Aku nulis ini bukan berarti aku sudah bisa melupakan rasa bersalah di hati.
Aku nulis ini bukan berarti aku sudah bisa melupakan semuanya.
Tapi …
Pikiran ini rasanya berputar-putar di tempat yang sama. Sebagian diriku merasa bersalah atas kebodohan yang telah aku perbuat, tetapi ALHAMDULILLAH sebagian yang lain masih berpikir rasional. Sebagian diriku merasa bersalah karena tidak bisa mempertahankan sesuatu yang sudah aku nantikan. Meskipun nggak sampai menyalahkan diri sendiri hingga merana lahir bathin, tapi entah kenapa ada detik-detik dimana hati ini selalu mengingat hal itu.
Kalo temen-temen baca tulisan ini pasti berpikir “klo yang nulis cwe, pasti lagi bicarain cwo”. Yah bener juga sih. Kadang aku berpikir, aku telah melakukan kesalahan sehingga dia menjauh dari aku sedemikian rupa sehingga sampai saat ini pun dia nggak mau (atau nggak berani? Nggak tau deh) untuk menegur/menyapa ku ketika kami secara tidak sengaja bertemu. Bahkan pikiran terburukku berkata; “Apakah dimukaku ini ada sesuatu yang menjijikan sampai-sampai dia udah nggak mau nengok atau melihat aku lagi??? Atau apakah aku sudah membuat dia marah besar sampai-sampai dia tidak akan pernah memaafkan aku???”
Aku udah pernah membicara ini kepada dua orang temanku. Dan untuk sahabatku, maaf sekali aku nggak bisa membicara masalah ini denganmu. Yah… karena kesibukan dan lain-lainnya sehingga kita nggak bisa membicara masalah ini. Tapi aku tau, kamu selalu ada di sana untukku thanx a lot loh untuk buku LA TAHZANnya karena dengan itu, sudah mengobati luka ini.
Back to my two friends. Yang satu sudah cukup dewasa dan banyak mengalami asam garam kehidupan (cie…). Dia adalah
Temanku satu lagi udah aku anggep abang sendiri. Dia akhir-akhir ini dapat memberikan kesejukan ketika aku benar-benar bingung. Sebenarnya tanpa bertanya kepada kedua temanku ini, aku sudah mendapatkan sedikit pencerahan. Tetapi entahlah, sepertinya aku membutuhkan 2 opini (nasihat) dari 2 orang berbeda gender sehingga aku tidak berpikiran subjektif. Abangku ini dapat memberikan ketenangan karena dari opininya dia aku mendapatkan gambaran lain dari satu masalah. Dia bilang; “Kamu itu nggak usah sedih dengan masalah ini. Masih banyak orang-orang lain yang mempunyai masalah lebih pelik dari yang kamu alami. Dan kamu harusnya bisa belajar dari itu. Selama ini mungkin kamu belum pernah mengalami masalah seperti ini. Kamu selalu ada di saat orang-orang/ teman-temanmu membutuhkanmu. Beruntung bagi kamu karena mereka percaya ama kamu. Tapi mungkin sekarang waktu bagi kamu untuk merasakan juga seperti mereka tapi…dengan sedikit ujian tentunya. Misalnya ketika kamu sangaaaaaat membutuhkan temanmu eh ternyata dia nggak ada untuk kamu. Jadi sekarang ini, kesabaranmu itu bener-bener lagi diuji. Dan kamu juga harus tau bahwa 4JJI pasti akan menunjukan jalan keluar bagi hamba-hamba-NYA yang bertakwa. Kamu nggak bakalan ditinggalkan oleh-NYA. Asalkan kamu selalu ingat bahwa segala persoalan lebih baik diserahkan kepada-NYA maka kamu pasti akan ditunjukkan-NYA jalan itu. Dan … 4JJI itu telah memberikan jodohnya bagi tiap-tiap hamba-NYA, jadi nggak usah berkecil hati kalau kamu udah kehilangan salah seorang yang kamu sayangi. Emang sakit rasanya ketika kita ditinggalkan. Tapi kita akan merasakan betapa bahagianya ketika kita telah dipertemukan oleh orang tepat untuk kita ”.
Dari kata-kata itulah aku berpegang untuk tidak merasa sedih berkepanjangan. Meskipun sedih itu masih ada, tapi gak ampe merana sih. Paling banter pusing kepala dan sedikit gemetar (bukan karena takut loh) setiap mendengar or melihat dia. Yah aku sekarang ini cuma bisa berserah diri. Aku yakin tapi entah kapan, pasti semua ini akan berlalu.
Aku melarikan pikiran-pikiran suntuk ini ke bacaan. Buku-buku, Koran, blog teman-temanku yang tidak pernah ku ketahui bahwa sebenarnya mereka juga mengalami hal yang lebih pelik dari aku. Dan terkadang menjadi pendengar setia keluh kesah teman-teman Entahlah…….. Dari situ sepertinya aku bisa menemukan sesuatu yang baru yang bisa dijadikan pelajaran. Bahkan aku pernah baca postingan salah satu temanku yang mengatakan bahwa; “ketika kita berada di bawah, maka jalan satu-satunya adalah ke atas.” Dari situ aku jadi mikir banyak. Bahwa, masih banyak orang-orang yang lain yang bisa terus hidup, survive, bahkan sukses setelah mengalami sesuatu yang amat pelik. Tentu saja asalkan kita mau berusaha untuk lebih baik.
Aku harus lebih bersykur lagi karena:
Aku masih punya banyak teman yang membantu ketika aku mempunyai masalah.
Aku masih mempunyai Sang Maha Pemberi Pertolongan.
Aku masih mempunyai rumah untuk berteduh.
Aku masih punya pekerjaan.
Aku masih punya Agama sebagai tempat berpijak.
Aku masih mempunyai Al-Qur’an sebagai guide.
Aku hanya kehilangan satu….
Aku tidak kehilangan semuanya…
Karena meskipun aku kehilangan semuanya…
mmm…. Itu tak akan pernah terjadi karena
4JJI SWT selalu ada untuk aku.
Teman-teman…. Terima kasih atas segala pertolong yang telah, sedang, dan yang akan kalian berikan kepadaku disaat aku membutuhkannya.
Terimakasih kalian masih mau menerimaku sebagai teman disaat aku ini masih banyak kekurangannya.
Terimakasih kalian mau mengerti akan segala kekhilafanku.
Dan aku mohon kepada teman semua untuk tidak bosan-bosannya mengingatkanku apabila aku ini telah keluar jalur (jauh maupun dekat).
Dan … bagi siapa saja yang pernah ataupun sedang merasakan hal yang sama denganku, jangan putus asa. Jangan seperti aku yang sering merasa bersalah atas hal-hal yang telah lalu. Ingat hanya DIA sang MAHA Pencipta yang akan menghapuskan sedih dari wajah ini
No comments:
Post a Comment