan diskusi dengan Dani supaya model SysDyn saya ini dapat di-running. Sorenya saya balik ke Tangerang. Tanggal 26 Desember 2013 saya dapat email dari tim scholarship GSGES bahwa saya lolos administrasi dan saya harus memilih antara tanggal 6-10 Januari 2014, tanggal berapa saya bisa interview. Interview akan dilakukan via Skype. Akhirnya saya memilih tanggal 9-10 Januari.

GSGES Scholarship atau Graduate School of Global Environmental Studies Scholarship adalah beasiswa short-course di Kyoto University dengan 3 Negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Kamboja, dan Vietnam. Persyaratan utama, para aplikan adalah mahasiswa Master Degree yang sedang menjalani masa studinya (belum wisuda). Untuk Indonesia sendiri ada 2 kampus yaitu ITB dan IPB. Kandidat IPB bukan main banyaknya yang lolos admin. Hampir 40 kandidat. Sedangkan ITB hanya 5 yang lolos. Mungkin karena dari ITB yang daftar hanya 7 orag. Hehehe…:-p Kami dari ITB diberikan kesempatan interview dengan para dosen di Kyoto University tanggal 9 Januari 2014. Interview dilaksanakan di kampus. Jadi tanggal 9 hari kamis saya balik lagi ke Bandung untuk urusan wawancara. Sekalian keesokannya tanggal 10 saya bimbingan lagi. Dari pada tesis saya mandek lagi.

Wawancaranya cukup lancar. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang sudah mulai membaik meski sedikit terbata-bata, dan introduction in Japanese, saya coba jawab semua pertanyaan para dosen. Ada 3 dosen yang mewawancarai saya. Salah satunya ternyata calon supervisor saya di Jepang sana nantinya. Dia professor yang sudah sering bolak balik ke Indonesia. Dan saya baru tahu juga bahwa beliau menikah dengan orang Indonesia, jadi beliau hapal betul kebudayaan di Indonesia. Bahkan ketika saya sulit mencari pengganti kata “Posyandu” saat wawancara, beliaulah yang mengucapkannya duluan. Jadi weh saya ngecap-ngecap aja tentang pekerjaan dan keterkaitannya dengan study plan saya.

Singkat cerita (emang betul-betul cepat prosesnya), tanggal 22 Januari 2014 (untung saya lagi di Bandung juga untuk bimbingan) saya dapat email tak terduga. Begini bunyinya…

Dear Ms. LEADYA HERFANI,
We are pleased to inform you that you have passed the selection for the 2014 GSGES Short-term Scholarship Program under the “Southeast Asian Studies for Sustainable Humanosphere” at Kyoto University with full coverage as follows.
Period of stay in Kyoto: Early April to mid September 2014
Supervisor: Prof. MIZUNO, Center for Southeast Asian Studies
Scholarship coverage: A round-trip air ticket, living expense of 80,000 yen per month, room rent subsidy up to 30,000 yen per month, and accident insurance.
Please confirm your intention of joining the program by submitting the pledge in the attached form by Thursday, January 23. After receiving the pledge we will give you instruction for detailed procedures including your travel arrangement, visa application and accommodation.
For inquiries please contact Mr. Gaku Masuda who is in charge of the program administration.
Sincerely,
Prof. Shigeo Fujii
Coordinator, GSGES Short-term Scholarship Program
Southeast Asian Studies for Sustainable Humanosphere
Kyoto University

Edhuuuuuunnnnn……………tanggal 22 Januari dapet email hasil interview, tanggal 23 Januari harus memberikan konfirmasinya secara cepat. Emang Jepang itu begitu professional. Gak mau buang-buang waktu. Daaaannn…..HUAHAHAHAHA….Tralalalalalala…..saya senang sekali. Gumbira ria syalalalala…. #jogedjoged

Well, tidak secepat itu sih saya percaya email tersebut. Soalnya email-nya bukan dari Shigeo Fuji melainkan dari Gaku Masuda, meskipun isinya sepertinya Shigeo Fuji yang menulis. Saya coba konfirmasi ke kampus via telpon, mereka malah tidak bisa membantu. Saat itu saya kecewa dengan administrator kampus yang biasa ngurusin program ini. Beliau saat itu malah bilang “oh..kalau urusan kelulusan mah bukan urusan kami lagi. Saya gak tau deh masalah itu. Tanyakan langsung aja ke pihak Kyoto University-nya”. Saat itu saya mau lempar sandal itu admin. Saya udah jelaskan bahwa yang ngirim email sama yang menandatangi emailnya beda. Maksud pertanyaan saya adalah apa benar ada orang yang namanya Gaku Masuda? Toh saya takut juga ini hanya “hoax”. Ah kupritlah pokoknya.

Akhirnya saya yakinkan diri sendiri bahwa keputusan ini benar adanya dan saya lolos seleksi. Bahwa saya akan ke Jepang tahun 2014 selama 6 bulan untuk study (baca: jalan-jalan). Saya langsung telpon mama dan kayaknya sih mama saya seneng-seneng aja. Trus saya ke kampus ketemu pak Tasrif dan lucunya beliau malah memberi selamat ke saya padahal saya belum cerita apa-apa. Saat itu saya yakin si admin dodol itu udah ngegosip di kampus. Bisa-bisanya dia ngegosip padahal ketika saya telpon sebelumnya dia seperti orang acuh tak acuh gak peduli. Heuuu >___<

Ah sudahlah.

Lalu pak Tasrif menanyakan apa rencana saya selanjutnya? Kapan berangkat? Saya katakan bahwa saya akan berangkat awal April dan saya tidak ingin membawa tesis. Saya ingin menyelesaikan tesis sebelum pergi. Dan beliau mendukung. Maka….#jrengjrengjrengjreng dimulailah perjuangan berat saya. Mulai tanggal 23 Januari 2014 saya ngebut menyelesaikan tesis. Setiap minggu saya bimbingan. Saya bahkan ngekos lagi di tempat lama. Kali ini bayar. Gak enaklah moso’ nebeng mulu. Hehehe :-p

Dalam waktu 3 minggu saja, saya sudah sidang pra-tesis yaitu tanggal 13 Januari 2014. Dua minggu kemudian saya sidang tesis yaitu tanggal 25 Januari 2014 dan sorenya setelah sidang, saya dinyatakan lulus dengan nilai maksimal. Alhamdulillah…puji tuhan ya ALLOH saya lulus #jogedjogedlagi Pak Tasrif bilang saya boleh revisi kapan aja. Bawa revisian ke Jepang pun boleh asal tiap minggu atau tiap bulan kasih progress.

Yeaaaaayyyy….inilah balasan kegagalan saya pergi ke Manchester.

Kyoto, here I come!!!

NB : gagal di satu titik, mungkin akan berhasil di titik lainnya. #eeaaaaa

No comments: